Rabu, 27 Juli 2011

Potret Negeri di Tagulandang

Landscape dari pelabuhan tagulandang

Aku tak kuasa membendung tangis
Aku bertahan
Dengan kekuatan yang tersisa
Namun deras itu
Mengalir ke lereng wajah

Sekali lagi aku berada dalam suasana khas Indonesia. Berada di buritan kapal penyeberangan kapal cepat jurusan Tagulandang Sitaro – Manado. Penumpang telah penuh sesak, tidak hanya menempati di tempat semestinya tapi hingga di tangga-tangga bahkan di buritan kapal yang terbuka dan sempit. Saya bercampur baur dengan penumpang di bagian belakang ini. tidak terlalu luas, namun penumpang padat memenuhi lokasi ini. diantara sebagian besar penumpang pria dewasa, terdapat tiga orang ibu-ibu dan satu orang balita. Merekapun ikut berdesakan diantara barang penumpang. Meski pelayaran di waktu siang hari, ombak ternyata begitu besarnya, sehingga air laut masuk menyirami sebagian penumpang di bagian belakang. Seorang anak kecil menangis sangat keras di dalam pelukan ibunya. Sang ibu, tak punya pilihan lain selain bertahan diantara goncangan kapal akibat gelombang. Ia juga jelas tak punya pilihan untuk mendapat tempat duduk yang lebih baik karena memang telah tidak ada tempat duduk lagi yang tersisa. Laut semakin ganas, tangis sang anak sangat keras, dan isi perut keluar dari mulutnya. Kita, para penumpang pria dewasa hanya bisa mengarahkan untuk mencari posisi duduk yang lebih baik, agar tidak terlalu basah dengan hembusan air laut. Sang ibu, terus memeluk buah hatinya dan berharap laut segera tenang dan mengantarkannya ke kota manado.

Pemandangan tersebut, bukan hal yang sulit untuk kita jumpai. Kondisi penumpang dalam armada laut di kelas ekonomi sungguh memperihatinkan. Entah, seperti apa pengaturannya. Yang terlihat, memang selalu terjadi lonjakan penumpang yang melebihi kapasitas. Penumpang pun terkadang diperlakukan sangat tidak manusiawi. Kecuali ketika kita memiliki materi berlebih, maka kita akan diperlakukan lebih layak sebagai manusia. Tak perduli apakah materi tersebut berasal dari uang rakyat yang disalahgunakan.

Pelabuhan Laut Tagulandang Sitaro Sulawesi Utara

Aku hanya bisa tertegun melihat sang ibu muda yang memeluk buah hatinya. Imanjinasiku mengajak arah pikirku kepada wakil rakyat yang kenyang menyalahgunakan kepercayaan yang diembannya. Aku hanya mengandai, jika saja pemerintah bekerja dengan baik, tentu tidak ada lagi manusia-manusia tertindas seperti penumpang di kelas ekonomi. Seandainya saja uang yang mereka korupsi digunakan untuk memperbaiki pelayanan di segala sektor, tentu tak ada lagi pemandang menyedihkan dari rakyat ini untuk menikmati layanan publik. Ah, aku….hanya bisa berandai. Tapi inilah salah satu potret dari setiap sudut negeri ini. semoga suatu saat negeri ini bisa mencapai kesejahteraannya. Tak peduli apakah tetap berlabel Indonesia, ataukah bukan. Apapun itu, yang terpenting, setiap manusia akan diperlakukan seperti manusia, bukan seperti kardus.
ooOoo
Artikel Terkait
Comments
1 Comments

1 komentar: