Laman

Kamis, 06 November 2014

Hampir (Mati) Tenggelam



Speedboat Rute Kota Tarakan - Desa Sekatak


Kota Tarakan adalah kota pulau yang paling ramai di propinsi termuda Kalimantan Utara. Kota ini berada di pulau kecil dan terpisah dari pulau besar borneo. Aku memang berasal dari kota kecil tersebut, namun saat ini aku bekerja di luar Pulau Tarakan, tepatnya di Desa Sekatak Buji, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Akses menuju Kota Tarakan dari hunianku saat ini adalah via sungai dan laut.


Aku dan tentunya warga lainnya kebanyakan memilih berbelanja bulanan ke Kota Tarakan. Bukan hanya dari desaku saja, tetapi dari desa-desa lainnya yang berada di tepi-tepi sungai ataupun di pedalaman kalimantan. Sementara untuk ke kota kabupaten, aksesnya lebih jauh dan ketersediaan segala kebutuhan masih kurang lengkap dibandingkan dengan Kota Tarakan.


Dengan segala keterbatasan sarana transportasi, luputnya pengawasan pemerintah akan keselamatan penumpang membuat kami terbiasa dengan hal yang demikian. Jalur yang harus kami lalui untuk ke Pulau Tarakan adalah jalur laut yang rawan perampokan. Ceritaku bertemu perampok bersenjata api bisa ditemukan di tulisan ini. Kisahku di perjalanan laut menuju Kota Tarakan juga pernah diwarnai kisah persalinan salah seorang penumpang di dalam speedboat, alat transportasi laut menuju Kota Tarakan. Dan kisahku kali ini adalah insiden hampir tenggelam di laut tarakan.


#masihhidup

 
View Desa di Sungai Sekatak, rute speedboat Tarakan - Sekatak


Sebenarnya berada di kapal dengan kondisi  gelombang besar bukanlah hal baru, hanya saja kali ini kejadiannya di speedboat hanya ada aku dan motoris saja, cuma berdua. Kalau misalkan di dalam kapal besar dengan penumpang banyak, t’rus kejadian buruk menimpa (tenggelam),  masih akan ada yang mencari, menurunkan Tim SAR, meliput, memberitakan, setidaknya namaku dicatat atau ngga mayatku juga ada yang shoot. Setidaknya meskipun tewas masih tetap eksis di media massa. Lah kalau kasusnya seperti kemarin hanya berdua, lantas terjadi kecelakaan, tenggelam, ngga ada yang tau, ngga ada yang nyari tewas, hanyut hingga ke samudera atlantik, tidak ditemukan, atau ditemukan tapi tidak bisa diindentifikasi, t’rus… Ah sudahlah nyeri nulisnya.


Yang jelas sebelum memulai perjalanan, si motoris juga sudah mengingatkan kalau perjalanan kita akan berhadapan dengan gelombang.


#Deg


Umumnya perjalanan dari Pulau Tarakan menuju pedalaman Desa Sekatak Buji dilakukan sekitar jam sebelas hingga jam dua siang. Hal itu dilakukan untuk menghindari gelombang laut yang biasanya berkecamuk saat sore hari. Karena si motoris hingga jam setengah tiga sore belum dapat penumpang, akhirnya ia berlama-lama juga ngetem di Pangkalan Speed Boat Beringin II,hingga kehadiranku saat itu setidaknya memperkecil kerugiannya karena tidak ada penumpang.


Cerita si motoris speed boat juga ngenes banget, bayangkan saja untuk menempuh rute Pulau Tarakan – Sekatak Buji mereka menghabiskan 30 liter bensin dengan harga dua belas ribu per liter, sementara penumpang yang ada hanya satu dengan tariff seratus tiga puluh ribu rupiah one way, kapasitas speedboat bisa menampung enam hingga delapan orang dewasa.

Pos Jaga - Rute Speedboat Tarakan - Sekatak


Oke, balik ke cerita di tengah lautan dengan gelombang. Awalnya aku mencoba membiasakan diri dengan bersikap tenang, lempeng dan calm. Sempat berpikir yang tidak-tidak juga saat itu, soalnya ini cuma berdua di speedboat, kalau tiba-tiba si motoris berbuat tidak senonoh ?…. asusila?…. sodomi?....t’rus dibuang di bakau-bakau???  Ah, sudahlah. Semakin perih membayangkannya. Aku hanya berusaha menjelek-jelekkan sedikit wajah koreaku, supaya si motoris ngga bernafsu bejat lalu terjadilah hal memilukan itu.


#berdoa


Ngga, ini serius. Ini di tengah laut. Sudah sore. Hampir tidak ada kapal atau speedboat lain yang melintas. Kalau benar-benar tenggelam, aku hanya bisa bertahan berapa menit?.


“Oh Tuhan, jangan sekarang…. “
“Utang rantang di Pak Rustang belum lunas”


Lanjut cerita nih. Masih terombang-ambing. Berharap tidak tenggelam dalam lautan luka dalam #cikrakhan. Hembusan air laut masuk membasahi tubuh kami. Sudah biasa, sudah dimaklumi. Sang motoris mengemudi speedboatnya dengan hati-hati. Langit saat itu berawan pekat. Seperti akan badai. Si motoris sesekali mengeluh, menyesal katanya berlayar kalau kondisinya demikian. Aku hanya tersenyum berusaha menguatkan seakan berkata memberikan semangat.


“Ayo kakak, jangan give up. Kakak pasti bisa…!”, sorakku dalam hati.


Ya iyalah aku harus berikan semangat. Soalnya kalau speedboatnya tenggelam, yang tewas lebih dulu kayaknya aku. Tubuh semok daging manis tentu akan menjadi rebutan ikan-ikan buntal di lautan. Kembali aku berusaha tenang sambil sesekali melihat ke samping kanan tempat sang motoris mengemudikan speedboatnya. Dan tiba-tiba….


Byurrr….
#air laut masuk
#basah seksi


Gas diturunkan sejenak. Sambil mengamati apa yang barusan terjadi.


“Ya Tuhan, aku belum pernah tandatangan buku nikah nih….didelay dulu yak”, doaku paling ngarep


Ternyata speedboat ini tadi nyungsep diantara dinding gelombang. Sebetulnya hanya beberapa saat kami seakan berada di dalam air laut, tetapi sang kapal bisa naik lagi. Mungkin karena muatan speedboat saat itu memang tidak berat, jadi bisa membantu. Bayangkan saja bagaimana kalau saat itu penumpang speedboat full seperti biasa, para penumpang yang sedang berbelanja bulanan seperti gerobak satu roda, rak piring, gentong plastik dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang memang biasa dibeli di Kota Tarakan. Bayangkan saja jika saat itu kejadian terburuk itu benar-benar terjadi….


Sesekali aku berharap akan ada Ikan Lumba-Lumba Albino yang kemudian membantuku, menyeretku hingga ke tepi pulau. Atau ada Poseidon yang akan menyediakan punggungnya untuk aku naiki seperti yang pernah dilakukan kepada Percy Jackson.


Ah sudahlah…
Aku tak mau terlalu jauh berkhayal, toh saat ini aku masih ada, masih hidup.


Oya tentang Lumba-Lumba Albino di perairan Pulau Tarakan memang benar adanya. Aku sih belum pernah lihat, hanya dari beberapa teman yang hobbynya melaut saja yang membenarkan hal tersebut. Sejauh ini aku hanya pernah melihat Lumba-Lumba jenis biasa saja. Ingin rasanya mengalokasikan waktu untuk melakukan pembuktian kebenaran Lumba-Lumba Albino tersebut, tapi tentu saja masih terkendala dengan biaya. Setidaknya spesies tersebut bisa didokumentasikan dan menjadi daya tarik wisata kedepannya.


Kembali ke cerita gelombang tadi. Setelah basah sekujur tubuh, aku mengamankan handphoneku yang kusimpan di daypack. Masih bagus, hanya basah beberapa bagian karena air masuk dari resleting daypack. Handphoneku masih bisa digunakan meski error di bagian media cardnya.


Satu jam lebih berjibaku, akhirnya kami mulai memasuki kawasan muara sungai. Air sudah tidak seganas tadi. Nafas sudah bisa dihembuskan teratur. Pantat yang keram sudah bisa diposisikan kembali. Dan ternyata ada luka di jari tangan kiriku. Sepertinya terkena besi tempat aku berpegangan, dan baru terasa ketika suasana sudah menjadi baikan. Perih. Sangat perih luka ini, jauh lebih perih saat menghadiri pesta pernikahan orang yang pernah kucinta *skip.skip.skip. Saya hanya membayangkan, andai saja temanku Si Saleh ada bersamaku saat ini, pasti ambeannya langsung bengkak akibat guncangan gelombang yang menaduk-aduk tadi.


#Bukan hanya tubuh yang diaduk-aduk, tapi juga perasaan.


Langit masih berawan pekat. Angin bertiup cepat. Speedboat terus melaju, membawaku menuju negeri yang kurindu.


Satu jam kemudian, sampailah aku di kediamanan. Bertemu dengan handai taulan, lalu berbagi pengalaman.



Lautan. Pedalaman Kalimantan. Pulau Tarakan. Seperti inilah yang harus kami lewatkan. Meski demikian, kami tetap menempuhnya, dengan harapan semoga ada perbaikan di kemudian harinya. Semoga….



***


Tag : PT. Intracawood Mfg

3 komentar:

  1. wah serem juga, untung masih selamat... salam kenal dari bandung. cek www.enjoybackpacker.blogspot.com ya :)

    BalasHapus
  2. Hahaha... mantap juga nih tulisan...
    Berbagai macam gaya di sampaikan. Ada horor, komedi, pengalaman, pengenalan.. pokoke campur jadi satu. Kayak gado-gado....
    Siiip dah. Siap menjadi sang editor kalo perlu bantuan :)

    BalasHapus
  3. Kocak deh :) , semoga perjalanan kedepanx lebih baik 🙏

    BalasHapus