Ada yang berbeda dari perayaan HUT
Kemerdekaan RI kali ini. Masih di Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan
Provinsi Kalimantan Utara, satu kecamatan yang didiami beberapa desa dengan
beberapa suku asli kalimantan yang berbeda juga. Seperti biasa, setiap 17
Agustus warga dan elemen masyarakat setempat ikut serta berbaris menghadap
mentari di tengah lapangan sepakbola untuk mengikuti detik-detik proklamasi
dibacakan kembali. Yup, meski jauh dari kota kabupaten dan sentuhan modernitas
lainnya, semangat nasionalisme selalu dikobarkan di kecamatan yang dialiri
Sungai Sekatak ini.
Ini tahun ke delapan aku berada di desa
ini, dan selalu ikut berbaris bersama teman-teman karyawan lainnya. Tentang
upacara bendera ini pernah aku tuliskan juga beberapa tahun lalu, saat masih
baru-barunya ngeblog. Dan, tema ini aku angkat kembali mengingat ada perubahan
yang signifikan dari perayaan-perayaan sebelumnya. Apa saja itu? Berikut
ulasannya.
Upacara kali ini dimeriahkan dengan
tambahan barisan penggerek bendera merah putih. Biasanya hanya beberapa baris
saja (seingat aku siy, nggak pernah ngitung soalnya), tapi kali ini lebih
banyak, lebih panjang barisannya, udah kayak naga barongsai dibungkus kain
kafan, panjang gitu putih terus geyal geyol goyang pinggulnya. Yak, barisannya
lebih banyak karena mereka berasal dari dua sekolah yang berbeda. Yaitu, dari
SMA N 1 Sekatak, dan SMP N 1 Sekatak. As you know guys, cuman ada satu SMA di
mari, jadi ya dimanfaatkan semaksimal mungkin potensinya.
Perubahan lainnya dari upacara 17an kali
ini, adanya pagelaran teatrikal dari adik-adik SMA yang dibantu mas-mas KKN
Universitas Borneo Tarakan. Tema-nya siy masih klasik, kisah warga pribumi yang
lagi jual beli di pasar tradisional, lalu datanglah sekawanan penjajah yang
mengobrak-abrik pasar, lalu menindas warga, memukul petani, merampas hasil
bumi, menyiksa mereka bahkan memperkosanya, hingga penduduk menjadi
merana dan menderita.
Scene teater lapangan berlanjut dengan
perlawanan penduduk kepada para kompeni yang maha jahat. Bermodal bambu
runcing, penduduk melawan hingga akhirnya memenangkan peperangan.
Yup, sederhana tapi sangat menghibur kami
yang menyaksikannya. Senang, sekaligus bangga mereka bisa bersandiwara di
tengah ratusan orang yang menyaksikannya.Semoga bakat seni perannya bisa lebih ditingkatkan dan memberikan manfaat untuk orang banyak.
Kejutan lain dari perayaan kali ini, adanya
pertanyaan dadakan dari pak camat dan berhadiah uang tunai. Yuhuuu…semua
pertanyaan sang camat dilalap habis para pelajar, mulai dari menghafal text
pancasila, proklamasi, UUD 45 hingga pertanyaan-pertanyaan situasional lainnya,
seperti Nama Camat, Nama Kapolsek, Nama Danramil hingga nama Kepala Adat Brusu
dan Tidung. Hadiahnya ga tanggung-tanggung, mulai 300 ribu hingga satu juga
rupiahhhh!!!!
Setelah upacara bendera, dilanjutkan
perlombaan khas agustusan seperti panjat pinang dan masukkan mantan ke dalam
botol, eh. Yang ini aku ga bahas detail gan, udah jamak soalnya.
Besoknya, ada karnaval gan. Pawai pengisi kemerdekaan gitu atau apalah namanya. Karena itu hari kerja jadi ane gan ikutan gan, nitip
kamera aja buat bukti tulisan. Nah, pawai inipun baru pertama diadakan di
kecamatan dengan mayoritas pemudanya berprofesi sebagai motoris speedboat,
pencari nafkah serabutan (a.k.a PNS) seperti gesek kayu, nambang emas dan lain-lain itu. Pawai ini
kesannya dadakan, gaung persiapannya minim, jadinya kurang maksimal. Meski
begitu, ngeliat antuasias peserta dengan persiapan minim tersebut rasanya warga
benar-benar menyambutnya dengan sukacita. Mereka berpakaian adat, pakaian
profesi, hingga casual dengan sentuhan etnik. Menghibur dah nilainya. Two
thumbs up.
Setelah itu ada perlombaan laju-lajuan bawa
kapal cepat (speedboat) di sungai, juga pelan-pelanan ngendarai sepede motor. Ada juga lomba yang lainnya, tapi biasa aja ragamnya
seperti lomba balap karung, balap kelereng hingga balapan nikung pacar temen.
Wah!
Yang menarik menurut saya yaitu lomba desa.
Tidak dijelaskan kriterianya seperti apa tapi lomba seperti ini yang memiliki
impact paling besar, karena bisa memotivasi desa-desa ke depannya untuk menjadi
yang terbaik. Kalo ane jadi jurinya nih gan, ane sensus dulu tuh penduduk
desanya, yang paling banyak jomblonya ane kasi juara dah pokoknya. Hahaa.
Well selamat buat Desa Kelincauan sebagai
desa terbaik.
# makan-makan
Segini dulu gan reportnya, hingga akhir
bulan masih ada berbagai perlombaaan dan pertandingan digelar, seperti
pertandingan olahraga sepakbola, badminton dan volleyball. Semoga acara seperti
ini terus konsisten dan makin variatif. Tidak hanya itu tetapi gelaran beginian
setidaknya bisa memberikan dampak luas bagi warga setempat, misalnya
pertandingan olaharaga dayung, marathon dan lain-lain yang jika potensial akan
bisa mewakili daerah ke tingkat yang lebih besar lagi. Semoga.
Salam dari blogger pedalaman.
***
Wuih mas iman ini luar biasa, udah jadi bloger sejati atau apalah (apalah-apalah katanya iis dahlia)...kalo aku kangen kampung halaman obatnya cuman buka blog mas iman aj, sukses selalu mas..
BalasHapusterima kasih. ayo! pulang kampung dulu....ada lomba ketinting nih. malam minggu kemarin saya juga nonton lomba nyanyi dangdut. dari beberapa kali gelaran acara di kampung, baru kali ini acaranya lebih rame. soundnya lebih gede, panggungnya juga bagus, jadi penontonnya juga tumpah ruah. dan untuk pertandingan olahraga baru mulai hari ini. cuma ga ada lomba ngetik FAKB, kalo ngga kita bisa ikutan. haha.
BalasHapusTerima kasih
iman rabinata
Hehe..,lebaran udah pulang mas, disini juga diakan acara cuman per RT, maklum 1 RT seperti 1 kampung, terus terang aku lebih kangen dengan suasana acara dikampung lebih berasa,dikampung bisa jalan berombongan, kalo disini nonton sendiri jadi dirasakan bukan acaranya tapi panas cuacanya hehehe..
BalasHapus