Laman

Minggu, 29 Juli 2012

Labuan Cermin, Borneo Timur


Danau?, baru dengar saya kalau ada danau di daerah itu. Ya, saya semakin penasaran tentang cerita danau yang katanya sampai di telinga para petualang yang haus akan destinasi baru yang belum terekspose. Danau Labuan Cermin, danau ini disebut juga danau dua rasa, rasa air tawar dan rasa air asin (saya kira rasa strawberry dan rasa cokelat). Begitulah cerita yang sampai di telinga saya juga. Mungkin terlalu berlebihan, mungkin saja hanya sebuah sungai yang bercampur air asin, mungkin saja sebuah cekungan air payau atau ah, mungkin saja terlalu dibesar-besarkan.


Sayapun mulai mencari informasi di internet tentang danau tersebut, tak terlalu banyak informasi yang diperoleh, tetapi ternyata danau tersebut memang benar adanya dari beberapa traveler yang telah mengunjunginya. Namun sekali lagi, saya masih penasaran seperti apa sekumpulan air yang disebut sebagai danau tersebut. Dari gambar yang saya peroleh, terlihat beberapa gambar yang memukau, namun saya tak terlalu terpesona, karena bisa saja karena keahlian si photographer yang memainkan lensa kameranya. Dari beberapa blog juga saya dapatkan satu blog yang berasal dari daerah setempat, namun sayang si blogger tidak bisa dihubungi, dan blognyapun telah lama ditinggalkan. Terakhir, saya mendapatkan beberapa contact person dari orang-orang yang berasal dari daerah tersebut yang dapat memberikan tambahan informasi yang saya perlukan. Dan perjalananpun dimulai, tidak saja mengejar target si danau dua rasa tetapi keteduhan desa pesisir yang menjadi penghiasnya. Desa Biduk-Biduk, silakan baca postingan sebelum ini.

Hari ke dua di kecamatan Biduk-Biduk, siang setelah memanjakan mata dan pikiran dengan menikmati keindahan alam pantai desa ini, saya bergegas kembali untuk melanjutkan perjalanan menuju desa selanjutnya. Saya bersama travelmate, kembali menyeret kaki memikul carrier berisi peralatan camping. Konsepnya tetap, membiarkan kemana lelah ini menghentikan kami. Saat itu, desa Biduk-Biduk tengah mengadakan perayaan peringatan proklamasi kemerdekaan, dirayakan lebih awal mengingat momen tersebut berbarengan dengan hari raya lebaran nantinya. Jalan desa terlihat sedikit ramai karena konsentrasi warga terarah ke lapangan untuk menyaksikan ragam pertandingan antar kampung. Sesekali tatap mata penduduk melihat kami seperti seorang suami yang diusir dari rumah dengan membawa peralatan segede gaban, namun tak sedikit juga yang ramah menyapa kami. Kami terus berjalan hingga desa ini kami tinggalkan. Rumah penduduk mulai terlihat berjarak, kami telah masuk ke desa Bangkuduan. Waktu ashar telah tiba, kami beristirahat dan tunaikan ibadah di masjid kecil tersebut. Lagi-lagi, hanya kami berdua saja yang mengisinya.

Setelah shalat ashar, kami kembali melakukan perjalanan. Hari semakin sore, saya mulai memperhatikan lokasi dimana kira-kira kami akan mendirikan tenda jika sudah kemalaman. Tetapi, sebuah mobil bak terbuka Strada melintas. Melintas juga dipikiran untuk menumpang. Jalan ini hanya satu ruas, ketika mobil tersebut ke arah selatan, pasti akan kembali ke utara melalui jalan yang sama. Sambil berjalan, saya mempertajam pendengaran akan suara mobil dari belakang, dan tak beberapa lama mobil Strada tadi kembali melintas. Kami menghentikan mobil tersebut dan meminta tumpangan untuk diantar ke desa Labuan Kelambu. Si supir, mengiyakan dan mempersilakan kami duduk di bak belakang. Ah, asyiknya, berada di mobil dengan jalan beraspal yang lurus dan mulus. Jalan desa yang diteduhi pohon-pohon kelapa di setiap kiri kanan jalan, rumah penduduk yang tak rapat, angin laut yang menghembus, serta memandang air laut yang biru berbatas hijau tosca terlihat indah, pasir pantai yang putih, semakin membuat saya menikmati perjalanan ini. Lelah telah berganti, mata dimanjakan dengan pemandangan pesisir yang begitu…. *tiba-tiba mobil berhenti*. Oops, ternyata sudah sampai saudara-saudara. Cuma beberapa menit, ternyata jarak kita tadi sudah sangat dekat dengan desa Labuan Kelambu, hehe.

Desa Labuan Kelambu, Biduk-Biduk, Berau - Kalimantan Timur
Desa Labuan Kelambu, Biduk-Biduk, Berau - Kalimantan Timur
Desa Labuan Kelambu, Biduk-Biduk, Berau - Kalimantan Timur

Kami diturunkan di depan penginapan di seberang desa. Desa Labuan Kelambu berada di muara sungai, rumah penduduk berada di dua sisinya. Ada jembatan besar sebagai penghubung jalan negara, sementara ada juga jembatan terbuat dari kayu yang menjadi penghubung penduduk desa yang berada di seberang. Jumlah rumah tinggal di desa ini hanya sekitar tiga puluhan rumah saja. Ketika kami sampai, penduduk sudah paham akan kedatangan orang-orang dengan tas besar seperti kami. Apalagi kalau bukan untuk mengunjungi Danau Labuan Cermin. Penduduk setempat bersikap ramah dengan menyapa dan menginformasikan agar kami menghubungi pak Ahmad, penduduk yang bertugas mengantarkan pendatang yang ingin mengunjungi danau tersebut. Pak Ahmad berteriak dari bagian belakang rumahnya yang berada di tepi (muara) sungai (hm…bingung saya menyebut lokasi ini, disebut sungai airnya payau, berwarna hijau bening seperti laut, disebut muara juga terdapat pasir putih di satu sisinya, disebut pantai tetapi seperti sungai, disebut laut, airnya payau…haha, sampai tidak percayanya, teman saya nekat mencicipi airnya, rasanya…silakan coba sendiri nanti). Pak Ahmad meminta kami menunggu sebentar, karena beliau sedang makan. Beberapa saat pak Ahmad menghampiri kami dan menjelaskan aturan yang berlaku untuk menuju danau tersebut, termasuk tariff yang dikenakan sesuai dengan kesepakatan pengelola. Danau ini dikelola masyarakat setempat dengan menerapkan aturan-aturan sebagai tindakan pencegahan terhadap kerusakan lingkungannya. Keren ya, mereka tersadar akan lokasi wisatanya meski tanpa menunggu peran pemerintah daerah, hebat.

Jarak dari desa Labuan Kelambu menuju danau sekitar sepuluh menit dengan menggunakan perahu bermuatan dua puluhan orang. Tarifnya adalah seratus ribu rupiah. Akan lebih baik beramai-ramai ke tempat ini, supaya lebih irit untuk share costnya, tidak seperti saya, cuma berdua, sudah seperti pasangan yang sedang berbulan madu *tiba-tiba mules*. Selama perjalanan, mata dimanjakan dengan jernihnya air dan tepian yang berpagarkan pohon-pohon bakau. Ikan-ikan terlihat dengan mudah di sini, begitu juga penyu sisik terlihat hilir mudik. Beberapa saat, perahu mengarah ke lokasi penyempitan sungai, terlihat banyak pepohonan di sisinya, terdengar banyak suara binatang, burung-burungpun banyak terlihat di lokasi ini. kita sudah memasuki danau. Sebuah cekungan yang melingkar dimana airnya terhubung ke muara yang lebih besar, hanya saja antara danau dan muara tersebut terhubung dengan aliran air yang sempit. Kesan pertama memasuki danau ini, seolah sebuah tempat yang angker! (backsound horror) *mulai parno*. Lokasi ini sepi, airnya biru dan sangat jernih, di tepinya ditumbuhi pohon-pohon yang rindang, terlihat banyak kera di tepi sungai (kera liar yang tidak usil dan tidak mencuri barang-barang pengunjung, beda dengan kera-kera di uluwatu Bali), ikan-ikan laut yang sangat banyak dan besar-besar, sedangkan ratusan burung wallet berputar-putar di atas danau. Saya membayangkan tempat ini seperti tempat mandinya para jin-jin cantik *jinnie in the bottle*. Pak Ahmad, mengarahkan perahunya mengitari tepi danau yang bulat melingkar. Beliau menjelaskan, baru saja mengantar rombongan bule dari belanda. Beliau juga menjelaskan bahwa pangeran dari negara Denmark, beberapa saat lalu berencana ke tempat ini, namun sayang, perjalanannya terhenti di pulau Maratua (Kep. Derawan) karena ombak yang besar menghalangi perjalanannya ke tempat ini. rencana kedatangan sang pangeran tidak dipublish di media, namun aparat keamanan (tentara) telah bersiap atas kedatangan tamu dari negara tersebut. Saya hanya bergumam dalam hati, bagaimana mungkin kita selalu dipecundangi orang-orang luar yang jauh lebih dulu mengenal keunikan alam kita. Pak Ahmad juga menceritakan, awalnya masyarakat setempat menganggap biasa lokasi ini, merekapun terbiasa menangkap ikan di danau ini, hanya beberapa tahun belakangan ketika LSM TNC membekali mereka, penduduk setempat mulai memahami betapa bernilainya lokasi ini. LSM tersebut juga memberikan pengetahuan akan pentingnya keseimbangan alam dengan tidak merusaknya.

Setelah memutari danau ini, perahu ditambatkan, lalu…. tentu saja berenang… assyyiikknyaaaa tralala trilili…. Berengan sambil memandangi ikan-ikan yang berukuran besar. Keunikan danau ini adalah bagian permukaan danau adalah air tawar, sementara bagian dasar adalah air asin. Kedalaman danau sekitar tujuh hingga empat belas meter. Ikan-ikan yang berada di danau adalah ikan air asin. Selain itu masih terdapat juga penyu di danau ini. Air yang segar, bening, dan tentu saja tidak asin jika tertelan, membuat saya betah berlama-lama di sini. sementara teman saya telah dari tadi berdiam di tepi karena kedinginan. Selain danau Labuan Cermin, ada juga danau di bagian lain, namun tak terlalu bagus menurut saya. Di tempat inilah saya lebih banyak menikmati perjalanan saya, saya hampir tak memegang kamera karena akan menyita waktu kesenangan saya di danau ini, sungguh danau yang unik dan memuaskan saya.

Labuan Cermin - Berau Kalimantan Timur
Labuan Cermin - Berau Kalimantan Timur
Labuan Cermin - Berau Kalimantan Timur

Hari semakin sore, kami kembali bergegas pulang. Sepanjang perjalanan si bolang, sebutan saya untuk anak pak Ahmad yang ikut mengantar kami banyak bercerita. Si bolang (Ardi), terlihat terampil dan sangat mudah bergaul dengan tamunya. Ia juga menceritakan bahwa si bolang (yang asli) dari stasiun tv swasta, telah beberapa kali mengambil gambar di lokasi ini. Pak Ahmad mengeluhkan bahwa ia dan masyarakat setempat tidak ada yang bisa berbahasa asing, sehingga menyulitkan untuk memberikan penjelasan langsung kepada turis asing yang datang. Pak Ahmad sangat berharap anaknya dapat berbahasa asing sehingga dapat diandalkan untuk mengantarkan tamu-tamunya.

Ardi si Guide Cilik
Setiba di desa Labuan Kelambu, kami menyinggahi rumah makan ibu Haji Saudah yang tak jauh dari rumah pak Ahmad. Pak Ahmad menawarkan kediamannya untuk tempat kami bermalam, begitu juga ibu Haji Saudah. Namun kami menolak dengan alasan tidak mau merepotkan *alibi, tidak untuk dicontoh*. Kami memang membawa tenda, namun, untuk menghemat waktu yang semakin gelap, maka pilihan jatuh pada rumah Tuhan (baca : masjid) *gembelbanget.com*

Singkatnya, keesokan pagi pukul sepuluh,kami kembali bergegas pulang menuju kota Tanjung Redeb – Berau. Masih ada beberapa saat setelah solat subuh untuk mengitari tepi pantai desa ini. desa yang indah, tenang dan masih berlabel Indonesia. *mules lagi kalo sebut Indonesia, haha*. Sampai jumpa lagi kawan di tulisan dan cerita perjalanan berikutnya…….mmmuuuaaahhhh.

Notes :
~ Danau Labuan Cermin berada di desa Labuan Kelambu kec. Biduk-Biduk kab. Berau, Kalimantan Timur.
~ Transport dari Tanjung Redeb – Biduk-Biduk Rp. 100.000,- one way
~ Moda Transportasi : Mini Bus (Kijang, Avanza)
~ Waktu Tempuh : 6-7 jam perjalanan termasuk istirahat
~ Terdapat penginapan dan warung makan di desa Labuan Kelambu
~ Saran, bawalah peralatan snorkeling atau diving, karena tidak ada penyewaan disana
~ Tidak dibolehkan memancing di danau, tetapi diperbolehkan di desa Labuan Kelambu
~ Tarif menuju danau Rp. 100.000,- untuk satu perahu maksimal 20 orang
~ CP supir angkutan, mas Rudy 081350086375
~ Pengelola danau : LEKMALAMN : Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Labuan Cermin
~ CP Pengelola : Abdul Karim 081254541053 Ramli Laroko 081254483415 Kasim 081253851916
Penginapan Mayang, milik Pak Haji CP : 085247418303 / 081250716485, rate 110 ribu double bed, kipas angin, free sarapan. rate 180ribu AC,TV,double bed, free sarapan. pesen makanan 30ribu per porsi. ada juga losmen yang membelakangi pantai deket situ, katanya ratenya sekitar 50ribu, tanya saja, hehe, saya mah inap di masjid wkwk. 
Hoemstay ibu Fatma, pemilik warung soto di desa Giring CP : 082148444613, menurut info beliau menyediakan penginapan gratis, dengan sarat makan di warungnya, beliau juga tukang urut katanya. (sumber : norma yunita, Backpacker Samarinda)

43 komentar:

  1. huaaa kerennnn...mupeng mo kesana mas iman...ayok lagi,bareng ma aku ma mas riefcool :D

    BalasHapus
  2. air asinnya n air tawarnya gimana bang dalam satu tempat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. seperti itulah adanya NB, air di danau tersebut tidak tercampur seperti halnya air payau, air di bagian permukaan benar-benar tawar, tetapi jika anda menyelam lebih dalam maka airnya asin, ikan-ikan di danau adalah ikan laut dan hanya berada di bagian dasarnya. sepertinya disinilah letak keunikannya.

      Hapus
  3. wah...mupeng sama kal tim,banyak spot keren,semoga bisa kesana.adekku hbs dari derawan,lht fotonya ok,tnyta lht koleksi mas iman hmm....nice trip :)

    BalasHapus
  4. NAaaaaaaaaah !! Pas ke derawan ga sempet nih gue kesini ah !! Padahal diajakin langsung sama orang sana :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Renang ϑî danau ini sensasinya beda loh gan, sayang sekali belum nyempatin ќε sana. Semoga satu waktu bisa merasakan sendiri danau tersebut.

      Hapus
  5. Kayaknya damai banget gitu tinggal di desanya. Dan itu airnya bening bener deh.. Jadi pengen bercermin di sana. Siapa tau bayangannya jadi lebih ganteng dari aslinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener gan, desa yang sejuk dan damai. Hasil laut melimpah, hasil bumi (kelapa) yang menyebar ќε semua daerah ϑî kaltim. Aku sudah nyoba bercermin ϑî airnya, dan hasilnya wajahku terlihat lebih ganteng dari bayangannya haha.

      Hapus
  6. Danaunya cakep bener ya... bening tembus sampai ke dasar dengan warna biru laut...........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar gan, meski kedalamannya hingga 14 meter, isi danau terlihat sangat jelas.

      Trims.

      Hapus
  7. jernih banget Mas...mungkin krna jernih gtu,makanya dikasih nma labuan cermin..soalnya kyk cermin..hehe #sotoy

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar, beningnya air danau menjadi alasan penamaan danau tersebut. dan nama kelambu, konon jika dipagi hari, embun atau kabut yang berada diantara pepohonan akan menyerupai kelambu jika terlihat dari kejauhan.

      terimakasih
      iman rabinata

      Hapus
  8. waaaaaaaaaaahhh, mantap sekali mas iman ,
    keren, semoga bisa ke sana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaaaaah silva, masih inget nggak, kalo postingan yang ini saya buatnya di atas bukit ke desa Tangap sore-sore bersamaa teman-teman lain yang berburu signal. nah ini dia hasilnya, hehe.

      iman rabinata

      Hapus
  9. wwaah kereen.. bener"bening seperti cermin! nyesel pas ke kalimantan ga sempet main' kesini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. naaah lo... Labuan Cermin memang belum terpublikasi dengan baik, tidak seperti Derawan. tetapi di Kab. Berau sudah ada paket wisata ke Labuan Cermin selain paket wisata Derawan yang masyhur tersebut.

      Jadi, masih ada alasan bukan untuk kembali ke Kalimantan....

      iman rabinata

      Hapus
  10. Balasan
    1. selamat datang di Labuan Cermin.

      Terimakasih.

      iman rabinata

      Hapus
  11. oh yaaa??? berarti mas iman pas kita disana baru pulang dari tempat ini? rencana kemana lagi mas jalan2 hehhe, ajak2 napa??? :D
    semua postingan di blog mas iman bikin mupeeeeng :)
    dan aku suka tulisan mu ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Rencana paling deket sih, pertengahan november tahun ini nanjak Kerinci, insyaAllah. Untuk trip beginian, saya juga ngekor komunitas.jadi follower aja,hehe.

      Iman rabinata

      Hapus
    2. saya ngikut di Elkape Indonesia Adventure, Silva rencana naek gunung mana nih, bolehlah saya ngikut...

      Hapus
  12. LSM TNC itu apa The Nature Conservancy yg berbasis di tanjung redeb berau ya mas, LSM asing sejenis WWF, saya kemarin hampir masuk kerja di situ, sayang tidak jadi saya ambil, karena memilih kerja di jakarta. Sangat disayangkan, padahal kalau jadi saya ambil mungkin bisa liburan tiap hari ke labuan cermin atau derawan he he

    salam fakhruddin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Tapi kalau masih di TNC mungkin ga bisa nyampe Cambodja kan...hehe

      Hapus
  13. wow jernih bener kayak cermin.... birunya mantap... ijin bookmark, suatu saat musti kesini nih...

    BalasHapus
  14. kyk orang mau bulan madu tp nggembel wkwkwkwk
    buka tenda di pinggir danau lebih asik kyknya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. gembel juga pengen bulan madu, yihaaaa

      hm...kita buat tenda di danau gunung tujuh saja ya bulan depan...

      Hapus
  15. too bad I never come here, just stop at Talisayan only

    BalasHapus
    Balasan
    1. Unfortunately, hoping next time you will come to see labuan cermin.

      Hapus
  16. Mas numpang tanya, transport untuk menuju kesini dari Tj. Redeb jam berapa ya berangkatnya? Apa harus model carter begitu? Kita mau kesana Maret 2013 tapi susah banget cari info transportnya.

    Trus kira2 bisa ga kalau PP? Atau harus nginep?

    Thanks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Transport yang melayani rute tersebut sistem kuota penumpang, mobil terisi, kita jalan. Untuk PP saya kira jika ngetengnya keroyokan bisa saja, perjalanan bisa diperpendek tanpa ishoma siang, sialakn kontak driver yang saya gunakan jasanya di tulisan ini, siapa tahu bisa membantu dan negosiasi harga. Terimakasih.

      Hapus
  17. Today, I went to the beachfront with my children. I found a sea shell and gave it to my 4 year old daughter and said "You can hear the ocean if you put this to your ear."
    She placed the shell to her ear and screamed. There was a
    hermit crab inside and it pinched her ear. She never wants to
    go back! LoL I know this is completely off topic but I had to tell someone!
    Also see my website > what is the health care reform

    BalasHapus
  18. Mas, rate penginapanya berapaan?
    Mohon infonya mas, trimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penginapan Mayang, milik Pak Haji CP : 085247418303 / 081250716485, rate 110 ribu double bed, kipas angin, free sarapan. rate 180ribu AC,TV,double bed, free sarapan. pesen makanan 30ribu per porsi. ada juga losmen yang membelakangi pantai deket situ, katanya ratenya sekitar 50ribu, tanya saja, hehe, saya mah inap di masjid wkwk.
      Hoemstay ibu Fatma, pemilik warung soto di desa Giring CP : 082148444613, menurut info beliau menyediakan penginapan gratis, dengan sarat makan di warungnya, beliau juga tukang urut katanya. (sumber : norma yunita, Backpacker Samarinda)

      Hapus
  19. Trimakasih info-info nya. Kebetulan lagi di Desa Teluk Bayur (mudah-mudahan ga salah ^^v), Berau.
    Mudah-mudah sempat ke labuan cermin.

    Nice blog mas. Keep on posting ya.. :-)

    BalasHapus
  20. bang, mau tanya,

    kalo dari balikpapan transportnya gimana ya?
    dari bandara berau apa langsung ada transport ke dekat biduk-biduk / labuan cermin?

    terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya saat itu via darat, dari arah utara jadi ngga pake pesawat. Kalau landing di Kalimarau Airport Berau, saya kira ada transport yang bisa mengantar ke Terminal Lama, jarak dari Bandara ke Terminal Lama tidak jauh, sekitar 15 menit. Tanjung Redeb kota kabupaten yang kecil, jadi tidak terlalu sulit.

      postingan berikut semoga membantu untuk pelajari rute menuju Berau :

      http://imanrabinata.blogspot.com/2012/07/biduk-biduk-pesisir-timur-borneo.html

      http://imanrabinata.blogspot.com/2012/01/rute-pilihan-menuju-derawan.html

      Terima kasih.

      Hapus
    2. makasih banyak mas referensinya :)

      Hapus
  21. woow. jernih banget ya airnya..

    mampir yuk ke travel blog saya di www.shu-travelographer.com salam ransel

    BalasHapus