Gajah Borneo? Apa? Ada gajah di
Borneo?
Ketika aku ketik keyword ‘desa Tau kabupaten Nunukan’
google menampilkan artikel tentang adanya gajah di pulau Kalimantan. Maka
semakin bersemangatlah saya memburunya.
Gereja di Desa Tinampak II, Tulin Onsoi, Nunukan |
Sabtu, 06 Oktober 2012, aktivitas
rutin kantoran seperti biasa terkadang menjemukan. Belum ada jatah libur untuk refresh otak dan mata. Namun, itu tak
membuat saya berhenti memutar otak. Dapat kabar kalau teman-teman surveyor akan melakukan survey potensi
pohon di lokasi baru di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur, tentu
saja naluri traveling saya bereaksi, berusaha supaya dapat ijin untuk
bisa nebeng kegiatan tersebut.
Ijin lisan dikantongi, persiapkan kebutuhan standar untuk traveling seperti isi full daya battery gadget, camdig, flashlighter
hingga menyiapkan raincoat karena
curah hujan sedang tinggi. Sabtu malam, aku sempatkan untuk mencari informasi
ke wikipedia tentang desa yang bakalan aku sambangi. Sempat ragu apakah ada
yang menuliskan tentang desa tersebut, tetapi setidaknya nama desa dan lokasi
bisa diperoleh dari website resmi pemerintah daerah. Namun, betapa terkejutnya
saya ketika keyword diketik munculah
artikel-artikel terkait yang membahasa nama Desa Tau sebagai lokasi gajah
borneo berada. Gajah? Ada gajah di Borneo? Tentu saja saya bersemangat
berselancar di dunia maya dengan waktu terbatas ini. setahu saya atau juga
pengetahuan awam umumnya hanya mengetahui kalau gajah hanya ada di Pulau
Sumatera, belum pernah terdengar atau terekspose kalau Pulau Borneo juga
memiliki spesies mamalia berbelalai tersebut, kalaupun ada apakah sudah punah
sekarang?
Beberapa artikel yang tidak
banyak tersebut menjelaskan kalau Desa Tau adalah desa yang berada di Kecamatan
Tulin Onsoi (pemekaran Kecamatan Sebuku) Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan
Timur yang berbatasan dengan negara Malaysia. Lembaga asing WWF ternyata telah
melakukan penelitian tentang kebenaran adanya hewan besar tersebut, beberapa
blogger juga ada yang menuliskan artikel terkait meski dengan versi plagiat dan
porsi yang sedikit. Yup, sedikit
informasi membuat saya memiliki alasan untuk ‘mencapekan’ diri sejenak dengan
ikut rombongan surveyor tersebut
sementara saya berburu informasi kebenaran satwa gajah tersebut ke lokasi
langsung. Shutdown computer, prepare untuk menikmati alam kalimantan
dengan ‘penyiksaan’ jalan lintas kabupaten yang bergelombang, berlobang dan
berdendang (akronim maksa).
Minggu pagi, 07 Oktober 2012,
gerimis menyertai perjalanan kami. Perjalanan ini akan melintas empat kabupaten
di utara kalimantan. Seperti biasa, pemandangan hanya didominasi oleh lahan
kosong bekas eksploitasi hutan alam, beberapa bagian tampak areal Hutan Tanaman
Industri, perkebunan kelapa sawit dan beberapa pemukiman warga dan juga
perumahan transmigrasi. Jarak Desa Tau (desa relokasi bernama Tau Baru) sekitar
110 kilmeter dari Kota Kabupaten Malinau. Akses jalan lebih mudah melalui jalan
darat. Desa Tau berada di Kecamatan Tulin Onsoi, dengan desa induknya berlabel Desa Sekikilan. Pusat keramaian terdekat bisa dijumpai di daerah trans SP I
(sarana pemukiman). Kondisi jalan dari Kota Malinau hingga lokasi transmigrasi Sebuku masih terbilang baik, jalan beraspal dengan lobang di beberapa titiknya.
Akan tetapi untuk menuju Desa Tau (baca Taw), jalan terasa kurang mulus. Desa Tau, berdampingan
dengan Desa Tinampak II, sementara Desa Tinampak I berada sekitar 30 menit
perjalanan darat via ranger atau mobil 4WD.
Sore hari, perjalanan terhenti di Desa Tinampak I untuk mengantarkan beberapa logistik tambahan untuk tim
survey, kemudian dilanjutkan menuju Desa Tau Baru untuk regu berikutnya.
Sebelum memasuki Desa Tau Baru, pemandangan disuguhkan dengan keberadaan Pos
Satgas Libas Malindo Kompi Tempur 5 Yonif 413 Kostrad. Wudiiih, terasa adem makyus dah melihat pos ‘kecil’ tetapi terlihat
sangar tersebut. Tentara asal kostrad Solo – Jateng (hadeh, bingung bahasanya apa ya?, markas, kompi atau
apa, ada bedanya ga ya, maklum SMK Tata Boga jadi miskin istilah ketentaraan,
wkwk), telah bertugas lebih dari enam bulan di lokasi ini. Sebuah lokasi yang
jika mereka melepaskan pandangan yang tampak hanya rimbun pepohonan di
perbukitan. Tepat di depan Pos PAMTAS tersebut adalah bangunan sekolah dasar lengkap
dengan halaman terbuka yang digunakan sebagai lapangan olahraga volli.
Terlihat gadis-gadis desa yang berolahraga saat itu, namun saya tak sempat
mengambil gambar karena berniat akan kembali ke lokasi tersebut setelah
kendaraan kami sampai di tujuan. Apa lacur, ketika saya kembali ke lokasi
lapangan olahraga tersebut, pemain volley ball telah berganti menjadi para
prajurit kostrad *nyengir.
Rombongan kami sampai di Desa Tau
Baru sore hari, team leader melakukan
perijinan dengan aparatur desa setempat, sementara saya, yang notabenenya hanya
menyelinap saja, bersegera menyusuri desa yang benar-benar berada di pedalaman
ini. lokasi desa yang daleeeeeemmmm
banget, asli, pedaleman !. rombongan kami ditempatkan di posko tamu yang
sudah mirip homestay di lokasi wisata
terkenal. Bangunan permanen lengkap dengan keramik bersih, kamar mandi plus
persediaan air membuat saya harus mengangkat jari jempol (dan berkata ‘wow’
gitu) untuk keberhasilan program PNPM Mandiri.
Saya menuju pemukiman yang letaknya berada di dataran lebih rendah dari pos
tamu tempat kami menginap. Tak terlalu banyak penduduknya, karena memang
seperti itu umumnya sebuah desa di kalimantan. Warga desa ini adalah suku Dayak
Agabak, mereka bermata pencarian sebagai PNS (pencari nafkah serabutan -wkwk maaf-),
nelayan ataupun berkebun. Desa Tau Baru tak terlalu rapi, jarak antara satu
rumah dengan rumah yang lainnya tak diberi jarak yang luas. Terlihat gereja
berdiri kokoh tepat di atas bukit. Tampak juga tempat pemandian atau penampungan
air yang mengalir tanpa henti, karena merupakan air dari pegunungan yang
dialirkan melalui pipa besar.
Di beberapa kesempatan saya
banyak berbincang dengan pendeta / gembala yang bertugas di desa tersebut, tak
terkecuali dengan Pak Dal, warga asli desa tersebut. Kesempatan tersebut tak
saya sia-siakan untuk berburu informasi tentang kebenaran adanya satwa gajah
yang saya baca di internet tersebut. Dari keterangan warga setempat, mereka
membenarkan informasi yang saya bawa. Gajah, binatang bertubuh besar tersebut
memang nyata, benar adanya di wilayah hutan mereka. Terutama di desa lama
mereka yaitu desa yaitu Desa Tau, sekitar satu jam perjalanan via darat. Bagi
warga desa, gajah bukan binatang yang mereka buru untuk dikomsumsi, mereka juga
berkeyakinan bahwa binatang tersebut akan melakukan perlawanan atau membalas
jika keberadaaan mereka diusik. Alasan tersebut yang menjadikan binatang gajah
masih bisa ditemukan meski sekarang sudah semakin sulit karena areal hutan
banyak berubah fungsi menjadi areal perkebunan kelapa sawit yang luas dan luas
dan luas.
Dalam keseharian mereka untuk
berburu binatang hutan semisal babi, atau mencari kayu, mereka masih bisa
menemukan satwa tersebut. Satu waktu si gajah juga pernah terjerat oleh
perangkap yang dibuat oleh warga, walau sebenarnya perangkap tersebut
diperuntukkan untuk menjerat binatang babi atau rusa. Kotoran gajah yang
katanya berduri masih sering mereka temukan. Bahkan di areal perkebunan kelapa
sawit, binatang ini pun terkadang ditemukan.
Saya memang hanya bisa berburu
informasinya saja saat itu, untuk berburu binatangnya, tentu memerlukan waktu
lebih banyak. Namun setidaknya, pertanyaan besar saya sedikit terpuaskan, bahwa
di pulau ini terdapat satwa yang hanya kita kenal keberadaaanya di Pulau Sumatera.
Begitu banyak yang tidak percaya kalau di pulau ini terdapat juga satwa yang
mungkin tersisa segelintir saja. Saya tidak (pernah) tahu, apakah tulisan saya,
ada manfaatnya untuk kelangsungan habitat mereka ataukah tidak. Sungguh suatu
perasaan merindu ingin melihat populasi binatang tersebut di alamnya sendiri.
Namun, apa daya, negeri ini hanya memang bisa tersenyum karena kesenangan kita
mengusik ketenangan makhluk lain. Begitu banyak satwa yang dipahami dan
diketahui adalah satwa yang dilindungi, tetapi masih tetap saja diburu dan
diperjualbelikan.
Hujan deras, malam yang pekat di Desa Tau Baru, membuat aku menekuk lutut melewati malam tanpa alas dan bantal.
Terdengar suara musik tradisional dari kampung sebelah karena ada acara
pernikahan. Tak terlalu sulit buatku untuk bisa memejamkan mata, karena seorang
'backpacker' memang dituntut untuk bisa tidur dan tak tertidur di kondisi apapun
juga.
Aku menatap rinai di seberang kaca
Ada belalai bermain di pelupuk mata
Si gajah kedinginan entah dimana
Masihkah ia ada
Atau terus berlari mencari belantara
Keesokan pagi, aku dan seorang
teman memilih untuk ke sungai daripada bergantian di kamar mandi. Sungai
berbatu dan masih berkabut ini, memberikan kesejukan tersendiri. Air sungai
yang tak lagi jernih, membuat ada yang tak padu di
panorama pagi ini. Tampak sebuah gereja lagi di Kampung Tinampak yang terlihat
indah bersama sebatang pohon yang rindang di sisi kanannya.
Perjalanan pagi dilanjutkan untuk
mengantar sebagian regu survey potensi menuju Desa Tau. Jarak tempuh dari Desa
Tau Baru menuju Desa Tau yang telah ditinggalkan tersebut, adalah lebih dari
satu jam perjalanan. Jalan yang licin, berbukit dan berbadan jalan yang tak luas
membuat pengemudi harus ekstra hati-hati dengan berkendara. Di sebagian
perjalanan, kami kembali melewati areal perkebunan kelapa sawit yang sangat
luas, seluas mata memandang. Sementara beberapa kilometer mendekat ke Desa Tau,
lokasi menjadi areal hutan yang tak lagi terlihat rindangnya pepohonan.
Kegiatan paripurna. Saya kembali
bergegas pulang. Sepanjang perjalanan, saya hanya bisa memandangi bumi kalimantan yang kini menjadi hutan bertajuk rendah. Hutan kelapa sawit.
Bagaimanakah nasib satwa-satwa bertajuk tinggi. Dimanakah saudara-saudara Bona
*gajah di komik anak Bobo*. Saya hanya bisa meluaskan imajinasi, bahwa
satwa-satwa tersebut sama halnya dengan pedagang kaki lima di perkotaan yang
dikejar dan dipukuli oleh satpol pamong praja dengan alasan keindahan kota.
I hope, one day I can meet those
gentle giants (elephants) out there in the wild where they belong, not in the
circus.
ooOoo
Gallery
Kantor Desa Sanur, Tulin Onsoi, Nunukan |
POS PAMTAS MALINDO |
Pagi di sungai desa Tinampak II |
Desa Tau Baru |
Jalan menuju desa Tau (lama) |
Kondisi Jalan Menuju Desa Tau (lama) |
Areal Perkebunan Kelapa Sawit Nunukan |
Berjibaku dalam Hujan dan Pohon Tumbang |
Warga Desa Tau |
Menuju Desa Tau Baru |
Desa Sekikilan, Tulin Onsoi |
Desa Tinampak I, Tulin Onsoi |
Maaf, Ga nemu gajahnya.... |
d klsel juga ada dulu tpi udah matii..ihehehe
BalasHapushm...sangat disayangkan. semoga satwa lain masih bisa kita pertahankan.
Hapussalamku pasti gak tersampaikan u,u
BalasHapushehe...ia nih, musti ada tim ekspedisi khusus untuk menyampaikan salamnya.
HapusNgiri nih dengan petualangan dan napas panjang menulisnya..
BalasHapusTerimakasih, tulisan anda juga sangat menarik. Ingin juga menulis dalam bahasa internasional seperti tulisan anda.
HapusSalam kenal, terimakasih sekali atas kunjungannya.
Man, yang ingin aku tanyakan, siapakah sopir yang mendapat tugas untuk perjalanan panjang melintasi 4 Kabupaten di Kaltara? MANSYUR?
BalasHapusKISAH NYATA..............
BalasHapusAss.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!
((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))
Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :
Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll
Syarat :
Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda
Proses :
Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur
Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :
Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt
Prosedur Daftar Ritual ini :
Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP
Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR
Kirim ke nomor ini : 085320279333
SMS Anda akan Kami balas secepatnya
Maaf Program ini TERBATAS .