Jumat, 25 Desember 2020

Dua Ribu Dua Puluh

 

Sore cerah. Air sungai jernih. Angin laut seolah sampai hingga ke dedaunan. Lebih hening. Tak ada aktivitas manusia. Lelaki gemuk yang mulai menua itu duduk seperti biasa. Bersendiri dengan buku dan handphone yang ditaroh di sampingnya. Entah apakah ia punya masa depan yang cerah. Hati yang jernih. Atau pikirannya sedang hening. Tak taulah. Tak bisa menilai sesuatu dari luaran. Tak ada kewajiban pula tentang hal itu.

 

Dua puluh lima Desember. Tempat ini mulai sepi. Hingga awal Januari. Sementara di kampung sebelah. Baru akan ramai kalau di malam tahun baru. Seperti biasa. Tak ada yang istimewa, paling tidak untuk lelaki gemuk yang mulai menua itu.

 

Dua ribu dua puluh. Adalah angka untuk tahun. Sebentar lagi akan berganti. Apa yang harus dimaknai? Apa, tidak ada? Biasa saja?. Iya. Memang harusnya biasa saja. Tidak perlu lah disastra-sastrakan kehidupan ini. Janganlah dipujangga-pujanggakan perjalanan ini. Biasa saja. Toh aku tak pernah meningkat menjadi istimewa tahun ini. Apalagi untuk lelaki gemuk yang mulai menua itu.

 

Sabtu, 19 Desember 2020

Pensiunan Gunung

 

Semeru 2011

Satu hal. Ini sepenuhnya bukan tentang usia. Aku maklum, paham. Kalau teman-teman seperjuangan seperjalanan sudah benar-benar ngga mudah lagi untuk diajak jalan. Padahal mereka ngga semuanya sudah tua. Nggak semuanya sudah berkeluarga. Tapi apakah objek kunjungan itu mengenal kata tamat? Khatam? Ini sih lebih ke teman-teman pendakian. Yang make me sad itu kalau udah bilang barang-barang pendakian sold out. Duh.

 

Rabu, 16 Desember 2020

Queensland Room

 

diambil dari akun ig _narso

Kesibukan adalah salah satu cara untuk melewati hari-hari dengan sehat. Harusnya!. Jadi selama satu bulan aku di Pare Kediri benar-benar menjadi satu bulan paling produktif. Dibilang lelah memang benar lelah, tapi lelahnya ini nggak bikin stress kepala. Asik saja. Lelah yang dinikmati.

 

Rabu, 28 November 2018

KOMANG


 
Komang

Ini salah satu tulisan yang paling lama selesainya. Komang, Senandung Batur adalah dua judul yang sudah aku tuliskan, sudah hampir rampung tapi selalu menemui kebuntuan. Apa aku yang tidak konsen menuliskannya, atau memang kisah ini terlalu picisan. Sampai akhirnya, ini adalah draft ke tiga dengan kisah yang sama.


Komang adalah teman perjalanan saat trip di Bali beberapa tahun silam. Batur adalah danau indah di kawasan Kintamani sebagai latar cerita. Sudah bertahun-tahun lewat, namun kisah ini tak pernah selesai. Bahkan ketika aku kembali ke tanah dewata itu beberapa bulan silam, kisah Komang tetap saja menjadi rahasia yang belum selesai.

Jumat, 10 Agustus 2018

Saatnya Pulang


Saatnya Pulang
-Pendakian Gunung Ceremai V Habis-



Beberapa saat di puncak Gunung Ceremai. Angin bertiup kencang. Beberapa pendaki mulai berdatangan. Matahari bersinar tanpa terhalang. Kami masih berjalan santai mengitari bibir kawah. Puncak ini luas, jadi meskipun banyak pendaki yang berdatangan tidak terlalu merepotkan. Kami beberapa saat kembali bersiap untuk kembali turun dan menuju tenda. Puji syukur kehadirat Tuhan, kami bisa di tanah tertinggi dengan selamat. Selanjutnya, kami masih harus tetap berkonsentrasi agar tetap selamat hingga di gerbang pendakian.


Kamis, 09 Agustus 2018

Seputaran Mess PT. Intracawood Mfg – Sekatak


Seputaran Mess PT. Intracawood Mfg – Sekatak


Edisi kali ini adalah photo-photo yang diambil saat pagi di sekitaran Mess PT. Intracawood Manufacturing Camp Sekatak, masuk wilayah Desa Sekatak Buji, Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.


Photo pertama di bawah ini adalah lokasi camp tampak dari kejauhan. Diambil saat jalan-jalan pagi di jalan poros trans Kalimantan. Ikut tertangkap kamera adalah sepasang burung rangkong yang juga sedang menikmati matahari pagi.




Rabu, 08 Agustus 2018

Menuju Puncak Gunung Ceremai


Menuju Puncak Gunung Ceremai
-Pendakian Gunung Ceremai IV_




Pagi di Desa Argalingga. Di lereng Gunung Ceremai. Kami di rumah Kang Didik, driver yang akan mengantar kami hingga ke pintu pendakian jalur Apuy. Saat subuh tadi aku dan Bang Togi sudah meramaikan rumah ini. Hanya Vicky yang saat itu menyambut. Selainnya masih meneruskan istirahat mereka. Hingga pagi menjelang, satu persatu kami saling mengenalkan diri.

Selasa, 07 Agustus 2018

Empal Gentong


Empal Gentong
-Pendakian Gunung Ceremai III-

Berangkat dari rest area. Perjalanan menuju Kabupaten Cirebon dilanjutkan. Kali ini Bang Togi yang menyetir. Sepanjang jalan kami bercerita, bernostalgia. Tiga tahun lalu, saat perjalanan dari Bandung menuju Desa Bambangan, desa di kaki Gunung Slamet – Jawa Tengah, hanya mas Rudy yang menyetir kendaraan, pergi pulang. Namun kali ini, Bang Togi sudah bisa nyetir sendiri, bahkan beberapa waktu lalu sudah menjajal tanah Sumatera hingga ke Sumatera Utara.

Jumat, 27 Juli 2018

CAWANG


Cawang
-Pendakian Gunung Ceremai II-

Hari ke-dua di Cileungsi. Aku berpamitan kepada tuan rumah. Seperti biasa, menit-menit terakhir aku masih saja merepotkan. Diantar sampai terminal bayangan. Jadwal yang tadinya akan ketemuan di jam 15.00, diubah menjadi satu jam lebih awal. Itu artinya sebelum Dzuhur aku sudah harus mulai menuju terminal. Terminal bayangan adalah istilah terminal kendaraan yang bukan resmi, di situ sudah ada elf, atau jenis minibus untuk rute tertentu. Terminal bayangan tempat ngetemnya elf  jurusan Cawang UKI di Cileungsi itu ada di pasar tradisional.  Pasar-pasarnya juga sebetulnya berada di bawah jembatan tol –sepertinya-, maklum aku masih sulit membedakan mana yang mereka sebut dengan underpass, fly over, atau jembatan layang. Yang aku tau, dimana ada jembatan disitu ada air sungai yang mengalir. Begitulah yang ada di tempatku.

Kamis, 07 Juni 2018

Jalan


J a l a n


Yang terlihat di sosial media memang pose-pose photo ketika sedang berada di puncak. Dengan balutan jaket outdoor ‘mahal’, rangkulan teman dari berbagai kalangan, latar belakang barisan awan hingga banner seakan bertanya ‘kamu kapan?’. Kelihatan bahagia, sumringah, ceria dan sedikit rasa bangga. Yang terlihat di sosial media memang seakan hidup hanya tentang jalan-jalan, tentang menghabiskan uang, tentang aneka kulineran. Dari satu tempat berpindah ke tempat lain, dari satu bandara hingga ke terminal keberangkatan yang lain. Yang kalian lihat di sosial media seperti parade hobi yang butuh modal, tak perlu pikir masa depan, yang penting hepi, upload photo lalu caption penuh kebanggaan.

Jumat, 25 Mei 2018

Sehari di Cileungsi


Sehari di Cileungsi
-pendakian gunung ceremai bagian 1-



“Mas Iman, ayok ke Binaiya, buka WA ya”. Begitulah SMS yang tertulis di hapeku.
Aku membalas pesan singkat itu dengan singkat, ‘siap mas’. Lalu mengaktifkan kembali aplikasi whatsapp-ku. Butuh sedikit perjuangan untuk mengkonekkan ke jaringan internet, namun tak menjadi masalah. Setelah wasap aktif, barulah pesan dari mas Rudy yang berisi itinerary pendakian aku terima.



Nyang Nyang


Nyang Nyang adalah salah satu pantai di selatan pulau Bali yang masih sepi. Saya kadang aneh saja pulau yang begitu masyhur itu masih saja ada spot yang belum ramai dijamah. Dan sepertinya untuk beberapa waktu ke depan, akan ada lagi beberapa spot baru yang ditemukan. Mungkin bukan ditemukan, tapi lagi ngehits untuk dipublikasikan. Dan kali ini, Nyang Nyang yang menjadi tema tulisan.




Minggu, 20 Mei 2018

7 Hari di Bali, Budget 1 Juta



Endorse lagi? Hehe, bukan. Ini hanya share untuk menyiasati liburan murah tapi tetap bergengsi kalau tidak ingin dikatakan instagramable. Sekalian untuk berbagi pengalaman apakah lebih murah reservasi penginapan via online ataukah langsung on the spot. Lebih murah mungkin tapi lebih baik, ataukah lebih mudah juga akan jadi bahasan kali ini.


Di zaman serba digital seperti sekarang, semua urusan memang lebih mudah. Meski tak semudah mengakses jaringan di beberapa daerah, sepertiku misalnya. Beberapa aplikasi atau situs pesan hotel online menawarkan harga yang bersaing. Ada Traveloka, Booking.com, Agoda, Blibli.com dan seabrek website lainnya. Satu hal yang paling membantu dari ragam situs ini, kita bisa melihat photo-photo penampakan penginapan yang akan kita pilih. Mulai dari area parkir, ruang receiptionist, balkon, bedroom, toilet hingga menu breakfast. Di sini, kita masih bebas memilih berbagai situs tersebut sebelum menentukan hotel sesuai budget. Lihat juga review tamu yang pernah menginap di hotel tersebut.

Tanah Lot,Mushola dan Coco Dewata



Sahabat, tulisan kali ini berisi review sebuah mushola yang terdapat di pusat perbelanjaan oleh-oleh di kawasan wisata Tanah Lot, Bali. Trip ke Bali, kali itu di tanggal 25 Maret sampai dengan 31 Maret 2018. Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot juga merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam. (Wikipedia)


Rabu, 02 Mei 2018

Penjahit dan Legian Street


Penjahit dan Legian Street



Penjahit tanpa nama. Mungkin tak terlalu berlebihan aku katakan demikian, karena tidak ada plang nama dan lokasi jasa jahitnya terpisah dari komplek perbelanjaan umumnya. Lebih tepatnya, dari jalan menuju komplek perbelanjaan Gusher, yang searah juga dengan lokasi wisata Hutan Mangrove Tarakan, ada satu jalan sebelah kiri tepat sebelum pintu masuk komplek Gusher, sekitar seratus meter ke dalam. Ada sebuah bangunan yang dindingnya terbuat dari susunan seng, luasnya kutaksir dua kali tiga meter saja. Disitulah penjahit itu berada.