Dua puluh lima Desember. Tempat ini mulai sepi. Hingga awal Januari. Sementara di kampung sebelah. Baru akan ramai kalau di malam tahun baru. Seperti biasa. Tak ada yang istimewa, paling tidak untuk lelaki gemuk yang mulai menua itu.
Dua ribu dua puluh. Adalah angka untuk tahun. Sebentar lagi akan berganti. Apa yang harus dimaknai? Apa, tidak ada? Biasa saja?. Iya. Memang harusnya biasa saja. Tidak perlu lah disastra-sastrakan kehidupan ini. Janganlah dipujangga-pujanggakan perjalanan ini. Biasa saja. Toh aku tak pernah meningkat menjadi istimewa tahun ini. Apalagi untuk lelaki gemuk yang mulai menua itu.