Hanya bisa berucap terimakasih dan selamat tinggal, untuk seluruh keluarga yang sudah memberikan kehangatannya. Sebenarnya setelah sampai di pelabuhan Pantoloan Sulawesi Tengah, inginnya melanjutkan langsung ke kota Manado, namun karena bertemu dengan seorang bapak yang selanjutnya aku panggil ami (paman) Dar, akhirnya aku terima tawaran beliau untuk bermalam di kediamannya di Palu Selatan dan juga di kabupaten parigi. Tinggal di lingkungan yang religi seperti keluarga ami Dar adalah pengalaman tersendiri. Anak-anak yang santun adalah cerminan pendidikan keluarga yang islami. Kota Palu memang tak terlepas dari nama besar yayasan al-khairat yang telah menyebar ke nusantara. Aroma habaib di kota ini terasa sangat kental. Kota yang berada di tepi pantai dengan dikelilingi bukit-bukit indah menghijau, menjadikan kota ini asri meski tak dikenal sebagai kota wisata.
![]() |
Pengawu Palu - Sulawesi Tengah |
Aku tiba di kota ini saat waktu telah menunjukkan pukul 02.30 dini hari, tiba di kediaman keluarga ami Dar telah disuguhkan makanan dengan citarasa yang khas. Sayur santan daun kelor dan ikan laut dengan masakan menggugah selera. Karena telah lelah dan memang larut malam, kita langsung beristirahat di ruang tengah. saat fajar menyingsing, aku kembali memulai aktivitas di desa pinggir kota ini. rasa penasaran karena menemui kota ini di malam hari, aku langsung keluar setelah shalat subuh untuk melihat pagi di kota ini. dan pemandangan pagi yang cerah mempertontonkan lensaku tentang keindahan bukit di seberang sana lengkap dengan panorama yang menghijau.
![]() |
Panorama Pinggiran Palu |
Siang harinya, perjalanan dilanjutkan ke desa Palewa, kabupaten Parigi. Perjalanan harus melalui jalanan yang sangat berkelok dan menanjak, yang dikenal dengan sebutan kebun kopi. Sebuah pemandangan indah dari dalam mini bus yang membawaku dan ami Dar menuju desa kelahiran beliau. Tampak deretan pohon-pohon yang rindang di sela-sela jurang di pinggir jalan yang berliku-liku. Udara terasa sangat sejuk dan segar.
![]() |
Pantai Bamba Uwentaipa Parigi |
Sore hari tiba di kediaman beliau yang ternyata bernuansa perbukitan dan pantai. Sungguh perpaduan yang indah. Meski bukan dikenal sebagai objek wisata karena memiliki bibir pantai yang sempit, namun suara air laut yang beradu dengan pasir yang tak dikunjungi wisatawan membuat lokasi ini begitu menenangkan. Hingga keesokan harinya, aku harus meninggalkan desa ini dan tentu saja meninggalkan dua keluarga yang telah memberikan tumpangan kepadaku. Sungguh sebuah cerita diluar rencana, bisa berada di sebuah keluarga yang sangat bersahaja, religius dan tentu saja hangat menyambut tamunya. Semoga, Tuhan memberikan ganjaran atas segala kebaikan ami Dar dan keluarga.
![]() |
Selamat Datang Pagi |
![]() |
Jalan Poros Sulawesi |
![]() |
Bidikan Lensa Backpacker |
Artikel Terkait
Sulawesi
Cerita Hati
- KOMANG
- CAWANG
- Jalan
- Penjahit dan Legian Street
- Happy Birthday
- Sembalun
- Ikrimah, Awan dan Kulit Kacang
- Dua Cerita Dua Doa
- Kehilangan
- Brugia Malayi
- Aaasin
- Pesan Moral Sebungkus Sate Ayam
- SESAT
- Bala-bala
- Pesan Untuk Secangkir Kopi
- Episode Kematian
- Pulang
- Sebiji Dzarrah
- Jangan Datang Januari
- Holiday is Lombok Sumbawa
- Keluarga Salak
- Dua Lawu Satu Rasa
- Senyum Indah Sindara
- Jakarta
- Meminjam Catatan Ilalang
Pantai
- Pantai Legenda Malin Kundang
- Pantai Batu Galau
- Labuan Cermin, Borneo Timur
- Biduk-Biduk, Pesisir Timur Borneo
- Menuju Nusa Utara Indonesia
- Cerita Kuta
- Rute Pilihan Menuju Derawan
- Walau Seribu Rebah
- Pulau Siau, Sitaro Sulawesi Utara
- Talaud Archipelago – North Sulawesi
- Pesona Kota Manado
- Menuju Nusa Utara Indonesia
- Bali
- Jogjakarta
- Pulau Lombok
- Makassar - Sulawesi Selatan
- Parepare - Sulawesi Selatan
- Wisata Jiwa
- Tiga Pantai Dua Hari di Satu Kota
hemmmmm... pinginnnnn
BalasHapus