Selasa, 26 Juli 2011

Bersama Ami Dar di Kota Palu

Hanya bisa berucap terimakasih dan selamat tinggal, untuk seluruh keluarga yang sudah memberikan kehangatannya. Sebenarnya setelah sampai di pelabuhan Pantoloan Sulawesi Tengah, inginnya melanjutkan langsung ke kota Manado, namun karena bertemu dengan seorang bapak yang selanjutnya aku panggil ami (paman) Dar, akhirnya aku terima tawaran beliau untuk bermalam di kediamannya di Palu Selatan dan juga di kabupaten parigi. Tinggal di lingkungan yang religi seperti keluarga ami Dar adalah pengalaman tersendiri. Anak-anak yang santun adalah cerminan pendidikan keluarga yang islami. Kota Palu memang tak terlepas dari nama besar yayasan al-khairat yang telah menyebar ke nusantara. Aroma habaib di kota ini terasa sangat kental. Kota yang berada di tepi pantai dengan dikelilingi bukit-bukit indah menghijau, menjadikan kota ini asri meski tak dikenal sebagai kota wisata.


Pengawu Palu - Sulawesi Tengah


Aku tiba di kota ini saat waktu telah menunjukkan pukul 02.30 dini hari, tiba di kediaman keluarga ami Dar telah disuguhkan makanan dengan citarasa yang khas. Sayur santan daun kelor dan ikan laut dengan masakan menggugah selera. Karena telah lelah dan memang larut malam, kita langsung beristirahat di ruang tengah. saat fajar menyingsing, aku kembali memulai aktivitas di desa pinggir kota ini. rasa penasaran karena menemui kota ini di malam hari, aku langsung keluar setelah shalat subuh untuk melihat pagi di kota ini. dan pemandangan pagi yang cerah mempertontonkan lensaku tentang keindahan bukit di seberang sana lengkap dengan panorama yang menghijau.


Panorama Pinggiran Palu

Siang harinya, perjalanan dilanjutkan ke desa Palewa, kabupaten Parigi. Perjalanan harus melalui jalanan yang sangat berkelok dan menanjak, yang dikenal dengan sebutan kebun kopi. Sebuah pemandangan indah dari dalam mini bus yang membawaku dan ami Dar menuju desa kelahiran beliau. Tampak deretan pohon-pohon yang rindang di sela-sela jurang di pinggir jalan yang berliku-liku. Udara terasa sangat sejuk dan segar.
Pantai Bamba Uwentaipa Parigi


Sore hari tiba di kediaman beliau yang ternyata bernuansa perbukitan dan pantai. Sungguh perpaduan yang indah. Meski bukan dikenal sebagai objek wisata karena memiliki bibir pantai yang sempit, namun suara air laut yang beradu dengan pasir yang tak dikunjungi wisatawan membuat lokasi ini begitu menenangkan. Hingga keesokan harinya, aku harus meninggalkan desa ini dan tentu saja meninggalkan dua keluarga yang telah memberikan tumpangan kepadaku. Sungguh sebuah cerita diluar rencana, bisa berada di sebuah keluarga yang sangat bersahaja, religius dan tentu saja hangat menyambut tamunya. Semoga, Tuhan memberikan ganjaran atas segala kebaikan ami Dar dan keluarga.


Selamat Datang Pagi
Jalan Poros Sulawesi
Bidikan Lensa Backpacker
Artikel Terkait
Comments
1 Comments

1 komentar: