Selasa, 27 September 2011

Kalimat Mahameru

(Agus SSP, Iman, Bima)

Mimpi Itu Berwujud
Saat Keningku Menyentuh Lembut Tanah Tertinggi
Kau Biarkan Kucium Bau Bumi Itu
Untuk Kau Tafsirkan Aku Tentang Ayat yang Kau Siratkan
Aku Bergetar, Tersadar….
Setitik Air Mata Kekerdilanku
Semakin Mempertegas Engkaulah yang Kupuja
Tuhan….
Terimakasih
Telah Mengijinkanku
Membaca Kalimat Mahameru

Masih teringat jelas tiga tahun silam saat aku melintas kabupaten Lumajang menuju Malang menggunakan Bus Ekonomi, aku hanya bisa menatap kegagahan Semeru dari balik kaca Bus. ‘Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai’, syair lawas tersebut seakan menggodaku untuk dapat ‘memeluk’ gunung tertinggi di pulau Jawa ini. Aku hanya menghias imajinasiku dengan ayat-ayat Tuhan tentang penciptaanNya.

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka,  dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk
(QS. Al Anbiya’ 31)

Lewat situs jejaring sosial Facebook, melalui group Ceker Petualang (yang kini berubah menjadi Banjarmasin Traveller) aku menemukan Komunitas Elkape Jakarta untuk melakukan Ekspedisi Semeru – Bromo 2011. Selama tiga bulan prepare, hari dinanti tersebut tiba. Ini pendakian pertamaku, dan Semeru adalah surganya para pendaki. Menurut beberapa pendaki senior dapat menyambangi puncak Semeru, berarti dapat pula mendaki gunung-gunung lain di Indonesia, hal itu dikarenakan trek yang dimiliki Semeru adalah akumulasi semua trek gunung lain di negeri ini. Tentu saja pendapat tersebut memacu adrenalin dan motivasi kuat yang menghujam.

Selangkah Demi Selangkah
Ketika Beban Menindis Raga
Saat Alam Begitu Megahnya
Aku Hanya Tertunduk
Sembari Berucap Lirih Membatin
Aku Kerdil,
Tapi Bukan Jiwa

Dibutuhkan persiapan tiga bulan lamanya, untuk melengkapi perlengkapan pendakian. Baik itu perlengkapan pribadi, perlengkapan team, logistik pribadi, logistik team, obat-obatan, sarana komunikasi hingga surat keterangan sehat dari dokter. Mempersiapkan fisik dan tentu saja mental, hingga terus mengevaluasi jawaban tentang apa yang diingini para pendaki. Jawaban tersebut adalah barometer dan motivator sakti sehingga apa yang dilakukan seorang pendaki memiliki nilai yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang bernalar tinggi. Ya !, idealisme pendaki tak akan sampai untuk orang-orang yang hanya menatap ketinggian dari akar rumput. Mereka yang mencapai puncaklah yang memiliki terjemah tentang arti pendakian itu sendiri. Terjemah tersebut tak berupa aksara dan juga rangkai relief kata, tapi sebuah paragraph hati berupa peng-upgrade-an diri menjadi sebuah pribadi yang lebih merendah di hadapan TuhanNya.


Terimakasih sedalamnya tentu saja buat Yang Super Baik, Allah SWT. Segala puji bagiMu Allah, telah Engkau lindungi kaki kecil ini dari segala rintangan. Engkau adalah Tuhanku, Aku bersumpah tak akan menyembah selainMu.

Saat Kutak Tahu Kemana Wajah MencariMu
Diantara Embun Menyelimuti Ranu nan Sejuk
Aku Berdiri Membasuh Lengan dan Wajahku
Dingin Menusuk Sendi
Fajar Menanti Pasti
Akulah Debu yang Bersuci
Berdiri Rapuh Mencintamu
Di Waktu Subuh Di Pinggir Ranu
Dua Rakaat Terbangun
Bukti Cintaku Akan AgungMu
Tuhanku, Aku Berserah PadaMu

Terimakasih buat mas Haryo Bima Suryaningprang (Obi), yang menggagas ekspedisi Semeru Bromo lewat Komunitas Elkape Jakarta. Terimakasih, telah membuat mimpiku menjadi nyata, dan dengan sabar menuntunku hingga mampu menjejakkan kaki di tanah tertinggi ini. Terimakasih untuk para korlap dari Elkape Jakarta, buat Delta Alevi yang telah banyak membantu mulai dari prepare hingga summit. Yudhistira Rangga, Korlap Team 4 (team berumur?), terimakasih atas tuntunannya. Korlap yang lain ada Indah Maharani dan Sandra ‘Anda’ Mariana, juga Cak Moko yang belum bisa bertemu dalam ekspedisi kali ini, semoga next trip kita dapat bersua….

Team Ekspedisi Elkape Semeru yang berjumlah 28 pendaki ; diantaranya, Uni Herawati dari Sidoarjo, kau adalah inspirasiku, semangatmu adalah harga, dan itu sulit terbeli olehku. Terimakasih juga telah ngajak muter-muterin kota Sidoarjo di hari terakhir. Mba Mayos Maia, sampean adalah motivator ulung, hingga langkah gontai ini seolah memiliki dua kekuatan yang tak terlihat, terimakasih mba Maia, Tuhan saja yang menuliskan amal indahmu yang akan kau terima balasNya di akhir kefanaan ini kelak. Makasih juga atas tumpangannya di Sekardangan Sidoarjo dan menemani hari terakhir di Surabaya. Selanjutnya buat Farah (Euis Faradhillah) dan Harni Anink dari Jakarta, kebersamaan kita hingga menginap di Airport Juanda Surabaya. Kita seolah pernah bertemu seribu tahun lalu dan bertemu kembali di kemegahan Semeru…….keakraban dan tentu saja kebersamaan tak akan terjalin jika kita tak memiliki tenggang rasa dan kualitas toleran yang teruji, senang mengenal kalian…..(maaf ya, aku tinggal ngeluyur ampe pagi saat di juanda,,,hihihi….)

Buat Felisianus Jeremy Andrian, makasih atas diskusi tentang Kalimantan saat perjalanan Probolinggo - Purabaya, kutunggu dirimu di bumi Paguntaka Borneo, hanya orang yang mengerti lingkungan yang akan mencintai dan menjaga lingkungan tersebut hingga ke lini mikro sekalipun. Buat mas Agus alias Sayap-Sayap Patah (Purwakarta), rindangnya pepohonan dan terjalnya tebing Air Terjun Madakaripura adalah saksi ketika kita berjamaah bersimpuh menghadapNya, terimakasih untuk sebuah Apel ranum saat aku benar-benar membutuhkannya di pendakian. Indra Setiawan (Banjarmasin), jangan pernah kau lupa, kita pernah satu atap berdua…..ada cinta diantara kita………….dan tak akan pernah kulupa(^..^). untuk Bima A. Putera dari Solo, sharing kita tentang Penginderaan Jarak Jauh dan Teknologi Up Date Software Pemetaan dapat dilanjutkan kapan saja. Angkat ranselmu hai anak muda, di pundakmulah negeri ini dititipkan, begitu banyak titik di negeri ini yang membutuhkan orang-orang dengan semangat tinggi sepertimu, bangkit dan mulailah melangkah…..

Untuk Raisan Al Farisi dan Wisnu Pramuliawardani (Bandung), terimakasih atas kebersamaannya. Kalian memang pantas menjadi yang terdepan. Semangat yang kalian torehkan adalah invest terbesar untuk terus mendaki kesuksesan, jangan lupa lengkapi juga koleksi ekspedisi alam kalian dengan basic ketauhidan yang tangguh, hingga kalian bisa mengkombinasikan keindahan yang kalian temukan adalah paduan teori dan empiris yang mengukuhkan sukma kalian, suatu saat kalian akan semakin gagah menapaki kehidupan ini, dan merasa tak berdaya kala bersimpuh dikeharibaanNya. Untuk Eko (dan anak-anak Mapala Apache), semoga kita dapat bertemu di lain waktu. Untuk Mas Rudy Sanjaya terimakasih atas candanya yang cerdas….terimakasih untuk seteguk air putih di puncak Mahamerunya. Untuk bang Togi, masih terngiang teriakan khas yang menyemangati perjalanan kita. Untuk semua pendaki-pendaki tangguh lainnya Fika Astari, Yani Indriati, Yani Pahlawiyanti, Dian Shiloh Mariany, Fikri Rezqan, Amin Mubarrak, Delly Andrian, Andy Rahman dan semua yang tentu saja masih membekasi di internal hardiskku.

Untuk Group Ceker Petualang (Banjarmasin Traveller) ; Faris dan Javier Aditya, terimakasih atas pertemanannya. Keep contact Guys.

Untuk yang telah mensupport ekspedisi ini, buat mas Sudarmanto atas tumpangannya di Malang, untuk Citra mahasiswi UMM atas perkenalannya hingga kita seperjalanan menuju Malang via Juanda, untuk my special friend ; Rezy Aziz dari komunitas BPI (Backpacker Indonesia) regional Surabaya, ‘maaf, kembali tidak bisa memenuhi undangannya untuk inap di kediamannya, next time ya……makasih udah menemani malam terakhirku hingga jam 3 pagi……aku tunggu di Kepulauan Derawan, Hutan Mangrove di tengah kota Tarakan dengan spesies Bekantan si Kera berhidung panjang hingga deretan wisata kuliner sea food khas kota Tarakan’.

Teman-teman kantor yang selalu berpikiran positif untuk setiap langkah kakiku, untuk Mas Ribut Hidayat, Mas Joko Purwanto, Iwan Benk, Dwi Yulianto, Tonglo Bulawan, Hasbi Samad……makasih telah banyak memberikan input untuk setiap perjalananku. Teman-teman dari The Bianggy Tarakan, Rika Ramlan, Witasari, Duwie Wijaya, Lila Utami, Erie, Vera ; makasih tak bosan-bosannya menerima kiriman BBM group dariku……miss u all…….

Dan terakhir buat teman-teman di seberang sana yang masih setia mengikuti cerita perjalananku, untuk sahabat terbaikku Idham Jufri di Makassar, Trias Eventi di Jakarta, Novia Tri Marfuah di Jepara, Nanda Patria di Jogjakarta, Nova Triana di Balikpapan dan TP Adrian di Medan. Kalian laksana mentari yang memberikan kehangatan kala aku bertekuk, dan Laksana savanna kala aku tersesat di tengah gurun nan luas, kalimat cinta dari kalian adalah harta tak ternilai buatku, tak seberapa mungkin bagi kalian tapi bagiku, kalimat yang kalian berikan adalah kekuatan hingga aku selalu tegap melangkahkan kaki yang telah terseret kemalasan. Terimakasih, Tuhan selalu bersama orang-orang yang memberikan cinta tulusnya untuk sebuah persahabatan, dan orang-orang tersebut adalah kalian.

Penutup, tentu saja permohonan maaf atas ketidaknyamanan semua sahabat atas segala perilaku dan ucap kata yang terlanjur membekas di hati kalian. Tidak ada maksud apapun kecuali semua adalah kealfaan aku sebagai makhluk biasa.

Indahnya Ranu Kumbolo Seindah Persahabatan Kita
Tingginya Tanjakkan Cinta bukan Aral Satukan Tekad Kita
Aku, Bersama Kalian Adalah Satu
Hanya Sekelompok Manusia Tak Berdaya
Berusaha Gapai Sekelumit Indah CiptaNya
Tentu Saja di Alam Sana Masih Ada Ribuan Landscape yang Lebih Indah
 Masih ada Ranu (danau)  yang Lebih Sejuk
Masih Terhampar Edelweis yang Berwarna
dan Masih Ada Puncak yang Lebih Nikmat
dan Itulah Pendakian Sebenarnya
Semoga Kita Dipertemukan Kembali di Puncak Keindahan Tersebut….
Bersama….
di Surga….


Salam Cinta dari Sera, Borneo Utara.
Iman Rabinata


Kamis, 08 September 2011

Air Terjun Rian - Sesayap


Akhir libur lebaran kali ini saya isi dengan berkunjung (kembali) ke lokasi air terjun Rian yang berada di kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung (KTT) – Kalimantan Timur. Sebelumnya lokasi ini masih berada di kabupaten Bulungan, namun setelah pemekaran wilayah objek wisata ini telah menjadi asset dan tentunya tanggungjawab pemda KTT. Mengelola sebuah objek wisata memang bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah saja, tetapi semua, termasuk saya yang kini ikut mempromosikan objek wisata ini melalui postingan yang saya buat kali ini.

Debit air pada lokasi air terjun Rian tidak terbilang banyak. Namun karena kandungan air yang masih alami dan juga pemandangan di sekeliling air terjun yang merupakan hutan tropis dengan vegetasi yang beragam, setidaknya memberikan point lain untuk tetap mengangkat objek wisata ini ke tingkat yang lebih luas. Salah satu jenis tanaman yang mudah ditemukan di hutan tropis di lokasi air terjun ini adalah pohon Ulin atau Eusideroxylon zwageri adalah vegetasi yang berkualitas tinggi dan dihargai dengan nilai yang tinggi juga.
Jika anda melintas di sepanjang jalan poros trans Kalimantan di sekitar desa Rian, anda bisa melihat air terjun ini dari dalam mobil perjalanan anda. Jarak dari kota kabupaten Malinau menuju lokasi ini adalah sejauh + 45 km atau sekitar satu jam perjalanan dari kota Tidang Pale, ibu kota kabupaten Tana Tidung.

Jarak dari tepi jalan poros untuk menuju lokasi air terjun ini sekitar 2 km, namun telah ada jalan masuk yang tak beraspal cukup untuk memperpendek perjalanan kaki anda jika anda membawa kendaraan. Perjalanan selanjutnya mengharuskan anda berjalan kaki karena jalan yang bisa dilalui kendaraan tidak sampai ke lokasi air terjun ini. Tidak terlalu jauh, hanya cukup menyiapkan sedikit tenaga karena trek pertama yang anda lalui adalah tanjakan dengan tekstur tanah yang licin. Setelah itu silakan menikmati keaslian hutan tropis Kalimantan yang rindang diselingi nyanyian burung-burung dan tawa beruk-beruk liar.

Air terjun Rian hanyalah sebuah tebing curam yang dilalui air gunung. Jadi air yang terlihat tidak terjatuh lepas bebas. Di beberapa bagian air hanya tampak seperti melalui tebing yang landai. Lokasi air terjun ini bertingkat-tingkat. Kebanyakan pengunjung hanya bisa mengunjungi sampai di tingkat dua saja, karena dibutuhkan tenaga yang ekstra untuk bisa mencapai ketingkat diatasnya yaitu hingga tingkat lima dari tujuh tingkat yang terbentuk. Di tingkat atau lokasi ke dua, memang air yang jatuh tidak terlalu tinggi, hanya sekitar dua meter, tetapi di lokasi ini arealnya lebih luas dari semua lokasi air terjun yang lain. Tingkat dua ini adalah lokasi yang dipilih untuk berkumpul. Karena arealnya memungkinkan juga untuk sekedar istirahat dari lelahnya perjalanan sembari menikmati makanan yang telah disiapkan sebelumnya.

Ketika saya mengunjungi lokasi air terjun ini, hanya tampak belasan pengunjung yang berlibur ke lokasi ini. Padahal, hari itu adalah hari libur lebaran yang biasanya dimanfaatkan banyak orang untuk berlibur. Tetapi dapat dimaklumi, karena jarak tempuh ke lokasi ini cukup jauh, ditambah lagi tidak ada sarana transportasi umum, maka lokasi air terjun ini masih sepi dari pengunjung. Semoga, tulisan ini dapat memberikan masukan dan motivasi bagi pemerintah daerah dan juga teman-teman warga masyarakat, dapat terus menjaga kelestarian alam dan mengangat objek wisata daerahnya dengan terus mengunjungi dan merawat objek wisatanya masing-masing. Karena menurut pengalaman saya, beberapa objek wisata terkenal yang banyak pengunjungnya tidak mesti memiliki kekayaan alam atau keindahan alam daerah saja, tetapi harus ditunjang dengan sarana, prasarana hingga promosi ke semua lapisan sosial masyarakat. Mari, bergandeng tangan untuk tetap mengangkat wisata daerah dengan berkunjung ke daerah sendiri. Salam…

Gallery Rian Waterfall
Rian Lokasi Tingkat 6 dan 7
Rian Lokasi 5 dan 6
Rian, Lokasi 4
Rian Lokasi 3
Pose Pohon Ulin

Memahat Nama di Lokasi 2 Rian
Lokasi 1
Syahrini Fans Club Regional Sekatak
Kebersamaan Itu Indah
ooOoo

Selasa, 06 September 2011

Tanjung Selor - Bulungan

Sharing cerita perjalanan kali akan mengangkat wajah Kota Tanjung Selor sebagai Ibukota Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur. Jarak dari Desa Sekatak Buji Kecamatan Sekatak hunian saya saat ini adalah sejauh +120 km. Tulisan cerita perjalanan kali ini adalah perjalanan yang saya lalui pada hari minggu silam atau H-2 hari raya idul fitri 1432 hijriah. Tujuan ke kota kabupaten kali ini adalah untuk berbelanja kebutuhan lebaran, sebagai tradisi semua umat muslim untuk merayakan hari kemenangan.

Sinar mentari belum menyengat, bahkan belum mampu mengusir kabut pagi diantara pepohonan di kiri kanan jalan poros trans Kalimantan, ketika saya dan bersama beberapa orang teman menerobos keheningan pagi menuju kota Tanjung Selor. Kondisi jalan masih mengharuskan pengemudi ekstra waspada, karena di beberapa titik terdapat longsoran yang membuat badan jalan menjadi berkurang lebarnya. Juga beberapa lokasi yang terdapat kondisi jalan telah rusak berat dan akan semakin parah jika di musim hujan, kemudian kondisi aspal yang telah tergerus dan berlubang.


Sepanjang perjalanan hanya tampak lahan kosong yang tak terlihat lagi pohon-pohon dengan tampuk besar, areal sepanjang perjalanan adalah bekas tebangan yang kini telah berubah menjadi lahan kosong dan juga lahan tidur. Hanya ada beberapa lokasi, lahan-lahan tersebut berfungsi sebagai kebun warga sekitar, meski luasnya tak seberapa. Di beberapa lokasi juga tampak hamparan kebun kelapa sawit yang masih berusia muda. Selain itu, tentu saja pemandangan perkampungan di pedalaman Kalimantan dapat menjadi alternatif pandangan anda selama perjalanan. Di antara perkampungan yang dilalui diantaranya Desa Mentadau, Sekatak Bengara dan Pimping. Ketika akan memasuki Kota Tanjung Selor tepatnya dekat jembatan teras terdapat aliran air gunung yang dialirkan dari sebilah bambu. Para pengendara yang melewati jalan ini biasanya berhenti sejenak untuk sekedar beristirahat atau membersihkan wajah dengan air yang sejuk dan bening ini.


Memasuki Kota Tanjung Selor dimulai dengan melewati jembatan sungai Kayan yang menghubungkan Kecamatan Tanjung Palas dan Kota Tanjung Selor. Tanjung Palas merupakan kecamatan dimana Kesultanan Bulungan dulunya mengelola kerajaannya. Di lokasi ini juga terdapat museum untuk menyimpan benda-benda peninggalan Kerajaan Bulungan.


Kota Tanjung Selor adalah kota yang tenang dan nyaman. Kota dengan penduduk kisaran 20.000 jiwa ini sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil. Belum terlihat bangunan-bangunan tinggi di kota ini, namun jalan-jalan yang lebar dan bersih tampak asri karena volume kendaraan yang melintas tak terlalu ramai di kota ini.


Salah satu pusat keramaian di kota ini adalah pasar induk. Disinilah aktivitas masyarakat terkonsentrasi. Walau hanya sebuah pasar tradisional dengan jumlah kios yang tak terlalu banyak tetapi berbelanja di pasar ini terasa nyaman. Lantai bangunan pasar yang berkeramik, area parkir kendaraan yang luas dan taman kecil di bagian depan pasar dapat menciptakan kondisi pasar menjadi terlihat asri dan teduh.


Beberapa alternatif lokasi wisata di kota ini adalah tepian kota, karena Kota Tanjung Selor merupakan kebudayaan sungai, tentu saja kita dapat berkeliling kota di jalan ini dengan view landscape bantaran sungai yang membentang. Warga kota juga biasa berlibur ke Batu Putih Tanjung Palas, sebuah bukit batu kapur berwarna putih dengan paduan relief-relief yang indah. Terdapat anak tangga menuju puncak bukit yang terjal. Dari puncak akan terlihat hamparan Kota Tanjung Selor dan sungai Kayan tentunya. Batu Putih atau Gunung Putih dipercaya masyarakat sebagai tempat bertafakkurnya Sultan Bulungan di masa lalu.


Selain Gunung Putih, terdapat lokasi wisata air terjun Long Pin dan air terjun Idaman di Km 18, sumber air panas Sajau dan juga sungai-sungai khas pedalaman yang bisa anda jadikan lokasi untuk berarung jeram, salah satunya adalah sungai Giram di Kecamatan Peso.

ooOoo



Legenda Puteri dalam Telur


Jika anda menyusuri jalan utama kota ini di salah satu pertigaan ada sebuah tugu dimana diatas tugu  tersebut dibentuk sebuah patung telur pecah dan di dalamnya berdiri seorang puteri. Konon, puteri tersebut adalah mitologi warga yang merupakan cikal bakal berdirinya Kesultanan Bulungan.


Tersebutlah legenda kepala adat suku Dayak Kayan yang tinggal di hilir Sungai Kayan. Hingga usianya telah lanjut sang kepala desa belum juga dikaruniai keturunan. Pada suatu hari sang kepala adat pergi berburu ke hutan. Di dalam hutan sang kepala adat tersebut menemukan sebutir telur dan sebilah bambu, yang kemudian dibawanya pulang dan diletakkan di dekat perapian dapur rumahnya. Keesokan harinya kedua benda tersebut berubah manjadi dua sosok bayi mungil. Bayi laki-laki dan bayi perempuan. Kejadian ini disebut sebagai bulongan yang berarti bambo dan telur, yang pada akhirnya menjadi nama Bulungan. Kedua bayi mungil tersebut dipelihara hingga dewasa dan dinikahkan. Keturunan dari pasangan inilah yang kelak menjadi Sultan Bulungan.


Legenda, tetaplah menjadi cerita. Tak perlu mencari kesahihan dan maraji’nya. Legenda, biarlah menjadi kekayaan budaya yang hampir punah meski di tanah asal muasal lahirnya kebudayaan itu sendiri. Tulisan yang saya tulis bersumber dari cerita seorang teman yang berasal dari Kecaamatan Tanjung Palas, yang bertutur selama perjalanan menyusuri jalan di Kabupaten Bulungan. Tentu saja saya tambal sulam dengan referensi cerita dari sumber lainnya. Kepada teman-teman yang memahami cerita dibalik tugu dengan bantuk patung telur dan puteri yang terdapat di perempatan jalan di Kota Tanjung Selor, saya persilakan untuk merevisi jika cerita yang saya tulis ini masih terdapat kekeliruan.


ooOoo


Hari telah sore, saya dan bersama teman-teman bergegas kembali ke desa tercinta, Sekatak Buji. Satu hal yang dapat saya simpulkan, bahwa peradaban di daerah ini telah ada begitu tuanya. Namun tak terlihat ada pembangunan yang selaras dengan kekayaan budaya apalagi kekayaan alam daerahnya. Entahlah.


 ooOoo

Album Tanjung Selor :
Tanjung Selor....Kota yang nyaman
Pasar Induk Tanjung Selor
Tugu Puteri Dalam Telur
Crown Palace Square
Jalan Raya Kota Tanjung Selor
ooOoo