Bekantan (Nasalis larvatus) |
Sebagai salah satu kepedulian pemerintah Kota Tarakan untuk perlindungan satwa khas Kalimantan, adalah dengan menyediakan kawasan konservasi mangrove dan spesies bekantan, si kera berhidung panjang. Sebuah areal yang berada di tengah Kota Tarakan ini, menjadi ikon kota karena lokasi ini sangat mudah dijangkau dan sangat tepat untuk dijadikan lokasi bersantai warga kota. Aku sendiri *yang kelahiran kota ini- baru saja menyempatkan diri melihat kawasan konservasi tersebut. Bukan kenapa-kenapa, secara hutan bakau dan spesies bekantan bukanlah hal yang ‘baru’ buatku, karena lokasi kerjaku saat ini selalu melewati hutan demikian dan tak jarang bertemu dengan spesies lainnya. Namun, seiring dengan banyaknya sahabat yang mencari informasi tentang lokasi wisata *kawasan mangrove- tersebut, aku sisihkan waktu yang ada untuk berkunjung dan menuliskan cerita perjalanan tersebut lewat media ini. Yuk, simak…..
Lokasi Hutan Mangrove di tengah Kota Tarakan |
Di sela aktivitas rutin, aku berusaha menyisihkan waktu untuk melihat Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan yang berada di Jalan Gajahmada dan berlokasi tepat di sebelah pusat perbelanjaan Gusher *Ramayana Dept Store-. Sahabat yang didaulat untuk menemani aktivitas kali ini adalah seorang sahabat lama yang bekerja di pusat perbelanjaan Gusher Tarakan. Lima belas menit sebelum Doski pulang, aku sudah stand by di halaman parkir komplek perbelanjaan yang tampak ramai. Tak terlalu jenuh menunggu, karena tepat di tengah komplek tengah berlangsung pagelaran musik dangdut sebagai media promosi menarik minat konsumen.
Selamat Datang di KKMB Tarakan |
Tepat pukul lima sore hari, kami bersegera menuju Kawasan Konservasi yang tak jauh tersebut. Di halaman parkir lokasi wisata telah terlihat deretan kendaraan roda dua dan juga empat berbaris rapi, menandakan lokasi wisata yang akan kita kunjungi ramai pengunjung. Dari pintu masuk, telah terlihat ornamen-ornamen yang mengisyaratkan tentang ikon kawasan ini. Harga tiket masuk untuk dewasa senilai 3.000,- rupiah. Di bagian pintu masuk, juga terdapat barang-barang cindera mata yang berupa t-shirt, gantungan kunci dan barang-barang lainnya.
Kesan pertama saat berada di kawasan ini adalah asri…teduh dan cukup baik untuk lokasi beristirahat. Jembatan sebagai sarana penghubung terlihat masih baik dan kokoh. Space jalan yang cukup luas, tong sampah berukuran besar hingga papan keterangan jenis pohon masih terlihat terawat. Kawasan yang tak terlalu luas ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang diberi title Taman Bacaan. Meski pada saat saya berkunjung, ruang tersebut dalam keadaan terkunci. Selain itu, terdapat juga dua kamar kecil permanen yang masih terawat.
Salah satu spot yang menjadi favorit pengunjung untuk narsis, adalah patung bekantan yang tak terlalu besar. Sama seperti di beberapa lokasi wisata lain, statue ikon tersebut selalu menjadi incaran wisatawan sebagai latar yang dapat menjelaskan tentang keberadaan pengunjung berpose. Akan lebih baik *saran ya- di balik statue tersebut dibuatkan tulisan besar yang menunjukkan lokasi tersebut. Lihatlah tulisan Pantai Losari yang terkenal itu, Jalan Merdeka di Medan dan lain sebagainya.
Untuk dapat menemukan spesies bekantan, pengunjung sebaiknya terus berjalan menyusuri jembatan penghubung hingga bagian barat kawasan. Jembatan penghubung bagian belakang areal memang tak sebaik jembatan penghubung yang berada di bagian depan kawasan, dan tampak beberapa papan jembatan telah lapuk. Namun, di lokasi ini, Anda akan bisa menemukan beberapa ekor Bekantan yang sedang bermain di antara dahan Bakau yang rindang. Kera ini memang lebih lucu dari familynya yang lain, warna bulunya berwarna ke-orange-an, hidungnya terlihat besar memanjang serta ekornya yang lurus bergoyang-goyang.
Beberapa kawanan bekantan terlihat sedang asyik mengunyah daun-daun bakau. Kera khas pulau Kalimantan ini tidak terlihat ‘jinak’ seperti yang ada di Uluwatu Bali. Jadi jangan harap pengunjung dapat melihat atau memegang langsung kawanan bekantan tersebut. Kawanan bekantan hanya dapat kita *saya- nikmati secara alami di dahan-dahan pepohonan. Butuh lensa dengan resolusi tinggi untuk mengabadikan pose bekantan untuk mendapatkan hasil yang baik, karena yang saya gunakan hanya kamera saku, hasilnya tak terlalu baik terlihat.
Mari jaga habitatnya.... |
Hari semakin sore, kawasan wisata di tutup tiga puluh menit dari angka lima sore, tapi karena hari ini terlihat banyak pengunjung, pengelola sepertinya memberikan toleran waktu beberapa menit. Di lokasi ini, banyak terdapat bangku-bangku di sisi jembatan. Tampak rombongan keluarga dan juga sepasang anak manusia yang mendiami bangku-bangku tersebut. Terlihat juga rumah penjaja makanan kecil di sudut lainnya. Karena mentari beranjak ke peraduan, kita menyudahi kunjungan kali ini.
Untuk melengkapi jalan-jalan kali ini, kami mampir sejenak untuk menikmati sajian kuliner di salah satu pojok kota. Menu bebek goreng dan segelas es jeruk menjadi pilihan pelepas lapar dan dahaga. Salah satu makanan khas di kota ini *kuliner daerah- adalah Kapah, sejenis kerang yang diracik dengan rempah hingga menciptakan sajian menu menggugah selera. Makanan ini mudah ditemukan di lokasi Pantai Amal Tarakan. Suatu saat saya akan berkunjung dan menuliskan cerita tersebut ke media ini. Untuk di jalan kota, makanan yang mudah ditemukan adalah Sea Food khas kota ini. Karena mayoritas penduduk kota ini adalah pendatang, jadinya tak perlu kuatir jika lidah anda kategori sulit beradaptasi, ragam makanan dari daereh lain di Indonesia, ada di kota ini.
Hari semakin gelap, saatnya bergegas kembali pulang…….
Artikel Terkait
Ukurannya sebesar anak kecil kali yah Bang? Bekantan yang ada di Kawasan Konservasi Mangrove ini memang asli liar atau hasil penangkaran?
BalasHapusBekantan memang berpostur lebih kecil. Yang gedean lagi namanya Beruk. Udah kayak beruang. Di hutan kalimantan masih mudah ditemui. *pengalaman pribadi. Untuk Bekantan yang di KKMB Tarakan, maaf ga sempat ngorek info ke petugas, abisnya udah sore bgt. Sepengamatan saya, Bekantan hidup liar, hanya saja dipantau petugas, dengan menyediakan panganan untuk spesies ini.
BalasHapusjadi pengen lihat langsung,wild life ha..xx
BalasHapusDilis ; ayuk....
BalasHapusInfO ttg pulau kakaban dunks mas.., plus budget na hihihii...
BalasHapusPengin liat ubur2 na yg ddanau tengah laut ntu...thx b4
Pulau Kakaban masuk dalam rangkai kepulauan Derawan, sudah diposting bertajuk "Eksotisme Kepulauan Derawan". Budget yang diperlukan bila meeting point dari Tarakan sebaiknya ikut agent travel saja, empat pulau dalam tiga hari include hotel, transport dan akomodasi berbanderol Rp. 700 ribuan *tentative. Mari snorkeling bersama ribuan ubur-ubur indah di Danau Kakaban.
BalasHapus...aku juga man, 3 tahun d Tarakan, belum pernah sempat main ke hutan mangrove, tambah penasaran lagi ni habis kamu liput man..
BalasHapushmhm, kapah, lagi-lagi saya belum pernah mencicipinya...jadi tambah ga sabar ni mau main k Tarakan lagi, doakan ya man, Insya Allah nanti kami datang bertiga dengan keluarga kecilku...!
ayo explore kota pulau ini.....
BalasHapuskapan yaaaaa bisa kes sinii
BalasHapusmas salam kenal, saya pernah mengunjungi lokasi ini tetapi saya tidak seberuntung sampean yang bisa melihat secara langsung bekantan, ketika itu saya putar-putar sekitar satu jam cuma liat pohon aja,makanya saya sangsi apa iya bekantan itu gampang menunjukkan dirinya ketika ada pengunjung?
BalasHapusHm, gitu ya. Memang spesies ini tidak jinak, atau memang malu kalau ada keramaian. Saya memang sambil curi-curi pandang begitu buat ngeliat si kera bermain ϑî dahan Bakau. Saat itu terlihat cukup banyak bekantan bermain ϑî beberapa spot.
Hapuswah kalau begitu saya kurang beruntung, cuma bisa foto2 ama patungnya aja he he
HapusUsaha pemerintah kota Tarakan yang patut kita apresiasi nih.. Jadi pengen ke sana ngeliat langsung Bekantan bukan cuma dari maskot Dunia Fantasi. Hehe..
BalasHapusBenar, semoga kawasan ini tak berubah menjadi mall ϑî tahun-tahun mendatang.
Hapus