Lebih dari
lima tahun saya tinggal di desa ini. Sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk
perkotaan dan persaingan memperebutkan materi. Di desa ini, berdiam majemuk
suku pedalaman yang tetap mengedepankan toleransi dan juga kebersamaan. Tak ada
gedung-gedung tinggi di tempat ini, hanya ada pohon-pohon menjulang tempat
lebah membangun sarang. Tak ada wanita bersepatu hak tinggi di sini, hanya ada
wanita bertelanjang kaki dan berjalan menunduk serta menggendong anjingnya,
tetapi tahukah, sekalipun demikian mereka tak pernah menelanjangi harga
dirinya. Tak ada suap dan sekongkol dalam menempuh suatu tujuan disini, yang
ada hanyalah sebuah pukulan gong tanda mupakat telah didapat.
Tangap, nama
desa itu. Berada dalam Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Provinsi
Kalimantan Timur. Ada sungai berbatu yang bila hujan datang airnya menjadi
keruh. Namun akan menjadi sangat rupawan ketika musim panas tiba, karena airnya
menjadi jernih berpadu dengan rimbun pepohonan serta batu-batu sungai yang
bertaburan.
Berada di
desa ini, terkadang membuat kita harus menarik sebuah pelajaran tentang
pendidikan moral sebenarnya. Meski tak berpenduduk padat, desa ini berdampingan
dan dihuni oleh lebih dari satu macam suku. Adat istiadat dan juga budaya, menjadi
corak yang perlu kita lestarikan. Di desa ini selain rumah adat suku dayak yang
bernama rumah panjang, juga berdiri sebuah gereja dan juga sebuah masjid.
Saling berdampingan dan juga saling menorehkan kebijaksanaan untuk menghormati
keyakinan masing-masing. Adakalanya perayaan keagamaan yang telah berpadu oleh
unsur budaya menjadi kemeriahan bersama, seperti perayaan maulid hingga
pelaksanaan perayaan pernikahan dengan budaya arab bercampur dengan budaya suku
lokal setempat, hingga upacara kematian oleh suku Dayak yang kadang digelar
hingga satu pekan lamanya. Cerita saya kali ini, adalah untuk berbagi tentang
upacara kematian tersebut karena lebih memperlihatkan khasanah budaya asli
bangsa kita.
Di berbagai
daerah, upacara kematian memiliki kekhasan masing-masing. Kita telah mengenal
budaya Tana Toraja dengan kemasannya hingga mengundang daya tarik dan
keingintahuan wisatawan untuk bisa hadir mencicipi keragaman budaya tersebut.
Begitu juga dengan daerah lainnya, seperti Bali ataupun daerah Sumatera Utara.
Nah, di daerah saya, upacara kematian juga menjadi agenda khusus. Upacara
kematian melibatkan seluruh warga desa. Para pemuda atau pria dewasa bergotong
royong mencari kayu bakar untuk bahan bakar memasak jamuan. Selainnya, mereka
membuat sejenis peti mati yang disebut dengan nama Lungun, yang terbuat dari
sebatang kayu Ulin atau jenis kayu keras lainnya, dibuat sedemikian rupa dengan
melubangi bagian tengah kayu sehingga lubang tersebut akan berfunsi sebagai
tempat persemayaman jenazah. Sementara para wanita dewasa, menyiapkan kuliner
khas untuk menjamu para pelayat hingga tamu-tamu lainnya. Ada satu kuliner yang
menjadi kekhasan pada upacara kematian tersebut. Adalah Pengasih, jenis minuman
permentasi umbi-umbian, yang ditempatkan pada sebuah wadah khusus (tempayan).
Minuman pengasih dapat dinikmati oleh siapa saja, dan tentu saja bisa
menimbulkan efek memabukkan jika dikomsumsi berlebihan.
Upacara
kematian dilaksanakan di rumah adat, berupa rumah panjang yang dapat menampung
seluruh warga desa. Terdapat ornamen berupa kain-kain berwarna merah dan
kuning di beberapa tiang rumah. Terdapat properti khas seperti mandau dan
sumpit hingga perhiasan wanita berupa gelang dan rantai manik-manik. Upacara
kematian juga diselingi dengan tari-tarian daerah yang diiringi dengan bunyi
gong yang saling bersahutan. Gerak tarian yang mereka tarikan berbeda dengan
gerak tari ketika menari pada acara pernikahan. Sepintas memang sama, tetapi
ada beberapa gerak yang tidak boleh ditarikan jika tidak sesuai dengan
acaranya. Tarian pada saat upacara kematian bisa ditarikan oleh wanita dan juga
pria.
Tidak ada
keharusan bagi warga desa akan pelaksanaan upacara kematian tersebut, bagi
keluarga yang menginginkan penghormatan terakhirnya diwujudkan dalam bentuk
upacara kematian, bisa menggelar acara tersebut dengan melibatkan seluruh warga
desa, tetapi bagi keluarga yang ingin membuat upacara kematian dengan cara yang
lebih sederhana, pun dipersilakan.
Jenazah yang
diletakkan di dalam lungun, diangkat dan diusung menuju tempat pemakaman. Ada
beberapa cara dalam hal perlakuan persemayaman terakhir. Ada yang menggunakan
cara mengubur jenazah, ada juga yang hanya diletakkan di dalam lubang tanah
tanpa ditimbun kembali. Para pengantar jenazah, ada yang membawa barang-barang
kesayangan mendiang semasa hidupnya, untuk disemayamkan bersama jenazah. Sementara
itu, bagi keluarga yang ditinggalkan akan mengenakan kalung yang terbuat dari
bahan manik-manik sebagai tanda upacara kematian berakhir.
Kalimantan,
tidak hanya tentang eksploitasi alamnya saja. Begitu banyak kekayaan budaya
yang bisa ditampilkan. Sebuah peradaban khas Indonesia yang butuh racikan
serius sehingga bisa ditampilkan menjadi sebuah acara budaya yang lebih
mempesona. Keseriusan semua pihak, terutama pemerintah daerah sangat kita harapkan
agar kiranya pagelaran budaya seperti upacara kematian ini, bisa terus kita
lestarikan. Selain akan lebih meningkatkan kecintaan pada generasi baru akan
warna budaya bangsa, pagelaran upacara kematian secara adat yang dikemas baik,
bisa berdampak pada aspek ekonomi warga. Tulisan ini, media ini, adalah salah
satu bentuk kepedulian anak bangsa untuk terus menulis indahnya budaya
Indonesia dalam untaian kata.
ooOoo
Artikel Terkait
Hello to all, how is everything, I think every one is getting
BalasHapusmore from this website, and your views are pleasant in
favor of new viewers.
Here is my weblog ... ralph lauren polo sale
budaya...budayaa.. dan budaya... gag ada lelahnya menikmati, membahas, merenungkan kata2 satu ini. dan budaya adalah jantung dr negara ini... great !! tulisan bagus bang bro.... jadi pengen ke kaltim :D
BalasHapusbudaya, perlu kemasan lebih baik agar bisa "dijual" dan "menjual". mari ke kaltim...*kaltara bro
Hapuswah, ulasan menarik
BalasHapusbiasanya yang terkenal adat kubur Toraja, ini adat dari daerah lain
informative..
Terima kasih Riza
Hapus