Kali ini tulisan ini aku buat saat masih dalam penerbangan Jakarrta – Tarakan dengan pesawat Batik Air. Terlihat seperti orang penting yang nggak punya waktu lagi sehingga harus menyelesaikan sesuatu yang harusnya private tapi dilakukan di ranah publik. Tak apalah. Memang aku juga bingung mau ngapain lagi. Kondisi aku juga saat ini nggak yang seratus persen sehat. Ngedrop, entah apa karena perjalanan kali ini bukan edisi liburan, wkwk.
Well aku kabarin dulu nih kisah si laptop yang akhirnya bisa aku maksimalkan kembali. Laptop aku yang sejak dibeli dan aku tinggalin ketika out dari Internal Audit praktis menjadi pengangguran. Hampir lima tahun lamanya. Dan kini udah aku pakai lagi setelah mengeluarkan rupiah untuk menaikan perfomanya. Mengganti hardisknya katanya.
Lanjut, perjalanan ini adalah perjalanan dinas. Sama dengan tulisan yang aku buat di bulan Februari lalu dengan judul Semesta Samarinda. Ada hal menarik di perjalanan kali ini. Tentu saja terkait destinasi yang aku kunjungi.
Perjalanan dinas kali ini bertema Rekonsiliasi Data Sipuhh dan Pembahasan Soal CBT. Untuk tema yang pertama rada mengerikan juga buatku. Rekonsiliasi itu artinya ada persamaan data setelah adanya ketidaksesuaian. Jadi apakah ini semacam punishment atau apa bikin aku bertanya-tanya sebelum diberangkatkan. Dan ternyata tidak. Tidak sepenuhnya, tapi iya ada benarnya. Jadi undangan rekonsiliasi ini dilatarbelakangi surat yang dikirim operator Sipuhh Industri dan kali ini tugas aku mendampingi ataupun juga diminta bertanggungjawab untuk bisa memaksimalkan kegiatan ini.
Karena ini perjalanan dinas, sementara ada beberapa tangkapan layar tentang tujuan wisata maka tulisan ini juga bisa aku jadikan cerita bagaimana aku bisa mendapatkan tempat-tempat menarik yang bisa dijadikan short video yang aku share di story whatsap aku.
Short video yang aku buat di hari pertama bekerja adalah video ikan hias di akuarium. Video ini aku ambil saat aku menunggu grabcar datang menjemput di jam pulang. Ikan hias itu berada di lobi hotel, tepatnya Hotel New Hemangini di Jalan Setiabudi Bandung. Sementara hotel tempat aku menginap di Jalan Cihampelas di Hotel Kembang.
Kedua, short video yang berisi tiga cuplikan video lampu merah jalan dengan latar gedung hotel Grandia dan juga tampak penyanyi jalanannya. Video ini aku ambil setelah makan malam di sekitaran hotel tempat aku menginap. Di sini ada kisah yang menarik untuk aku saksikan. Mereka bernyanyi di lampu merah dengan alat musik drum, gitar listrik dan bass (mungkiiinn, nggak ngerti). Pokoknya tiga alat musik itu. Itupun berada di bawah jembatan Fly Over Pasupati yang terkenal itu. Jadi aku duduk di bagian belakang mereka. Lalu memberikan selembar rupiah. Dan memesan sebuah lagu sebagai “upah” bekerja mereka. Tebak lagu apa yang aku request? Benar. Lagunya Lyodra. Wkwk. Kelimpungan lah grup musik itu yang dari tadi hanya menyanyikan lagu-lagu beat dari anak band. Aku nggak sebutkan judul lagunya apa, aku bilang terserah saja. Itupun buat mereka harus searching terlebih dahulu.
Tapi tak beberapa lama mereka mulai bersiap beraksi. Aku dipersilakan duduk di samping vokalisnya. Aku ditawarin kopi. Lah. Bagaimana ini. Okay. Aku pindah, duduk ke kursi yang mereka siapkan. Dan lagu mengalir melankolis tapi kali ini dibawakan lebih maskulin.
“Tapi di mana nanti kau terluka”
“Cari aku. Ku ada untukmu….”
Inilah baik-bait yang dinyanyikan sebagai simbol kelemahan beberapa umat manusia. Ngekk!.
Okay. Lanjut. Lagu ini dinyanyikan dengan sangat baik. Lagu-lagu sendu begini kalau dinyanyikan anak band bisa lebih berubah taste-nya. Aku mengucapkan terima kasih. Lalu pamit dan kembali memberikan selembar rupiah untuk vokalisnya. Satu hal, respon yang aku terima sangat-sangat indah dan berkesan. Bagaimana cara mereka berterima kasih. Gestur mereka tidak bisa berbohong untuk hal yang buat orang yang sering memberi, perlakuan seperti ini adalah target hidup. Yap. Tulisan ini aku peruntukan untuk kalian, kaum yang sering meletakan tangan di atas tangan orang lain tapi masih di grade yang masih bisa sedih kalau dapat perlakuan yang “tidak semestinya”. Iya, tahu, ada ilmu ikhlas. Wkwk. Teorinya. Tetapi itu nggak semudah itu kawan. Tidak mudah. Panjang kali pelajaran itu untuk bisa bertahan untuk tetap menjadi pemberi dan menjadi bahagia. Yah. Dan salah satunya, berilah ke orang yang kita nggak akan mungkin bertemu kembali. Kita memberi lalu pergi. Mereka menerima, lalu menularkan energi kesukaan. Orang menyabutnya dengan doa. Kata-kata baik. Entah itu semoga si orang yang tadi memberi dimudahkan rezekinya, atau disehatkan tubuhnya. Apapun itu. Tanpa bicarapun, mereka telah menularkannya. Dan itulah target akhirnya.
Next. Dalam short video di hari kedua itu aku lanjutkan dengan view sofa berwarna abu dan kipas angin di plafon. Terlihat estetik. Bermakna, keindahan kadang terlahir dari kesendirian, kesunyian. Sementara potongan video yang terakhir aku dapatkan setelah jalan pagi di sekitar hotel yang ternyata dekat dengan Jembatan Pasupati yang menjadi landmark Kota Bandung. Video itu mengisyaratkan tentang membiarkan yang ingin pergi untuk tetap pergi. Pergi saja, nggak kenapa-napaaaa!
Nah jadi udah tau kan sumber video yang aku take di sela-sela kegiatan tugas. Sesimpel itu. Semudah itu.
Lanjut di hari ketiga. Ada video tentang Masjid Al Jabbar. Nah kalau ini memang konteksnya healing. Wkwk. Ya kan. Ini udah kelar tugas. Jadi masih ada waktu untuk review tempat-tempat menarik. Apalagi sekarang sudah sangat mudah dengan adanya internet. Pesan Grabbike XL untuk perjalanan jauh. Sampai lah di masjid dengan latar air kolam yang luas. Aku punya kesempatan ke masjid yang dirancang Ridwan Kamil itu hanya di pagi hari. Jadi masih bisa untuk shalat dhuha di dalamnya. Jauh-jauh ke Bandung untuk shalat dhuha. Jangan tanya mintanya apa. Aku minta yang banyak. Minta duit. Ya iyalah. Ke masjid itu kan butuh biaya. Shalat Dhuha kan shalat untuk minta kaya. Mintalah, maka Aku beri. Begitu konsepnya. Jadi nggak usah sungkan. Kita juga minta ke Yang Maha Kaya. Amiiiiinnnn Allah.
Masjid Al Jabbar itu luar biasa indah. Aku posting video itu malah ada yang nanya apakah aku sedang di Dubai duh, personal branding aku udah di level itu ya kawan. Wkwk lucu juga tapi terima kasih.
Oya kalau ke Al Jabar itu ada waktu pekerja sedang bersih-bersih. Jadi baru bisa masuk masjidnya di jam 8 pagi. Pas lah sudah. Masjidnya pas ngga rame. Wangi pula. Indahnyaaa ini baru di dunia. Apalagi di Surga. Ya Allah. Minta Surgaaaaa, yang di dalamnya ada Lapor Pak.
Sudah dulu ya kawan tulisannya.
Terima kasih sudah membacaaa.
Semoga kalian yang ikut bahagia dengan tulisan ini dapat rezeki berlebih dari biasanya. Dibanyakin duitnya. Dibahagiakan hidupnya. Amiinn.
![]() |
Hotel Kembang Cihampelas |
![]() |
Masjid Raya Al Jabbar |
![]() |
Taman Nabi Musa |
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar