Sabtu, 15 Februari 2014

Namaku Kalet



Kalet (kiri)
Namaku Kalet. Sekarang aku sudah bersekolah. Kelas 1 di  SD Negeri Tangap - Sekatak, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Diantara teman-teman di hulu (sebutan nama desaku yang jauh disana), hanya aku dan Tius saja yang bersekolah. Selainnya, belum dibolehkan oleh orangtuanya. Aku dan Tius beruntung, karena Ayah kami bekerja di Perusahaan HPH di hilir (sebutan lokasi perusahaan yang ramai). Di tempat kerja itu, kami diberi rumah tinggal oleh perusahaan yang kegiatannya menebang kayu. Dari mess itu lah, kami bisa bersekolah ke SD yang tak jauh dari mess perusahaan. Sedangkan di hulu, tidak ada sekolah.


Setiap pagi aku ke sekolah, biasanya ikut mobil pick-up milik perusahaan, bersama anak-anak karyawan lainnya. Baju seragam sekolah kami sama, cuma beda di sepatu, tas sekolah dan uang jajan saja. Milik mereka bagus-bagus, tapi aku tetap semangat ke sekolah supaya bisa membaca, dan ketika besar nanti tidak asal tandatangan jika bertemu orang-orang pintar dari kota.

Saat pulang sekolah, aku biasa berjalan kaki. Kadang aku ikut om Nugie juga yang biasanya menjemput keponakannya yang satu kelas denganku.

Jika hari libur tiba, teman-temanku pergi ke kota. Ada juga yang berlibur ke Pulau Derawan dan Danau Labuan Cermin. Sementara aku, jika hari libur mudik ke hulu, ke desaku yang jauh di tengah hutan dan hanya bisa ditempuh dengan perahu. Di beberapa bagian saat perjalanan menuju desa, Ayah terpaksa menarik perahu karena banyaknya andras (jeram) dan arus deras. Kalau di Pulau Jawa, sungai seperti ini dibuat wisata dan bersenang-senang. Sedangkan kami, arung jeram seperti ini sudah menjadi bagian dari keseharian.

Ketika sore tiba aku berenang di sungai. Bermain sampan dan juga memanjat pohon bakau. Kera dan Bekantan masih sering dijumpai di tepi sungai ini. Begitu juga dengan buaya sungai. Sedangkan ikan dan udang, sudah sulit ditemukan.

Berenang Bersama Kawan-Kawan

Kata Om Nugie, aku ini si bocah Tiga Hutan. Karena aku tinggal di tiga hutan yang berbeda. Hutan Bakau, Hutan Hujan Tropis dan satu lagi Hutan Sawit. Untuk yang ketiga, adalah becandaan Om Nugie saja. Om Nugie, adalah orang perusahaan yang biasa bertanya banyak hal saat aku ikut di kendaraannya ketika aku pergi atau pulang sekolah. Dari Om Nugie juga, aku tahu kalau di Tulin Onsoi terdapat binatang gajah khas Pulau Kalimantan. Cerita Om Nugie itu, sama seperti cerita Akin (paman) yang mengatakan bahwa di Suku Dayak Agabag menyebut kawanan gajah itu dengan nama Nenek. Mereka, tidak pernah berburu Nenek karena miliki keyakinan bahwa si Nenek akan marah besar jika diusik. Kini gajah-gajah kecil itu sudah sulit untuk dijumpai, karena hutan tempat mereka tinggal telah berubah menjadi hutan kelapa sawit.

Buah Kapul (kiri), Buah Terap (kanan), Kelincauan (bawah)

Selain bermain di hutan bakau, aku juga biasa bermain di hutan hujan tropis. Di hutan, aku masih biasa mencari buah-buahan yang tidak pernah aku lihat di televisi. Ada buah kelincauan, ada buah kapul, buah terap, buah lepyu dan buah kerantungan. Semua aku dapatkan dengan tidak mudah, karena harus beradu cepat dengan monyet dan babi.


Gingseng Kalimantan (kiri) Sarang Semut (kanan)

Di mess, ada juga tempat berobat. Namanya poliklinik. Berobat di sana tidak dipungut bayaran. Meski sudah ada tempat berobat, obat-obatan tradisional masih sering digunakan. Untuk memperolehnya juga tidak sulit. Misalnya, sarang semut dan gingseng. Kalau mencari sarang semut, hanya mencari di dahan-dahan pepohoan yang berada di pinggir-pinggir sungai. Sementara untuk gingseng, saya belum pernah ikut ayah mencarinya. Kata Ayah, tempatnya jauh dan sulit.


Di hutan, masih sering aku temukan binatang-binatang yang biasa diburu Ayah. Cukup dengan direbus lalu ditaburi garam, daging-daging binatang seperti Biawak, Rusa hingga Labi-labi (sejenis kura-kura) sudah bisa menjadi santapan kami. Terakhir, aku baru tahu kalau binatang-binatang itu ternyata dilindungi pemerintah. Aku tahu hal itu dari poster besar yang ada di mess Ayah bekerja. Di mess perusahaan itu banyak photo-photo hewan yang dilarang untuk ditangkap hingga diperjualbelikan. Akan tetapi, di poster-poster itu tidak ada gambar burung-burung yang biasa dipelihara om-om yang bekerja di perusahaan tersebut.

Selain bermain di sungai dan hutan, aku juga biasa diajak ke Jakau. Jakau adalah hutan luas yang ditumbuhi pohoh buah-buahan. Me, Akin dan Itti (Ayah, Paman dan Bibi), dulunya memiliki Jakau yang luas. Akan tetapi kebanyakan mereka sudah menjual Jakaunya ke perusahaan yang kemudian berubah menjadi kebun sawit.

Kata Om Nugie, hutan itu sangat penting. Hutan membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar yang jika tidak tersimpan akan berkontribusi pada perubahan iklim. Bahasa om Nugie, kadang diperjelas dengan contoh-contoh sederhana supaya aku bisa mengerti penjelasannya. Om Nugie juga pernah mengatakan bahwa jika hutan sudah tidak ada lagi, maka ribuan jenis tanaman dan binatang akan punah.

Burung Kuntul masih terlihat bermain di sungai

Aku bisa sedikit mengerti penjelasan Om Nugie. Seperti saat ini, burung-burung enggang yang biasanya sering aku lihat, kini sudah jarang sekali. Kera-kera berekor panjang juga tak mungkin ada di dahan kelapa sawit. Sementara suara si Beruk sudah tak ada lagi, karena takut oleh suara alat berat yang biasa membuat jalan hingga menarik kayu di tengah hutan.


Namaku Kalet. Kalet itu adalah nama sebuah pohon yang kata Ayah hanya ditemui di Pulau Kalimantan. Pohon ini katanya bagus dijadikan bahan pembuatan rumah. Selain bahannya yang kuat, Kalet juga terlihat indah. Mungkin itu maksud Ayah memberi aku nama Kalet. Supaya aku tumbuh menjadi anak yang kuat dan berparas yang indah.  Bukan hanya kuat dan indah, aku juga harus pintar, sehingga aku bisa menjaga hutan ini agar tetap ada. Sehingga aku tak perlu membayar hanya untuk bermain air seperti teman-temanku di kota, atau membayar sekian rupiah hanya untuk melihat kera bermain-main di pepohonan. Aku harus giat belajar agar bisa menjaga hutan ini tetap ada. Kalau kata Om Nugie, “protect paradise”, yang artinya jagalah hutan ini.

***








Artikel Terkait
Comments
13 Comments

13 komentar:

  1. Tulisan bergaya baru nih ya Man, menghadirkan bocah sebagai tokoh penutur ya? bagi saya Bahasanya masih terlalu tinggi untuk seorang Anak Orang kampung, hehe...
    Oia, Om Nugie itu si Penulis ya? bisa kah sudah naik motor si Om tu? profil Nugie koq ga diceritain? btw, mau dong sarang semutnya?

    BalasHapus
  2. Setuju dengan komentar diatas, untuk ukuran bocah penutur style tulisan deskripsi, bahasanya terlalu tinggi, tetapi ini memang bukan asli tulisan si bocah, tetapi ini murni tulisan penulis dewasa yang mencoba menganalogikan dirinya sebagai seorang bocah yang sedang bertutur (mirip seperti narasi dalam serial si bolang yang sebenarnya sudah banyak campur tangan orang dewasa dalam memvisualisasikan kisah si bocah). Layak menjadi inspirasi untuk mendalami dunia si bocah dengan gaya bahasa tingkat tinggi yang bisa dicerna kalangan atas

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Such a great article! Love it already, jadi banyak tau soal hutan hehehe :D

    BalasHapus
  5. memang menarik jika artikel dituturkan dari sudut pandang orang lain. selain menguji kemampuan kita dalam PoV, juga mengasah kesabaran dalam menulis. Ah, kok komen saya nggak ada hubungannya sama isi artikel? *peace ya, mas*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Menuliskan kisah dengan meminjam peran orang lain mungkin terkesan ga adil ya. Tetapi ini bukan sekadar imajinasi, tetapi kehidupan sehari-hari si tokoh, pun menjadi keseharian si penulisnya. Yak, saya, (si Om Nugie) sebenarnya berbagi pengalamannya yang selama lebih 13 tahun hidup dalam kehidupan hutan alam kalimantan. Terima kasih sudah membaca. Peace juga hehe.

      Hapus
  6. Om iman rabinata...keren om. Aku pernah tinggal di desa sengkong yg ditepi sungai dengan akses transpirtasi yg sangat minim. Desa yg luasnya hanya sejauh mata memandang...yang harus naik ketinting ke sekatak selama 1 jam dibawah terik matahari.
    Yang jauh dr yg namanya peradaban..tapi keramahan penduduknya tak diragukan.
    Once more...keren om.

    BalasHapus
  7. Wah, pernah tinggal di desa khas kalimantan juga yak (desa-desa di tepi sungai). Akan menjadi memori yang indah ya, dan telah mengajarkan kita banyak hal tentang hidup.

    Terima kasih.

    BalasHapus
  8. KISAH NYATA..............
    Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 085320279333
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS .

    BalasHapus
  9. salam lesatari.. www.ipung.net

    BalasHapus