Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang
telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya,
pada waktu pagi dan waktu petang
(QS.AnNur 24)
(QS.AnNur 24)
***
Suasana Masjid di Camp PT. Intracawood |
Beberapa hari terakhir ini sendal-sendal di
masjid selalu tersusun rapi setelah jamaah usai menunaikan ibadah shalat fardu
berjamaah. Masjid kecil di lingkungan perusahaan tempatku bekerja memang
menjadi tempat bertemunya saudara seiman yang ingin melunturkan segala khilaf
dan dosa setiap harinya. Masjid ini dibangun secara swadaya oleh karyawan dan
bersifat sementara karena lokasi kerja yang berpindah-pindah.
Masjid kecil dengan lantai kayu yang halus
ini setidaknya memperpendek jarak kami untuk beribadah. Awalnya ketika masih
baru di tempat ini, kami masih beribadah ke masjid kampung yang memang tak jauh
dari lokasi kami berada. Hanya saja untuk menjangkau kampung tersebut belum
tersedianya akses jalan darat yang baik. Jalan yang ada saat itu berbatu kasar
dan melewati sedikit tanjakan. Selain jalan darat akses menuju kampung juga
bisa ditempuh dengan perahu melalui Sungai Sekatak. Jadilah aku dan teman-teman
lainnya selalu menggunakan perahu saat menunaikan ibadah shalat jumat ke
kampung, sementara untuk shalat fardu harian kami menggunakan bilik kecil
sebagai ruang khusus beribadah.
Berbicara masalah sendal yang tersusun rapi
di masjid tersebut, saya ingat bahwa kejadian tersebut juga aku alami saat
berada di Masjid Raya Medan – Sumatera Utara. Masjid yang masih satu lingkungan
dengan Istana Maimun tersebut berada di tengah Kota Medan. Menjadi landmark dan juga kebanggan sejarah
warga medan. Saya saat itu memang menginap di sebuah hostel khusus backpacker yang berada di samping masjid tersebut,
sehingga sangat memudahkan kami untuk beribadah di masjid yang dibangun pada tahun
1906 tersebut.
Saat menunaikan ibadah shalat fardu di
masjid ini, tampak anak-anak sedang duduk di tangga menuju pintu utama masjid.
Si anak-anak tersebut menawarkan jasa penjagaan alas kaki jamaah selama mereka
beribadah. Karena saya hanya menggunakan sendal jepit jadinya tidak memiliki alasan untuk menggunakan jasa penjaga alas
kaki tersebut. Jasa mereka hanya dipakai oleh jamah-jamaah yang memiliki sendal
atau sepatu yang bagus seperti para pekerja kantoran yang memang sengaja shalat
di masjid tersebut.
Cerita kehilangan sendal di masjid seakan
menjadi “cerita rakyat”. Entah disengaja atau tidak yang jelas kehilangan sendal
sama menyakitkan dengan kehilangan orang tercinta *sakitnya tuh di sini. Beberapa masjid yang pernah
saya singgahi memang ada yang sudah menyadari hal demikian. Ada masjid yang
memang mengalokasikan dananya untuk membayar pekerja khusus menjadi penjaga sendal
dengan metode seperti penitipan barang di swalayan, ada juga masjid yang hanya
menyediakan semacam locker untuk para
jamah yang bisa digunakan untuk menyimpan sendal. Meski kebanyakan masjid hanya
membiarkan sendal jamaah tetap
berserakan di halaman masjid (dengan resiko kehilangannya).
Masjid Raya Medan memang menjadi salah satu
daftar tujuan petualangan saya selama ini . Masjid seakan menjadi bagian
penting dalam sebuah perjalanan. Bisa menikmati keindahan masjid dari sisi
arsitekturnya, merasakan dingin air wudhunya hingga karpet empuk tempat
bersujud di dalamnya akan menjadi pengalaman spiritual yang memiliki nilai tak
terhingga. Bisa menemukan masjid di sebuah peradaban yang baru dikenal sama
bahagianya seperti menemukan oase di sebuah padang. Setidaknya dengan menemukan
masjid kita sudah berada di sebuah pemukiman yang seiman atau paling tidak ada
tempat menginap jika kemalaman. Tentunya tidak perlu kuatir karena setiap malam
akan ada jamaah yang datang untuk tunaikan ibadah fardunya setiap harinya, itu
berarti kita akan bertemu dan berkenalan dengan penduduk setempat untuk
menambah panjangkan tali silaturahmi antar sesama.
Bertamu ke masjid yang tidak ada aktivitas
shalat berjamaahnya aku temukan saat bertualang ke pesisir Pantai Biduk-Biduk
di Kalimantan Timur, masjid dengan karpet lembab akan mudah ditemukan di
desa-desa yang berada di kaki gunung seperti masjid di Ranu Pani - Semeru, Kayu
Aro – Kerinci, atau New Selo – Merapi. Masjid-masjid dengan arsitektur indah
bisa dengan mudah ditemukan di Dieng Plateu – Jawa Tengah atau Pulau Lombok –
NTB. Masjid dengan pagar besi terkunci saya temukan di Masjid Besar Rantepao –
Toraja, masjid “nyempil” di dinding
dengan jamaah membludak saya alami di Masjid Baitus Salam Cilandak - Jakarta,
masjid baru nan megah dengan kontruksi yang retak di beberapa bagian saya lihat
di Masjid Islamic Center Tarakan – Kalimantan Utara, Masjid bertingkat yang
memiliki halaman luas dan digunakan bermain futsal sore harinya saya temukan
saat beribadah di suatu masjid di Kota Manado, atau masjid yang mengharuskan
jamaah bisa menjaga keseimbangan tubuh bisa ditemukan di masjid yang berada di
kapal milik PT. Pelni, seperti KM. Tidar.
Masjid Besar Rantepao - Dok Pri 2010 |
Bisa mendengarkan suara adzan di lokasi
Poppies Kuta Bali saat subuh itu seperti mendengar suara “seruling syurga”
meski saya tidak tahu dimanakah masjid itu berada, bisa bersama jamaah penduduk
setempat mendengarkan khutbah atau ceramah itu juga seperti mendapatkan
pencerahan yang sangat berarti meski bahasa yang mereka gunanakan adalah bahasa
daerah setempat, seperti bahasa bugis saat khutbah jumat di Pulau Sebatik
(perbatasan Malaysia), bahasa jawa saat khutbah ied di Sleman - Jogjakarta atau
bahasa sunda saat ikuti kuliah subuh di masjid sebelum pendakian Gunung Cikuray
– Garut, Jawa Barat.
Dok Pri - Bandung, Solo Backpacker 2009 |
Dok Pri - Masjid di Pedalaman Kalimantan - Sekatak Bengara 2014 |
Masjid kuno dengan dua pilihan air wudhu
(panas dan dingin) ditemukan di Desa Pariangan – Sumatera Barat, masjid bersejarah
yang berada di lingkungan (museum) Kesultanan Bulungan bisa ditemukan di Kota
Tanjung Palas – Kalimantan Utara, merasakan atmosfir tentara saat shalat jumat
di masjid yang berada di Batalyon 614 Angkatan Darat, masjid dengan jamaah
terbilang ramai untuk jenis shalat dzuhur dan ashar saya temukan di Masjid
Magat Raya Jambi, Masjid dengan imam, brondong,
penghafal quran, ganteng (perlu nggak sih
gantengnya ditulis?) ada di Masjid Muhammadiyah Al-Amin Tarakan, masjid dengan
lembar-lembar ayat suci berserakan ada di masjid kecil di kaki Gunung Argopuro
– Jawa Timur, hingga masjid dengan view
sunset dan debur ombak bisa ditemukan di tepi pantai selatan Jember.
Terakhir masjid yang saya sambangi adalah
sebuah masjid megah berada di desa gerbang pendakian Gunung Raung – Banyuwangi
dua pekan silam. Yang baru buat saya ketika shalat di masjid ini adalah jamaah
wanita ikut mengeraskan bacaan “amiin”, dan posisi mereka sepertinya sejajar
dengan shaft jamaah pria, meski dibatasi dengan sutrah.
Dari sekian pengalaman saya bertandang ke
masjid-masjid tersebut, tentu saja tidak ada kejadian sendal saya menjadi
hilang karenanya. Kembali lagi, sendal bisa menjadi hal penting dalam
beribadah. Bisa bikin tidak konsen saat beribadah, apalagi kalau sendal atau
sepatunya mahal dan belum lunas.
Perihal kehilangan sandal (mungkin) tidak
akan terjadi jika anda sedang beribadah di Masjid Al Hikmah yang berada di Camp
Pangkalan PT. Intracawood Mfg, lokasi saya bekerja saat ini. Mengapa?, itu
karena bocah-bocah di sana akan menyusun sendal jamaah dengan rapi tanpa
meminta imbalan. Lantas, yang menjadi pertanyaan saya saat ini, kapan mereka
(atau dia) menyusun sanda-sendal tersebut, karena saat selesai shalat dan
keluar masjid semua sendal telah tersusun rapi, dan saat akan memasuki masjid
tak terlihat si penyusun sendal berada di halaman atau tangga masjid.
Sepertinya si bocah penyusun sendal tersebut menjalankan aksinya saat tengah
berlangsung shalat berjamaah tersebut.
Ambil hikmahnya saja ya pembaca, mungkin si
penyusun sendal tidak ingin terlihat kebaikannya oleh jamaah lain. Memang untuk
melakukan suatu kebaikan tak harus menampakkan diri apalagi memberikan
identitas yang jelas. Beramal ya beramal saja, tak perlu diupload ditag apalagi dishare.
Salam.
***
“Sesungguhnya rumah-rumah Allah di bumi adalah
masjid-masjid, dan sesungguhnya wajib atas Allah memuliakan orang yang
berziarah” –alhadits-
***
Tag : PT. Intracawood Manufacturing, Camp
Pangkalan Sekatak
Artikel Terkait
penasaran sama masjid kuno di sumbar yg punya air wudhu panas dan dingin, hehe
BalasHapus