Rabu, 05 November 2014

Bocah Penyusun Sendal



Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang 
(QS.AnNur 24)

***


Suasana Masjid di Camp PT. Intracawood

Beberapa hari terakhir ini sendal-sendal di masjid selalu tersusun rapi setelah jamaah usai menunaikan ibadah shalat fardu berjamaah. Masjid kecil di lingkungan perusahaan tempatku bekerja memang menjadi tempat bertemunya saudara seiman yang ingin melunturkan segala khilaf dan dosa setiap harinya. Masjid ini dibangun secara swadaya oleh karyawan dan bersifat sementara karena lokasi kerja yang berpindah-pindah.



Masjid kecil dengan lantai kayu yang halus ini setidaknya memperpendek jarak kami untuk beribadah. Awalnya ketika masih baru di tempat ini, kami masih beribadah ke masjid kampung yang memang tak jauh dari lokasi kami berada. Hanya saja untuk menjangkau kampung tersebut belum tersedianya akses jalan darat yang baik. Jalan yang ada saat itu berbatu kasar dan melewati sedikit tanjakan. Selain jalan darat akses menuju kampung juga bisa ditempuh dengan perahu melalui Sungai Sekatak. Jadilah aku dan teman-teman lainnya selalu menggunakan perahu saat menunaikan ibadah shalat jumat ke kampung, sementara untuk shalat fardu harian kami menggunakan bilik kecil sebagai ruang khusus beribadah.



Berbicara masalah sendal yang tersusun rapi di masjid tersebut, saya ingat bahwa kejadian tersebut juga aku alami saat berada di Masjid Raya Medan – Sumatera Utara. Masjid yang masih satu lingkungan dengan Istana Maimun tersebut berada di tengah Kota Medan. Menjadi landmark dan juga kebanggan sejarah warga medan. Saya saat itu memang menginap di sebuah hostel khusus backpacker yang berada di samping masjid tersebut, sehingga sangat memudahkan kami untuk beribadah di masjid yang dibangun pada tahun 1906 tersebut.


Saat menunaikan ibadah shalat fardu di masjid ini, tampak anak-anak sedang duduk di tangga menuju pintu utama masjid. Si anak-anak tersebut menawarkan jasa penjagaan alas kaki jamaah selama mereka beribadah. Karena saya hanya menggunakan sendal jepit jadinya tidak memiliki alasan untuk menggunakan jasa penjaga alas kaki tersebut. Jasa mereka hanya dipakai oleh jamah-jamaah yang memiliki sendal atau sepatu yang bagus seperti para pekerja kantoran yang memang sengaja shalat di masjid tersebut.


Cerita kehilangan sendal di masjid seakan menjadi “cerita rakyat”. Entah disengaja atau tidak yang jelas kehilangan sendal sama menyakitkan dengan kehilangan orang tercinta *sakitnya tuh di sini. Beberapa masjid yang pernah saya singgahi memang ada yang sudah menyadari hal demikian. Ada masjid yang memang mengalokasikan dananya untuk membayar pekerja khusus menjadi penjaga sendal dengan metode seperti penitipan barang di swalayan, ada juga masjid yang hanya menyediakan semacam locker untuk para jamah yang bisa digunakan untuk menyimpan sendal. Meski kebanyakan masjid hanya membiarkan sendal  jamaah tetap berserakan di halaman masjid (dengan resiko kehilangannya).


Masjid Raya Medan memang menjadi salah satu daftar tujuan petualangan saya selama ini . Masjid seakan menjadi bagian penting dalam sebuah perjalanan. Bisa menikmati keindahan masjid dari sisi arsitekturnya, merasakan dingin air wudhunya hingga karpet empuk tempat bersujud di dalamnya akan menjadi pengalaman spiritual yang memiliki nilai tak terhingga. Bisa menemukan masjid di sebuah peradaban yang baru dikenal sama bahagianya seperti menemukan oase di sebuah padang. Setidaknya dengan menemukan masjid kita sudah berada di sebuah pemukiman yang seiman atau paling tidak ada tempat menginap jika kemalaman. Tentunya tidak perlu kuatir karena setiap malam akan ada jamaah yang datang untuk tunaikan ibadah fardunya setiap harinya, itu berarti kita akan bertemu dan berkenalan dengan penduduk setempat untuk menambah panjangkan tali silaturahmi antar sesama.


Bertamu ke masjid yang tidak ada aktivitas shalat berjamaahnya aku temukan saat bertualang ke pesisir Pantai Biduk-Biduk di Kalimantan Timur, masjid dengan karpet lembab akan mudah ditemukan di desa-desa yang berada di kaki gunung seperti masjid di Ranu Pani - Semeru, Kayu Aro – Kerinci, atau New Selo – Merapi. Masjid-masjid dengan arsitektur indah bisa dengan mudah ditemukan di Dieng Plateu – Jawa Tengah atau Pulau Lombok – NTB. Masjid dengan pagar besi terkunci saya temukan di Masjid Besar Rantepao – Toraja, masjid “nyempil” di dinding dengan jamaah membludak saya alami di Masjid Baitus Salam Cilandak - Jakarta, masjid baru nan megah dengan kontruksi yang retak di beberapa bagian saya lihat di Masjid Islamic Center Tarakan – Kalimantan Utara, Masjid bertingkat yang memiliki halaman luas dan digunakan bermain futsal sore harinya saya temukan saat beribadah di suatu masjid di Kota Manado, atau masjid yang mengharuskan jamaah bisa menjaga keseimbangan tubuh bisa ditemukan di masjid yang berada di kapal milik PT. Pelni, seperti KM. Tidar.

Masjid Besar Rantepao - Dok Pri 2010

Bisa mendengarkan suara adzan di lokasi Poppies Kuta Bali saat subuh itu seperti mendengar suara “seruling syurga” meski saya tidak tahu dimanakah masjid itu berada, bisa bersama jamaah penduduk setempat mendengarkan khutbah atau ceramah itu juga seperti mendapatkan pencerahan yang sangat berarti meski bahasa yang mereka gunanakan adalah bahasa daerah setempat, seperti bahasa bugis saat khutbah jumat di Pulau Sebatik (perbatasan Malaysia), bahasa jawa saat khutbah ied di Sleman - Jogjakarta atau bahasa sunda saat ikuti kuliah subuh di masjid sebelum pendakian Gunung Cikuray – Garut, Jawa Barat.

Dok Pri - Bandung, Solo Backpacker 2009

Dok Pri - Masjid di Pedalaman Kalimantan - Sekatak Bengara 2014

 Masjid kuno dengan dua pilihan air wudhu (panas dan dingin) ditemukan di Desa Pariangan – Sumatera Barat, masjid bersejarah yang berada di lingkungan (museum) Kesultanan Bulungan bisa ditemukan di Kota Tanjung Palas – Kalimantan Utara, merasakan atmosfir tentara saat shalat jumat di masjid yang berada di Batalyon 614 Angkatan Darat, masjid dengan jamaah terbilang ramai untuk jenis shalat dzuhur dan ashar saya temukan di Masjid Magat Raya Jambi, Masjid dengan imam, brondong, penghafal quran, ganteng (perlu nggak sih gantengnya ditulis?) ada di Masjid Muhammadiyah Al-Amin Tarakan, masjid dengan lembar-lembar ayat suci berserakan ada di masjid kecil di kaki Gunung Argopuro – Jawa Timur, hingga masjid dengan view sunset dan debur ombak bisa ditemukan di tepi pantai selatan Jember.


Terakhir masjid yang saya sambangi adalah sebuah masjid megah berada di desa gerbang pendakian Gunung Raung – Banyuwangi dua pekan silam. Yang baru buat saya ketika shalat di masjid ini adalah jamaah wanita ikut mengeraskan bacaan “amiin”, dan posisi mereka sepertinya sejajar dengan shaft jamaah pria, meski dibatasi dengan sutrah.


Dari sekian pengalaman saya bertandang ke masjid-masjid tersebut, tentu saja tidak ada kejadian sendal saya menjadi hilang karenanya. Kembali lagi, sendal bisa menjadi hal penting dalam beribadah. Bisa bikin tidak konsen saat beribadah, apalagi kalau sendal atau sepatunya mahal dan belum lunas.


Perihal kehilangan sandal (mungkin) tidak akan terjadi jika anda sedang beribadah di Masjid Al Hikmah yang berada di Camp Pangkalan PT. Intracawood Mfg, lokasi saya bekerja saat ini. Mengapa?, itu karena bocah-bocah di sana akan menyusun sendal jamaah dengan rapi tanpa meminta imbalan. Lantas, yang menjadi pertanyaan saya saat ini, kapan mereka (atau dia) menyusun sanda-sendal tersebut, karena saat selesai shalat dan keluar masjid semua sendal telah tersusun rapi, dan saat akan memasuki masjid tak terlihat si penyusun sendal berada di halaman atau tangga masjid. Sepertinya si bocah penyusun sendal tersebut menjalankan aksinya saat tengah berlangsung shalat berjamaah tersebut.


Ambil hikmahnya saja ya pembaca, mungkin si penyusun sendal tidak ingin terlihat kebaikannya oleh jamaah lain. Memang untuk melakukan suatu kebaikan tak harus menampakkan diri apalagi memberikan identitas yang jelas. Beramal ya beramal saja, tak perlu diupload ditag apalagi dishare.


Salam.

***



Sesungguhnya rumah-rumah Allah di bumi adalah masjid-masjid, dan sesungguhnya wajib atas Allah memuliakan orang yang berziarah” –alhadits-  






***


Tag : PT. Intracawood Manufacturing, Camp Pangkalan Sekatak
 




Artikel Terkait
Comments
1 Comments

1 komentar:

  1. penasaran sama masjid kuno di sumbar yg punya air wudhu panas dan dingin, hehe

    BalasHapus