Pendakian Gunung
Slamet (Part I)
Desa Bambangan,
Purbalingga. Sabtu, 06 Juni 2015 Jam 3 pagi.
“Benar, ini dia
gerbang pendakiannya”
“Sudah sampai”
“Kita istirahat
sejenak”
Suhu udara cukup
membuat kupluk harus segera dipakai. Perjalanan hampir 8 jam berakhir dengan
bertemunya kami dengan gerbang pendakian seperti yang kami lihat di blog-blog
perjalanan. Kami berempat memang belum ada yang pernah ke tempat ini. Bermodal GPS
di mobil, google map di handphone dan juga tanya orang di pinggir jalan,
akhirnya menuntaskan perjalanan kami menuju Gunung Slamet.
Dalam gelap dan
dingin kami meninggalkan mobil di halaman gedung basecamp, lalu mendekati
gerbang Selamat Datang. Kami penasaran dengan banner yang tertulis di bawahnya.
“Maaf!!!, pendakian
ditutup”
#deg
***
Aku baru saja
traveling. Seperti biasa, naik gunung. Kali ini bareng Mas Rudy (Bandung), Togi
Tambunan (Jkt) dan Vicky (Bandung). Pendakian kali ini adalah inisiatif aku.
Beberapa pekerjaan sudah kelar dan bisa ditinggalkan, buntutnya, tentu saja
liburan.
#naik gunung disebut
liburan? Ayolah….
***
Hanya dengan pesan
singkat, aku kirimkan niatanku ke Mas Rudy. Dan diiyakan Mas Rudy dengan
bersepakat di waktu pelaksanaannya. Sepekan lagi, cukuplah buat hunting ticket
dan urus ijin kantor. Untuk urusan logistic dan peralatan lenong lainnya, tak
kami bahas karena sudah saling memahami apa saja yang harus kami bawa. Aku dan
Mas Rudy memang pernah berduet menggapai Puncak Cikuray, Garut beberapa waktu
lalu. Jadinya sudah cukup mengerti persiapan apa yang harus kami lengkapi
masing-masing.
Dua hari sebelum
hari H, aku baru dapat inpo kalau Bang Togi bakalan bergabung.
“Yowis, kita ketemu
di Bandung bang…”, balesku via SMS
Aku mengenal Bang
Togi saat pendakian Gunung Semeru, Trip Bromo dan Air Terjun Madakaripura.
Sudah lama sekali tak bersua dengan Abang Batak satu ini.
Rabu, 03 Juni 2015.
Aku menuju Kota
Tarakan. Kota kelahiranku.
Kamis, 04 Juni 2015.
Membatik Ke Halim.
Aku menggunakan
Pesawat Udara Batik Air menuju Jakarta. Ini kali pertama aku menggunakan
pesawat milik Lion Group ini. Kelasnya memang di atas dari pesawat Lion,
harganyapun lebih mahal. Mirip-mirip Garuda lah, cuman di Batik Air headset ga
available, kudu rogoh kocek 25k.
#tetep…dagang
Pilihan dengan
menggunakan Batik Air sesungguhnya sudah dikejutkan dari awal. Biasanya saat di
counter Check In hanya dilayani seadanya, kali ini dengan Batik Air mbak-mbak
cantik senantiasa menangkupkan kedua telapak tangannya mengucapkan terima kasih
kepada penunmpang. Begitulah, kesantunan ternyata memiliki tarif di negeri ini.
Sekitar 3 jam
penerbangan, sampailah daku di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Inipun
kali pertama aku menjejakkan kaki di bandara ini. Lebih kecil dari Bandara
Soeta, atau hampir sama saja dengan bandara di kota-kota kecil di Indonesia,
tapi lebih mudah karena tak terlalu capek berjalan menuju pintu keluar.
Aku nyampe di
Jakarta jam 3 sore. Nungguin bagasi, trus ke loket taxi. Tujuan aku selanjutnya
adalah Kota Bandung.
Setelah maju mundur
maju mundur cantik ala princess sukabumi ternyata jadwal travel atau bus ke
Bandung tak sebanyak di Soekarno Hatta. Adanya paling cepat Travel Cipaganti di
Jam 6 sore.
#What! 3 jam lagi?
What can I do beib… nongki2 geje in the airport? Ayolah…
Yup!, pendaki gunung
tak boleh mengeluh, saya menikmati 3 jam(an) di Bandara sambil membiarkan diri
digodain cewek-cewek cakep Jakarta
#xixixi
***
Bandung Lautan Apa?
“sudah di kilometer
berapa pak?”
Aku membaca pesan
singkat dari hape putih Samsung citut milikku. Pak Hendra, menanyakan dimana
posisiku saat itu.
“ga tau pak, liat
dimana kilometernya?”
“ada di sisi kanan
jalan pak”
Sambil celingak
celinguk, akhirnya.
“pak 3 kilometer
lagi pintu tol pasteurnya”
Pak hendra tak
menjawab kali ini, sepertinya segera melajukan si hitam menuju point cipaganti
di Pasteur.
Oya dear, aku
kenalin kalian dulu yak Pak Hendra siapa. Kalau biasanya aku dihost temen-temen
pendaki atau dari BPI, kali ini aku merepotkan diri di kediaman Pak Hendra
Herawadi, konsultan tempat aku kerja. Pak Hendra sungguh antusias dan sangat
welcome menjamu gembel gendut dari Kalimantan ini. Nuhun ya kang
#ala-ala sunda
Tak beberapa lama
menunggu, bertemulah aku dengan Pak Hendra. Senengnyaaaa, status nomedenku
berakhir. Aku akan bertemu atap buatan. Bukan lagi langit yang menjadi atap.
#apasih
Jam baru nunjukin di
angka 9 malam, masih sore siy buat mangkal
#ehh.
#mumpung di Bandung
om, banyak taman…
#hush! Emang taman
di Bandung bisa buat mangkal gitu? Udah nggak kali cyiin, sekarang mah udah
sistem online mangkalnya wkwkwk.
#wakakaka…udah lebih
nyante yak nek, emberan. Tinggal pantengin akun aja, nungguin yang reservasi
#istighfar
#udahan. Lanjut ke
cerita aja.
#gagal paham
Di Bandung Pak Hendra
nawarin buat menikmati kota terlebih dahulu. Aku berasa sedang bersama pemandu
wisata kelas private saja karena detailnya penjelasan Pak Hendra mengenalkan
perubahan kotanya lewat sentuhan Walikota Ridwan Kamil. Ada banyak taman yang
bersih dengan title beraneka ragam, ada juga taman buat nonton gratis hingga
taman dengan air mancur. Pengen parkirin mobil sejenak siy buat poto-poto di
atas jembatan yang ada kabel-kabel besar berwarna warni sebagai pancangnya.
Keren banget viewnya, biasa jadi landmark Kota Bandung saat malam, hanya saja
katanya ga boleh poto di situ, melanggar tata tertib lalu lintas. Karena kami
pengendaraa yang taat, jadinya ya ga jadi poto. Hehe.
Pak Hendra
memarkirkan kendaraannya di Kawasan Asia Afrika. Lokasi ini memang masih terekam
karena peringatan 60th KAA beberapa pekan lalu. Selain memang
menjadi historical walk, lokasi ini menjadi akrab di mata karena beberapa
spotnya menjadi latar sinetron Preman Pensiun yang lagi hits sekarang ini.
#sinetron? Ahaa…iya!
Sinetron yang ini beda gan, asik koq ceritanya, latarnya juga natural ga
dibuat-buat. Bukannya promo tapi memang bagus koq, ini udah season 2 sesudah
Didi Petet meninggal dunia. Nontonnya di RCTI yak. Sore!
Kami makan malam di
salah satu tempat makan outdoor. Suasana nyantai, makan prasmanan, view
gedung-gedung bersejarah, hingga pengamen bencis ala-ala Kim Kardashian sedang
nenteng hermes kawe2an. Bencisnya oke punya gan, tinggi semampai pake dress
merah t’rus highheels tinggi setinggi tower telkomsel di kecamatan, sambil
nyanyi lagu yang lagi wara wiri di radio-radio fm gan. Gini nih lagunya
#aku mah apa atuh,
cuma selingkuhan kamu…aku mah apa atuh…
Nah! Pertanyaannya
adalah ini mahluk selingkuhannya siapa coba?
#huff…
Abis makan, kami
berjalan kaki menuju Gedung Merdeka dan beberapa gedung bersejarah lainnya. Ada
banyak tiang bendera yang tadinya tentu saja ada benderanya. Karena sudah malam
benderanya diturunin biar ga dibikin lap mulut kali sama binatang-binatang
malam yang habis dinner.
#ngaco
Space jalan sangat
luas. Nyaman banget buat ngajakin isteri, mertua di mari. Ada banyak
bangku-bangku di sisi jalan. Dan juga bola-bola besi sebagai penghiasnya. Keren
loh gan, bola-bola ini, unik aja ada kelereng jumbo ga ada yang mainin.
#Xixixi
T’rus ada juga
gambar pemimpin-pemimpin negera berdiri. Bukan gambar, kayak patung yang di
toko-toko gitu, tapi ini maksudnya bahwa tempat ini pernah disambangin
orang-orang hebat dunia ini. Bandung gan, tempo dulu aja udah bisa bikin
perhelatan besar begini, kebayang kan ribetnya.
Kemudian ada juga
hotel besar yang dijadikan tempat menginap tamu-tamu Negara. T’rus, jalan raya
yang lebar tempat dimana para tamu Negara kemarin melakukan napak tilas dengan
berjalan kaki.
#jadi keingat ibu
mega dah kalo yang ini.
Di sisi sebelah
barat ada Alun-Alun Kota dan Masjid Raya Bandung. Dulu aku pernah ke tempat ini
lima taon silam. Di halaman masjidnya dulu banyak pedagang dan pelukis jalanan.
Tapi kali ini udah asri dan dilengkapi dengan rumput sintetis. Rumput sintetis
gan, di lapangan yang luas, ijo, indah…
#aisshh pengen main
bolaaaa
#hayyahh koyok iso
ae bal-balan
Hampir jam 12 malam
saat itu. Kami kembali ke mobil lalu menuju ke kediamanan Pak Hendra di Griya
Prima Asri di Baleendah, Bandung. Tau Baleendah kan, ini lokasi paling tenar sejagat
gan kalo urusan banjir, paling mudah didatengin air ujan karena lokasinya yang
rendah. Tapi perlu dicatet gan, ini daerah bukan wilayahnya Pak Ridwan Kamil,
udah masuk di Kabupatennya.
Oya dear, hampir
lupa. Ini penting juga nih diceritain. Gini, waktu mo pulang ke kediamannya Pak
Hendra, aku lewat jalan kawasan Stasiun Kereta. Katanya siy di lokasi ini ada
etalase cewek-cewek cakep gan. Hohoho….jadi inget masa silam nan suram #ehh
Jadi di sepanjang
jalan itu ada beberapa wanita cantik yang konon katanya bisa diajak kencan.
#ini Cuma nulis aja
ya gan, ga ikutan partisipasi nunjukin lokasinya, nggak. Ane berlepas diri dah
pokoknya kalo ente semua nyicipin lokasi ini gegara baca tulisan ane.
Miris juga siy,
nyari nafkah segitunya. Kalo komentar Pak Hendra itu mah udah seperti TPS, maap
bukan begitu, tapi ini maksudnya baik koq, supaya kita-kita jangan jajan dengan
yang begituan, kan kita ga tau siapa-siapa aja yang make jasanya, jadinya ga
jelas gitu status sehat nggaknya. Saran aku siy, nikah! Nikah gan!!! Jangan
traveling mulu! Aneh yak, napa traveller en backpacker itu banyakkan yang
jomblo senior yak. Kenapaahh???
By the way, waktu
aku liatin satu persatu wanita-wanita itu dari kaca mobil, terlintas di benak
ane gan saat itu. Dandanan mereka koq mirip penyanyi dangdut yang lagi mo
konser yak. Sebetulnya fashion mereka itu apa terinspirasi dari penyanyi
dangdut atau sebaliknya?
#jawabdalamhati
Dan selanjutnya kami
sampai di rumah Pak Hendra. Isteri Pak Hendra menyambut dan malah masih
menyuguhi segelas kopi item buat kami. Sementara dua anak Pak Hendra, Adit dan
Ryan udah tidur.
#Ah, nuhun….sekali
lagi.
Karena sudah larut, aku
pamit berbersih diri lalu beristirahat. Aku disediakan satu kamar buat
beristirahat. Sebelum tidur, aku tunaikan dulu shalat maghrib dan isya karena
masih di perjalanan saat kedua waktu shalat tersebut dikumandangkan.
***
-Sepertiga Malam di Baleendah-
Wahai Pemilik Malam
Enam puluh menit
berlalu
Sama seperti mereka
Tapi enam puluh
menitku tentu berbeda
Semua karena aku
mengangkat ransel ini
Lalu meninggalkan rumah
dan kertas kerja
Enam puluh menitku
Tentu saja akan
tetap sama
Bertemu meja kerja,
lapangan olahraga
Deretan shaft
pertama
Ataupun kantin
bersama
Enam puluh menit
yang itu-itu saja
Tapi hari ini
Di enam puluh
menitku kali ini
Engkau pertemukan
aku pengalaman
Pengetahuan
Kasih sayang
Dan juga
kebesaran-Mu
Aku tau
Hobby ini menuai
cibiran
Tapi mereka tidak
tau
Hobby ini memanen
pengalaman
Wahai Pemilik Malam
Jagalah kami, dan
seisi rumah ini
Dari kesempitan hati
Dari kehimpitan
rezeki
Gantikan kasih
sayang yang mereka berikan
Dengan cara-Mu yang
Maha Sempurna
Membalas Kasih
Sayang yang telah aku terima
#bori
#bobo syari
#lanjut di tulisan
berikutnya
Artikel Terkait
Agen Slot Terpercaya
BalasHapusAgen Casino Terpercaya
Agen Situs Terpercaya
Agen bola TerpercayaJudi Sakong Terpercaya
https://bit.ly/30ZegxT
*Bonus New Member 180%
*Bonus New Member 50%
* Bonus New Member 30%
* Bonus New Member 20% Khusus Poker
* Bonus Referral
*Bonus Rollingan Casino Hingga 0.8%
*Bonus 5% setiap hari
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
WA : 081358840484
BBM : 88CSNMANTAP
Facebook : 88Csn