Pendakian Gunung Slamet (Part II)
Dalam gelap
dan dingin kami meninggalkan mobil di halaman gedung basecamp, lalu mendekati
gerbang Selamat Datang. Kami penasaran dengan banner yang tertulis di bawahnya.
“MAAF!!!, PENDAKIAN DITUTUP”
#deg
***
Ga denger adzan subuh. Tau-tau aja tuan
rumah udah bangun. Tapi belom kesiangan koq. Mungkin gegara kecapean, atau bisa
juga karena springbed ini.
#gkgkgk
Aku bangkit, menuju kran air. Membasuh seluruh
wajah, mengembalikan kekuatan dengan sempurna.
Dua rakaat
yang telat
Untuk-Nya yang
sedekat urat
Biarkan bekas
ini menjadi saksi
Bahwa kupernah
tunaikan wajib disini
Selamat pagi seisi rumah….. sapaku tak
bersuara. Cuman ada si ibu rumah. Pak Hendra ternyata ke mushola komplek.
Taunya dari mana? Taunya karena tak beberapa lama Pak Hendra datang dengan
sajadah di bahu bersama anak sulungnya. Tau dari mana itu anak sulung, taunya
karena dikenalin sama bapaknya. Hehe.
Bu hendra tawarkan minuman lagi di pagi
hari. Mau kopi item, kopi susu atau yang lain? Ah baiknya, udah kayak menu di
resto saja.
“kopi item saja”, jawabku malu-malu
Tak beberapa lama, aku pamit keluar
rumah. Biasa, aku kalo di jam segini, abis subuhan sambil nunggu jam kantor,
biasa jalan-jalan pagi menikmati kebesaran Tuhan melalui alam ciptaanNya. Kalo
di tempat aku siy, aku biasa mandangin pohon-pohon besar dengan beberapa aves
yang berterbangan, kabut-kabut tipis di bukit nan hijau, atau air sungai yang
mengalir pelan sambil mengantarkan batang-batang kayu hingga ke hilir. Namun
kini, aku berada di sebuah komplek perumahan. Di kota euy, xixixi. Adanya yang
terlihat halaman rumah yang tertata rapi dengan rata-rata kendaraan terparkir
di masing-masing garasi rumah. Tapi di kejauhan terlihat juga perbukitan yang membentang.
Ya, Bandung memang seperti dalam sebuah cekungan, dikelilingi gunung-gunung
yang seakan menjadi satu dan melingkar.
Aku ditemani Pak Hendra pagi itu, dan
diajak ke warung depan komplek untuk sarapan pagi. Menunya ada dua, nasi
kuning, dan kupat tahu. Aku memilih kupat tahu karena kuliner ini memang kas
daerah bandung. Kupat Tahu mirip tahu tek kalo ditempatku, tapi ini
dinikmatinya di pagi hari, sementara Tahu Tek biasanya tersedia pas malam
menjelang dini.
Hari ini aku ditawarin Pak Hendra untuk
menuju beberapa spot wisata yang ada di daerah Bandung dan sekitarnya, beliau
menyayangkan waktuku yang hanya sehari di kota ini, karena kalau tidak kami
bisa camping bersama di beberapa spot pilihan. Pak Hendra, dulunya juga seorang
pendaki, jadi rasa kangen menggendong keril terlihat jelas ketika mencoba keril
yang aku bawa.
***
Aku menyebut nama Al Irsyad. Pak Hendra
diam sejenak, lalu mengiyakan.
“baik, kita shalat jumat di sana pak”,
jawab Pak Hendra.
Alhamdulillah, senengnya.
Al Irsyad itu nama sebuah masjid gan.
Sudah sejak lama aku meriang #merindumalamdansiang kepada bangunan yang pernah
menjadi Best Building of The Year tahun 2010. Masjid ini rancangan Pak Ridwan
Kamil dan berada di luar Kota Bandung.
Sebetulnya, bukan karena masjid ini
dibidani si walikota itu, bukan. Karena memang aku sudah mengenal sepak terjang
beliau jauh sebelum beliau kini populer dan dikenal awam lebih luas. Akan
tetapi, Al Irsyad memang telah menyihir untuk terus memintaku berdiri dan
bersedekap di tengah ruang utamanya. Al Irsyad aku kenal dari media tv, online
dan bahkan di saluran-saluran gossip artis sekalian.
Sambil menunggu siang, bergegaslah kami
semua menuju Al Irsyad. Kali ini kami pergi bersama seisi rumah.
#termasuk perabotan? Bukan, maksudnya
orang-orang rumah
Jadi kami pergi ke Al Irsyad beserta
Isteri Pak Hendra dan kedua anak lelakinya.
#masuk tol
#Jauh ternyata pemirsah
#pake kejebak macet pulak
#anteng
Dan, tibalah kami di sebuah komplek
perumahan mewah dengan label yang terbaca adalah Kota Mandiri. Well, jalannya
aja aspal lebar lengkap dengan pohon-pohon rapi di sisi dan di median jalan.
Lalu bangunan-bangunan yang dibangun dengan space yang luas sebagai ruang
hijau. Oke banget dah tempat ini, pas juga sebagai joggingtrack atau sepedaan.
Kalo buat cangkrukan kayaknya ga pas. Hohoho.
Dan detik-detik itu hampir tiba.
Bertemulah aku dengan kegagahan Al Irsyad di atas bukit nan hijau di sana.
Ehm…banyak mobil memenuhi ruang parkir terlihat hingga di bagian depan. Sudah
terdengar suara khotib menyerukan perintah taqwa. Aku hanya terus melihat ke
satu bangunan putih berbentuk kotak yang berkotak-kotak. Sama seperti yang aku
lihat di gambar sebelumnya. This is it. Al Irsyad. Tampannya…
Masjid Al Irsyad |
Kendaraan diparkir, kami bergegas
menuju masjid dengan menaiki tangga bukit sedikit. Jamaah telah tumpah ruah
hingga ke bagian luar masjid. Banyak banget gan, berasa banget syi’arnya di
mari. Seneng banget bisa bersedekap di tempat ini.
Aku kebagian tempat di bagian luar gan,
pake terpal biru. Ga apalah, ntar juga bisa masuk ke dalam kalo udah kelar.
Meski di bagian luar dan disinari matahari langsung, tapi ane ga ngeluh gan,
biasa aja, anggap aja lagi proses eksotisme kulit ane biar makin keceh.
#xixixi
#padahal
Celingak-celinguk kanan kiri. Cowok
semua gan isinya. Hahaha.
#ya iya lah, kan sholat jumat
Pas udah kelar, jamaahpun bubar. Tau
apa yang aku lakukan saat itu?
Langsung ke dalam masjid?
#bukan
Langsung photo selfie?
#bukan
Lansung nyium tangan si Imam?
#juga bukan
Jadi pas udah kelar shalat jumat, aku langsung
liatin sandal jepit gan di tangga. Ups! Masih ada. Puji Tuhan. Bukan
kenapa-napa, soalnya sandal itu sendalnya Pak Hendra yang dipinjemin, kuatir
juga kalo hilang kan, dinilai ga amanah nantinya.
Kemudian, ketika jamaah sudah beranjak
ke luar dan pergi ke habitatnya masing-masing, barulah giliran aku bergegas
masuk ke dalam. Baru aja mau masuk, aku terhenti kembali karena pemandangan
“justifikasi” menurutku. Jadi, waktu mo masuk masjid, terlihatnya seorang cowok
muda keren yang sedang jajan rujak di pinggir masjid.
#what!
#rujak?
Iyap. Makan rujak. Sendirian. Cowok.
Anteng banget dah.
Itu sebabnya pemandangan ini aku
namakan pemandangan “pembenaran” atau Justifkasi. Eh, Justifikasi apa
klarifikasi yak? Yowislah, pokoknya ada asi-asinyalah.
Kenapa aku bilang “pembenaran”, karena
ternyata cowok makan rujak itu keren-keren aja. Rujak sebetulnya bukan makanan
milik gender tertentu. Dan makan rujak ga bikin derajat kegantengan kaum pria
menjadi melorot. Ga, sekali lagi nggak. Jadi, buat kamu cowok-cowok yang doyan
rujak, silakan makan aja meski itu di tempat umum. Ga usah malu, karena akupun
setelah melihat cowok itu jadi merubah prinsip tentang makan rujak. Aku
percaya, kegantenganku ga akan pudar hanya karena makan rujak. Begitu!
#anda mual mbaca part yang ini? hahaa
Langsung ke inti cerita. Aku masuk ke
ruang utama masjid. Aku ga tau di mana Pak Hendra dan puteranya saat itu. Tak
apalah, ntar juga ketemu, pikirku. Aku masuk perlahan. Suasanya mirip ketika
aku pertama kali masuk ke rumah calon mertua. Pelaannn banget. Jalannyapun
digagah-gagahin. Hingga akhirnya, seketika angin berhembus menyapa halus kulit
wajahku. Adem. Lembut. Indah sekali.
Masjid Al Irsyad |
Masjid ini, benar-benar hanya seperti
kardus. Kotak tok. Ga nyangka bisa seadem ini. Dinding-dindingnya ga diplester
semua. Bolong-bolong. Hanya susunan bata cor-coran yang disusun dengan
membiarkan beberapa bagian menjadi lubang. Jadi, angin dari segala penjuru arah
bisa masuk dari mana saja. Kalian tau, bahwa lubang-lubang tersebut jika
dilihat dari kejauhan menjadi satu rangkaian kalimat dalam bahasa alquran.
Indah sekali. Tampan sekali.
Aku mengangkat
ke dua telapak tangan
Bertakbir
Bersaksi
Berjanji
Aku bersedekap
dengan erat
Membaca
fatihah dengan sempurna
Memantapkan
amin dengan percaya
Tiada yang
berhak kusembah selain Dia
Kelar kutunaikan shalat dua rakaat di
masjid itu. Aku kembali duduk berdiam menatap ke depan. Ke bagian mihrab yang
lain dari biasanya. Tepat di bagian Imam sholat, lantai masjid berubah menjadi
kolam ikan yang tenang. Kolam ikan gan. Ada kolam di dalam masjid. Aku berdiri
sejenak. Melangkah maju ke depan. Melihat genangan air yang tenang. Ikan-ikan
berwarna keemasan terlihat berenang atau mungkin saja bersembahyang. Tentu saja
ini sebuah pemandangan yang sangat mahal.
…, dan tidak ada
sesuatu pun yang tidak bertasbih memuji-Nya, namun kamu tidak paham dengan
tasbih mereka. (QS Al Israa 44)
Masjid Al Irsyad |
Dengan karpet warna tak bercorak
membuat interior masjid ini terlihat simple namun mewah. Karpet lembut dan
tebal mampu menjadi penghangat dari sejuknya masjid ini. Aku kembali duduk dan
berputar arah. Melihat pintu utama hingga bagian atapnya. Ya!, di bagian atas,
atau plafon ada bagian yang nonjol ke bawah. Tempat lampu kayaknya. Soalnya
karena siang, jadinya ga tau itu tempat lampu. Tapi jumlahnya banyak. Aku
sempatkan menghitungnya tanpa menujukkan jari-jariku. Hitung aja dalam hati,
ada 99 biji gan. Mungkin itu terinspirasi dari 99 asmaul husnah atau
sifat-sifat Allah. Ga kebayang gimana suasana dalam masjid ini kalo malem hari
dengan temaram lampu-lampu sejumlah seratus nanggung satu itu. Tentu saja
indah.
Lalu, yang paling mencengangkan dan
bikin aku betah menatap lama adalah bagian dinding tempat Imamnya. Atau di sisi
menghadap kiblatnya. di bagian itu tidak ada dindingnya gan, dibiarkan terbuka
hingga terlihat alam bebas yang hijau raya-raya. Benar, karena masjid ini
berada di atas bukit, jadinya pemandangan di sebelah barat sana hanya tampak
pepohonan tampak bagian atasnya. Ditambah lagi, karena bagian bangunan ini
terbuka, maka berhembuslah angin dan menjadi kipas angin atau airconditioner
alami bagi masjid ini. Irit lagi gan di bagian tagihan listrik. Hebat bener.
Lalu bagaimana sholat koq di depannya
bolong? Gimana kalau ada yang lewat? Nah, aku mencoba bantu terjemahin
maksudnya si arsitek ya gan. Jadi memang benar, kalo shalat disarankan agar
tidak ada orang yang lewat di depan kita. Makanya kalo kalian liat ada orang
shalat Sunnah menghadap tiang masjid, itu maksudnya supaya ga ada orang yang
lewat tepat di depannya. Atau kalau mau aman, sholat aja di bagian yang ga
mungkin orang lewat, seperti paling depan atau mepet dinding. Karena di dalem
masjid ngga semua orang paham ilmu gan, jadi jangan salahin juga yang lewat,
kita-kita yang paham aja yang harus bisa nyari cara supaya ga buat orang
lainpun kejebak kesalahan. Begitu.
Nah bagaimana kalau ga ada ruang yang
kayaknya ga bisa kalau ga dilewati orang nih, solusinya dibuatlah sutrah atau
pembatas. Jadi kayak shalat di tanah lapang, sebaiknya diberi sutrah sebagai
pembatas shalat itu tadi.
Balik ke soal masjid Al Irsyad tadi,
jadi di bagian depan itu yang terbuka itu, dibuatlah bola besi besar tepat
sejajar dengan imamnya. Menurut aku siy, bentuk bulat itu hanya interior
belaka, ga ada maksud tertentu. Sepertinya Pak arsitektur suka dengan yang
bulat-bulat deh, terlihat juga banyak bola-bola begitu di jalan yang terkenal
itu, Jalan Braga dan jalan-jalan lainnya.
****
Reviewnya banyak bener yak. Bosen
kayaknya bacanya. Ya udahlah aku singkat saja. Yang jelas, aku betah banget
tempat ini. Aku paling jarang photo-photo satu lokasi. Kalopun aku harus
ngeluarin kamera dan berlama-lama itu artinya aku memang benar-benar menyukai
tempat itu, dan Al Irsyad adalah salah satunya.
Mengingat hari semakin siang, putera
Pak Hendra sudah ingin makan siang, maka bergegaslah kami meninggalkan masjid
nan sejuk ini.
Ah, masih ingin berlama-lama di sini
Apalagi sekarang bulan Ramadhan, tentu
damai rasanya menghabiskan setiap ayat di depan mihrabnya
***
Kami kembali ke Bandung. Mencari tempat
makan siang. Kami melewati Museum Iptek dan juga landmark kota yang lainnya…
***
Tetiba seorang ibu berkerudung datang
mengiba bercerita dan menitikkan airmata….
#Selanujutnya di Pendakian Gunung
Slamet Part III
#insyaAllah
***
Artikel Terkait
Hi! Ada info untuk yang suka jalan-jalan, terutama jalan-jalan gratis................
BalasHapusJangan sampai kehilangan kesempatan untuk ikutan ekspedisi Kalimantan bersama New Daihatsu Terios #Terios7Wonders. Dimulai dari Palangkaraya, Kruing, Pulau Kaget & Kandangan, Amuntai & Balikpapan, Samarinda, Tn. Kutai dan berakhir dengan melihat cantiknya pulau Surga, Maratua.
Ayo, ikutan lomba blog "Borneo Wild Adventure" dan bawa pulang Grand Prize Mac Book Pro. Lihat infonya di sini, ya. http://bit.ly/terios7wonders2015