Menjejalah bumi kalimantan dengan Terios?
Melintasi tiga propinsi?Gretong???
Ini kesempatan yang harus
direbut! Harus berjuang keras agar bisa ikut duduk di kursi empuk Terios dan
membuktikan ketangguhannya di jalanan Pulau Kalimantan.Mengapa? Ini dia ulasan
alasan-alasannya….
#Satu
Alasan pertama mengapa aku
harus bisa ikut ekspedisi ini adalah karena aku putera asli pulau besar ini. Haha,
bukan sara gan, tapi ini motivasiuntuk ane sendiri agar bisa berbicara banyak
nantinya mengenalkan budaya dan keindahan alam pulau yang lebih dikenal
ekploitasi alamnnya ini. Jadi, meskipun ane asli putera daerah, tapi ane belom
pernah ke tempat-tempat yang akan dilalui Terios nantinya (kecuali Pulau
Maratua)
Jadi ini kesempatan besar untuk
bisa bertualang di kampung sendiri.Seenggaknya ane ga dibilang kualat lah
karena ga mengenal daerahnya sendiri. Ya kan?
Lah mungkin kalian nanya,
kenapa ga bertualang di daerah sendiri? Malah mondar-mandir di pulau-pulau
lain?
Jawabannya ada di ulasan
berikutnya.
#dua
Jadi kenapa ane malah ke
luar Pulau Kalimantan kalo lagi backpacking? Jawabannya adalah karena untuk
bertualang di Pulau Kalimantan itu butuh dana yang lebih gede ketimbang daerah
lain. Bayangin aja, ongkos transport dari satu kabupaten ke kabupaten lain itu
bisa seharga transport dari satu propinsi ke propinsi lain di daerah lain.
Misal, jarak tempuh 100km dari desa ane gan (Desa Sekatak) ke kota kabupaten
(Tanjung Selor – Kalimantan Utara) itu di harga 130ribu memakan waktu 3-4 jam.
Itu kalo ga nganter-nganter penumpungnya ke desa-desa pelosok lagi, jadinya
bisa lebih lama. Bandingkan aja duit 130ribu dari Jakarta bisa sampai daerah
mana gan? Ke Singapore aja nyampe kan harga segitu. Nah, itulah borneo gan, mahal
ditransport, itu belum lagi jadwal keberangkatannya nunggu penumpang penuh,
jadi kalo ga penuh-penuh, walaupun dari subuh udah dandan rapih karena mau ke
kota, jatuhnya bisa ntar dzuhur baru berangkat mobilnya. Fiuhh, lunturlah sudah
bedak viva nomer 5 ane gan.
#tiga
Kalimantan itu luassss gan.
Terakhir baru dimekarin lagi satu propinsi. Propinsi tempat ane tinggal nih
gan, Kalimantan Utara namanya, pemekaran dari Propinsi Kalimantan Timur. Ada empat
kabupaten di dalamnya dan satu kotamadya. Salah satu kabupatennya yaitu
Malinau, itu luasnya lebih besar dari Propinsi Jawa Timur. Kebayangkan berapa
lama yang harus kita butuhin buat eksplorasi keindahan kabupaten ini. Dari kota
kabupatennya aja ke desa terpencilnya pake pesawat udara gan, harganya mahallll.
Ga berani nanya ane gan, padahal pengen banget bisa meliput budaya dan
keindahan-keindahannya. Ane hanya bisa liat dari brosur kalo lagi pas pameran
ulangtahun kabupaten aja gan, kalo di daerah-daerah terpencil sono itu, ada
kebun tehnya. Kebun teh gan! Artinya dataran tinggi di sana. Dan itu belom
termasuk Taman Nasional Kayan Mentarangnya gan, ada air panasnya (padahal ga
ada gunung api) dan ribuan jenis tanaman yang menjadi endemic asli pulau ini.
#empat
Alasan ke empat adalah untuk
bisa mengenal lebih banyak budaya dan perbedaannya dari daerah ane. Jadi, suku
asli kalimantan yang dikenal dengan nama Dayak itu masing-masing daerah berbeda
bahasa, budaya dan yang lainnya juga gan. Di dalam satu daerah ane aja gan, ada
namanya Dayak Kenyah, Punan, Brusu dan lain-lain. Beda sub suku aja beda loh
bahasa dan budayanya. Belum lagi suku-suku lain yang biasanya tidak disebut
suku Dayak tapi juga suku asli kalimantan, misalkan yang di tempat ane gan ada Suku
Bululungan dan Suku Tidung. Jadi ekspedisi kali ini adalah kesempatan buat ane
mengenal lebih banyak kebudayaan-kebudayaan yang berada di tanah kelahiran emak
bapak ane gan.
#lima
Alasan ke lima adalah
potensi wisata. Jadi gini, ane pernah ke Goa Pindul Gunung Kidul - Yogjakarta.
Satu paket dengan itu, ada juga menyusuri Kali Oyo dengan menggunakan ban.
Sekali lagi ban!. Jadi ada sungai beriak, ga dalem, dengan view desa-desa khas
Pulau Jawa. Kami duduk kayak anak TK di atas ban trus didorong-dorong sama
petugas wisatanya. Teriak sana, teriak sini seakan-akan melepas tekanan atau
beban selama hidup di kota. Iyak, itu mereka gan, (atau kalian) yang memang
kebanyakan stress karena hidup di kota, jadinya pas naik ban trus main-main di
sungai aja senengnya minta ampun. Kalo ane? Ane malah merasa berdosa gan saat itu.
Berdosa.
Kenapa ane rasa berdosa gan.
Jadi gini, ane merasa ngapain jauh-jauh ane main-mainan air sungai begini,
sementara di depan rumah ane juga sungai tipe begini lebih lebar dan lebih
natural pemandangannya karena masih hutan.
Jadi di depan hunian ane gan
ada Sungai Sekatak. Trus di hulu sungai itu ada satu kampung paling ujung.
Namanya Desa Semeriot dan juga DAS Mesiu. Ada beberapa penduduk desa yang
tinggal di sana gan, di tengah hutan belantara dan di tepi sungai yang indah.
Kenapa ane bilang indah, karena kemarin ada temen ane yang lakukan penelitian
ke daerah itu gan, ongkosnya dari perusahaannya doi. Nah untuk ke desa itu
butuh moda transportasi perahu mesin (biasa disebut ketinting). Perahu ini
paling bisa nampung dua orang aja gan, karena memang ga boleh yang gede
perahunya ntar malah ga bisa nyampe ke desa dengan selamat. Tipe sungainya yak
makin ke hulu makin sedikit airnya, trus katanya temen ane gan, ada 109 Giram
yang dilalui untuk menuju desa itu. Apa itu giram? Giram itu semacam jeram lah,
atau batu-batu di tengah sungai dengan arus deras dan air dangkal yang membuat
sang motoris perahu harus mendorong perahunya untuk bisa sampai di tempat
tujuan. Sekali lagi ada 109 giram gan. Dan mereka harus nyiapkan banyak kipas
cadangan karena biasanya kipas mesinnya rusak karena patah terkena batu atau
malah hilang karena tercabut dari mesinnya itu sendiri.
Salah satu hasil penelitian
temen ane yang beliau presentasikan juga hasilnya adalah masih ditemukannya
ikan air tawar jenis klowor. Ikan ini hanya mau hidup di sungai yang
benar-benar bersih. Jadi keberadaan habitat ikan ini menandakan kalau daerah
itu masih terjaga kelestariannya. Ikan kelowor ini endemic gan, adanya cuma di
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan Serawak saja. Kabarnya ikan jenis ini
sudah diakui sebagai spesies ASLI
daerah Serawak, Malaysia. Iyak. Malaysia.
Trus biayanya? Untuk ke desa
itu butuh dana sekitar 700-900 ribu (rental/nego). Perjalanan sekitar 4 jam,
pake acara turun dari perahu buat bantu dorong-dorong sambil teriak
“semangkaaa…semangat kaka!!!”
#abis itu ente dilemparin
dayung sama motorisnya
#enam
Alasan
ke enam adalah medannya. Medan kalimantan yang berbeda dengan lainnya. Kalo
antar desa antar kabupaten di propinsi ane aja gan, kondisi jalan lintasnya
masih terbilang buruk (kalo dibandingkan dengan jalanan di pulau jawa, sulawesi
atau sumatera). Sudah diaspal siy gan, cuman ancur-ancuran. Soalnya yang pake
jalan aspal begitu nyampur gan, truk-truk muatan kayu, muatan kelapa sawit
sampe muat batu akik lewat situ juga dan ga tau berapa batas maksimal berat
bebannya.
Oya, bulan Juni kemarin, ane
berempat start dari Bandung menuju Jawa Tengah buat ndaki gunung gan. Pake
Terios putih. Wusshhhh…enyak. Ane siy maunya bisa review detail mobil ini, tapi
karena ane ga paham dunia permobilan (xixixi) jadinya yak menurut ane mobil
keren itu ya mobil yang ngga bikin penumpangnya ga ngeluarin kresek selama di
perjalanan. Yang jelas siy waktu kami kemarin ke Jawa Tengah, kami berempat itu
ga ada yang pernah ke sana. Hanya bermodal GPS yang ada di mobil trus ada suara
mbak-mbaknya dari alat itu yang ngasih inpo kalo misal 100 meter lagi ada
pertigaan atau dan lainnya, maka dari itu kami sampai juga di gerbang
pendakian. Trus nya lagi, keril dan segala perlengkapan pendakian kami masuk
semua di bagian belakang, meski sudah di bagian atas mobil sudah ditambah kayak
besi tempat naroh barang-barang kayak mobil travel begitu.
Asik dah pokoknya mobil ini,
meliuk-liuk di dataran tinggi saat mulai memasuki pedesaan kaki gunung ga bikin
mual. Dan ane juga pengen bedain gimana mobil ini kalo di medan liar seperti
kalimantan.
#tujuh
Alasan ke tujuh dari ulasan
alasan ini adalah menuntaskan eksplorasi ane akan pulau indah Maratua. Jadi,
waktu ane ke pulau ini lewat travel agent sebetulnya spotnya adalah snorkeling
di area pantainya yang panjang dan landai. Tapi ane waktu itu malah kabur dari
rombongan. Berdua dengan travelmate ane gan, kami nyewa motor penduduk setempat
buat eksplorasi isi pulau tersebut. Dan, hasilnya meski terbatas waktu kami
sudah menjejakkan kaki lebih banyak untuk melihat sisi-sisi lain pulau tersebut
dari peserta lainnya. Well, ane tau, masih ada lagi spot-spot keren lainnya
yang belum ane datengin. Jadi, edisi Borneo Wild Adventure kali ini bisa jadi
media ane untuk menuntaskan alam Maratua untuk ke dua kalinya. Semoga!.
***
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar