Minggu, 20 Mei 2018

7 Hari di Bali, Budget 1 Juta



Endorse lagi? Hehe, bukan. Ini hanya share untuk menyiasati liburan murah tapi tetap bergengsi kalau tidak ingin dikatakan instagramable. Sekalian untuk berbagi pengalaman apakah lebih murah reservasi penginapan via online ataukah langsung on the spot. Lebih murah mungkin tapi lebih baik, ataukah lebih mudah juga akan jadi bahasan kali ini.


Di zaman serba digital seperti sekarang, semua urusan memang lebih mudah. Meski tak semudah mengakses jaringan di beberapa daerah, sepertiku misalnya. Beberapa aplikasi atau situs pesan hotel online menawarkan harga yang bersaing. Ada Traveloka, Booking.com, Agoda, Blibli.com dan seabrek website lainnya. Satu hal yang paling membantu dari ragam situs ini, kita bisa melihat photo-photo penampakan penginapan yang akan kita pilih. Mulai dari area parkir, ruang receiptionist, balkon, bedroom, toilet hingga menu breakfast. Di sini, kita masih bebas memilih berbagai situs tersebut sebelum menentukan hotel sesuai budget. Lihat juga review tamu yang pernah menginap di hotel tersebut.



Di macam-macam website, ternyata aturan pembayarannya berbeda-beda. Ada yang cukup ribet harus ini dan itu, ada yang pakai debit atau creditcard, ada juga yang bisa dibayar tunai saat check-in dengan syarat jika dibatalkan sekian hari dicharge sekian persen dan lain sebagainya. Untuk bandingan harga antara satu aplikasi dengan lainnya ada yang lebih mahal seribu rupiah, hingga sepuluh ribu rupiah. Kalau sudah jadi members biasanya notifikasi promo akan gencar kita terima via email, tanpa harus members sekalipun kalau sudah mengakses satu situs tertentu, iklan itu akan nongol terus di media sosial semacam facebook atau di ruang iklan di email ‘kerjaan’ kita.


Ya sudah singkat saja, dari beberapa kali mencari dan memperhatikan, aku akhirnya memilih situs Booking.com dan hotel yang aku pesan adalah Dua Dara Inn di Gang Poppies II, Kuta Bali. Kenapa dengan Booking.com, karena sangat mudah, tidak ribet. Bayarnya cukup saat check-in saja, tunai. Kenapa dengan Dua Dara Inn, karena dari hasil lihat-lihat photonya, sepertinya ini yang sesuai. Harga per malamnya adalah 117.500 rupiah, dengan luas kamar 20m2, kamar mandi dalam, ada wastafelnya, di ruang tidur ada meja dan cermin, lemari kayu dua pintu dan kipas angin. Ada balkonnya juga dengan dua kursi satu meja. Gratis untuk berenang di kolam renang yang ada di halaman hotelnya. Di kolam renang ada tiga meja kursi dengan payungnya dan juga ada (apasih namanya) buat tidur-tiduran untuk menghitamkan kulit. Ada area parkir yang cukup, ada penyewaan sepeda motor juga dengan harga 60K per hari. Tapi karena kita tamu juga di situ, ya jadinya 60 ribu itu ya buat 24 jam.


Rp.117.500,- per hari itu muat 2 orang, jadi kalau patungan ya tinggal bagi dua saja. Kami menginap di sana 7 hari 6 malam untuk 3 orang. Tadinya mau ekstrabed saja di satu kamar, tapi ternyata harga ekstrabednya adalah 100 ribu rupiah, jadi mendingan pesan satu kamar lagi. Lagipula, karena kamarnya hanya seluas 20m2, terasa pengap kalau harus ekstrabed lagi. Tapi ya kalau memang mau benar-benar menghemat, dan kalian orangnya ga terlalu lebar ya bisa saja, satu kamar bertiga. Bisa lebih hangat.



Ya sudah hitung saja pengeluarannya untuk penginapan, 7 hari kali 117.500 dibagi 3 orang jadinya masing-masing per orang abis 548.300 rupiah. Untuk jalan-jalan selama di Bali, kami rental dua unit sepeda motor. Kami memesan untuk 4 hari kali 60K kali 2 unit dibagi 3 jadinya per orang 160 ribu rupiah. Kenapa hanya empat hari, ya karena kalau menginapnya di kawasan Kuta, itu sudah banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi dekat-dekat dengan penginapan, jadi bisa berhemat. Sementara untuk makan tentu saja banyak pilihan. Silakan lihat saja di situs www.tripadvisor.com untuk melihat review makanan murah halal dan banyak. Untuk yang berada di kawasan backpacker Poppies seperti tempat kami menginap, ada Warung Indonesia yang terkenal sekali akan kemurahmeriahannya. Model warungnya itu prasmanan, banyak sekali menu Indonesia di situ dengan rata-rata harga untuk sekali makan adalah dua puluh ribu rupiah. Itu tergantung seberapa banyak kamu ngambil lauknya, kalau untuk standar saja ya aku pikir 15 sampai 20 ribu rupiah itu sudah cukup.


Oya, bagaimana dengan sarapan pagi. Jadi begini teman-teman,harga kamar Dua Dara Inn yang termasuk hotel bintang dua tadi yang harganya 117.500 itu excludebreakfast ya. Kalau pake paket breakfast harganya nambah 50 ribu rupiah. Menurutku, lebih baik kami mencari paket sarapan di luaran saja, yang kalau setiap pagi, di gang Poppies itu masih banyak penjual makanan pagi berseliweran. Ada nasi bungkus seharga 6 ribu rupiah. Itu sudah ada suwiran ayam, telor sama sayur tumis. Gorengan seharga seribu rupiah per biji, atau kue-kue jajan pasar masih di harga seribu rupiah. Untuk minuman panas semisal kopi atau teh saya tidak tau harganya berapa, karena aku menyiasatinya dengan membawa ceret elemen atau ceret listrik yang bisa dibeli di supermarket seharga dua puluh ribuan, dengan kopi atau teh sachetan. Jadi bisa rebus air saja di kamar, bisa kapan saja dan lebih hemat.


Atau bisa juga cari warung kopi di pinggir-pinggir bangunan. Agak sulit memang mencarinya, tidak seperti warung kopi yang ada di seputaran Jakarta. Tapi ya ada saja, aku buktinya sudah bisa temukan warkop itu tepat di samping toko kecil, agak masuk ke dalam. Seperti biasa, menunya ya kopi panas, gorengan atau mie instant. Kopi yang beginian lebih berasa di lidah saya daripada harus ngopi cappucino atau jenis espresso yang di kedai kopi ngehits itu yang harga per cupnya sampe 50 ribuan. Rampok dah tuh harga. Tapi ya memang ngopi di tempat begituan bisa menambah derajat sosialita, katanya. Buatku ya, yang penting enak di lidah, di perut dan di dompet, ya itulah dia.


Satu hal lagi, lokasi Dua Dara Inn ini benar-benar strategis. Walaupun sebetulnya semua hotel di kawasan Poppies, baik yang di Poppies I ataupun Poppies II semuanya terbantukan dengan adanya minimart. Di depan Dua Dara Inn sendiri ada tiga minimart yang berjarak sentimeter saja antara satu dengan lainnya. Ya seperti biasa, si minimart ini memang tak suka berjauhan, tidak seperti mantan. –eala, masih saja-


Dari Dua Dara Inn, sebetulnya ada juga Losmen Arthawan yang masyhur di kalangan backpacker, karena harga per kamarnya lebih murah. Hanya 50K saja, sudah termasuk breakfast. Tapi memang aku intip-intip kalau lewat losmen itu ya memang lebih cakepan si Dua Dara Inn, maka dari itu jelas lebih mehong sedikit. Si Losmen tidak ada kolam renangnya. Losmen Arthawan jadi pilihan backpacker banget karena harganya yang paling murah di kawasan Poppies. Tapi sepertinya losmen ini belum bisa ada di situs-situs online, jadi harus on the spot untuk pesan kamarnya.


Selain Dua Dara Inn, ada juga hotel kelas melati lainnya yang bisa jadi pilihan. Sebut saja Okie House yang juga di Gang Poppies II, tidak begitu jauh dari Dua Dara Inn. Saya pernah menginap di hotel itu dulunya. Hanya saja si Okie House tidak ada fasilitas kolam renangnya, dan tidak menyediakan extrabed. Kalau untuk ukuran kamar dan kenyamanan, aku lebih rekomenkan si Okie House. Nyaman di sini dalam arti, ruang kamar lebih besar, kamar mandi dalam juga lebih besar, jadinya aktivitas kamar sebelah tidak terdengar jelas. Akan tetapi view dari koridor Okie House itu ya kolam renang dan bar milik hotel Barong di sebelahnya. Yang setiap sore hingga pagi live music dengan DJ yang berganti-ganti.





Untuk makan, sudah ada Warung Indonesia, yang buka dari pagi sampe malam. Lokasinya dekat dengan Dua Dara Inn. Jalan beberapa langkah sudah ada Monumen Bom Bali dan deretan bar dan diskotik buat yang suka wisata malam, atau lebih pasnya di LegianStreet. Bolak balik sepanjang jalan legian sampai pantai kuta, sudah cukup menyenangkan dan melelahkan. Bisa nongkrong dimana saja, atau kalau mau ke Mall yang baru nan luas, bisa ke Beachwalk Mall yang berdiri menghadap pantai Kuta yang indah. Atau, sekadar photo-photo saja di depan Hardrock Café juga oke. Oiya, untuk makan citarasa Indonesia, yang jual-jual seperti mie goreng, nasi goreng, ayam penyet dan sejenisnya bisa dijumpai di Jalan Mataram. Jalan ini ada di sononya jalan legian. Buka aplikasi peta saja, dari situ bisa lewat jalan tikus untuk menghemat. Atau lebih tepatnya ada gang kecil di samping Sky Garden, masuk situ lurus akan keluar di Jalan Mataram. Lah di jalan ini banyak pedagan kulineran khas jawa.


Balik lagi ke Dua Dara Inn. Kami sarankan sebaiknya jika ingin rental kendaraan, sebaiknya rental yang di tempat kita menginap saja. Begitu saran-saran yang biasa kita temukan di blog-blog lainnya. Aku kira itu saran yang bagus, karena tidak lucu juga kalau kita membawa kendaraan dari penyewaan lainnya, yang notabenenya rivalnya juga kita parkirkan di parkiran hotel tempat menginap. Karena pernah ada kejadian, kendaraan rentalnya dikerjain begitu saat diparkirkan. Tapi ya bukan berarti tulisan ini men-generalisir bahwa di Dua Dara Inn juga jadi tidak aman buat menyewa kendaraan lainnya, hanya lebih buat menjaga kesantunan saja layaknya budaya timur ya kan. Lagi pula, motor yang disewakan di Dua Dara Inn ini ternyata cukup banyak pilihannya. Hari pertama, kami diberikan satu motor Vario, yang satu Suzuki. Ternyata si Vario lebih irit, jadi besoknya kami tukar motornya supaya yang irit saja dua-duanya. Hari berikutnya motor juga kami tukar lagi karena agak goyang di bagian belakang, mungkin berat beban yang dibonceng. Lalu dapat ganti lagi jenis Scoopy yang masih cling. Jadi intinya, baik-baik saja dengan petugas penginapan, kalau kita baik, pastinya nemunya yang baik-baik juga. Semua urusan jadi lancar, liburan pun sesuai yang direncanakan.


Untuk menuju objek wisata, sekarang jadi lebih mudah lagi. Karena sudah banyak aplikasi berbasis GPS. Bisa pakai Google Maps atau Aplikasi Waze. Sama saja sih, hanya saja si Waze lebih boros menyita battery. Dibandingkan beberapa tahun lalu ya, saya masih harus menggunakan handymap buat ke satu objek.


Begitupun untuk transportasi singkat. Kita sudah bisa menggunakan taksi atau ojek online. Misalkan dari dan menuju airport, saat itu memang masih dalam penentangan dari yang konvensional. Jadinya ya, agak tersembunyi begitu untuk order. Itupun aku dapat infonya dari rajin-rajin browsing setiap akan ngetrip. Di Bali, ternyata masih mendapat protes dari taksi bandara, jadi ya triknya kita pesan lewat aplikasi tanpa harus terlihat jelas oleh orang lain. Kemudian, kita yang mendatangi si driver di lokasi parkiran. Beres, murah dan mudah.


Lewat aplikasi-aplikasi berbasis GPS ini, sangat membantu untuk mencari masjid terdekat. Jadi walaupun sulit menemukan masjid di kawasan Kuta, tapi dengan aplikasi semua akan terjawab. Saya saja untuk menunaikan shalat jumat berjamaah, menggunakan grabbike seharga empat ribu, langsung menuju masjid.


Sharing selanjutnya tentang makanan di tempat wisata. Kalau bisa, jangan makan di tempat wisata kalau tidak recommended. Ya bukan kenapa-napa kadang citarasanya kurang dan harganya lebih mahal. Kecuali tempat-tempat wisata yang memang rekomen menjadi wisata kulineran semisal Jimbaran atau Kintamani. Air mineral kalau memang bisa beli di minimart ya beli di situ saja, daripada sudah sampai di lokasi wisata, harganya bisa lebih mahal sedikit. Ada cerita sedikit dari ibu-ibu yang sedang liburan keluarga. Banyak amat rombongannya, seperti satu kecamatan. Lantas mereka mencoba seafood yang terkenal di pantai Jimbaran. Lah si ibu ini bingung, makan di tepi pantai dengan meja panjang saat mentari tenggelam. Indah memang, memorable iya. Tapi si ibu bingung shalat maghribnya dimana. Nah ini satu masukkan juga ya sahabat, jangan hanya fokus untuk senang-senang, kewajiban juga harus diperhatikan. Onestar lah buat si ibu. Inspiratif.


Kesimpulan, berapa yang harus dikeluarkan selama 7 hari di Bali? Untuk penginapan, rental motor dan makan tiga kali sehari kali tujuh hari itu tidak lebih dari satu juta rupiah. Diluar tiket pesawat yak. Diluar belanja oleh-oleh keperluan sendiri atau camilan sendiri-sendiri. Lebih murah lagi kalau kamu punya kenalan warga asli, selain lebih tau kehidupan mereka, tentu saja bisa lebih berhemat. Ada lagi siy pengeluaran untuk harga tiket masuk atau biasa disebut HTM. Memang ada beberapa objek wisata yang dikenakan HTM, seperti Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu atau Pura Ulundanu Bratan. Tapi ada juga yang free HTM seperti pantai Kuta, Seminyak, Nusa Dua, Kintamani dll. Kalau ingin berhemat ya tidak musti harus ke tempat wisata yang ada HTMnya, seperti Garuda Wisnu Kencana yang HTMnya 60 ribu rupiah atau 75K ya, tidak tau berapa karena dari HTMnya saja jadi ogah untuk ke situ.


Untuk reservasi penginapan online manakah harga yang lebih murah apakah secara online atau on the spot. Dari review tulisan yang saya baca, sebenarnya sama saja. Kadang bisa lebih murah, kadang bisa lebih mahal. Kadang ada yang diskon atau pas lagi promo. Hanya saja kalau reservasi online kita dimudahkan memilih dan melihat lebih dulu viewnya. Begitupun tipe kamarnya, apakah ingin yang double bed, twin atau yang single. Pengalaman terakhir saya gunakan aplikasi online waktu menginap di kota Balikpapan bulan lalu, ternyata harga saat pesan langsung di hotel lebih murah beberapa rupiah daripada di aplikasi. Untung saja hotelnya dalam rangka dinas, jadi semua biaya jadi urusan kantor. Tapi ya ini jadi catatan juga, bahwa harga saat cek in bisa jadi lebih murah daripada reservasi online. Tapi ya bisa juga sebaliknya.


Untuk tiket pesawat bisa hunting saja di beberapa website penjual tiket. Jangan di PeakSeason, karena harga bisa tidak bersahabat. Untuk rute Tarakan-Denpasar kemarin Pergi Pulang ada di harga 1,992 ribu, kurang dari 2 juta. Armadanya kami gunakan Lionair, yang tidak dapat makan minum sesuai harga. Jadi sebaiknya bawa rantang saja kalau takut penyakit maghnya kumat. Tapi di airport banyak koq restaurant, boleh lah makan di situ, dengan harga rata-rata per porsinya bisa 70 ribu rupiah, belum bikin kenyang. Rampok dah. Etapi, bisa juga kalau mau hemat, makan di minimart saja, makan popmie lebih hangat dan bersahabat.


Cukup sekian dulu ya tulisannya, semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Insya Allah.















Artikel Terkait
Comments
5 Comments

5 komentar:

  1. Langsung dicatet biar kalau pas pengen liburan di Bali udah bisa langsung cek hotel-hotel murah itu duluan...

    BalasHapus
  2. Sangat menginspirasi di tunggu tulisan berikut nya sahabat ...

    BalasHapus