Sabtu, 19 Desember 2020

Pensiunan Gunung

 

Semeru 2011

Satu hal. Ini sepenuhnya bukan tentang usia. Aku maklum, paham. Kalau teman-teman seperjuangan seperjalanan sudah benar-benar ngga mudah lagi untuk diajak jalan. Padahal mereka ngga semuanya sudah tua. Nggak semuanya sudah berkeluarga. Tapi apakah objek kunjungan itu mengenal kata tamat? Khatam? Ini sih lebih ke teman-teman pendakian. Yang make me sad itu kalau udah bilang barang-barang pendakian sold out. Duh.

 

Memang benar, beberapa tahun belakangan naik gunung sudah nggak seperti dulu, membludak!. Tapi aku rasa, ramenya pendakian lebih ke weekend saja. Masih bisa di hari-hari yang nggak libur panjang. Sumbing misalnya, Februari 2020 aku cuman berdua ke gunung itu, dan di puncak cuman ada kami berdua (bertiga sama kabut tebal). Terus nggak beberapa lama baru ada satu tim lima orang menuju  top mount. Ada tenda memang di pos sebelum puncak, tapi nggak rame-rame amat. Tapi memang itu bukan di high season. Artinya, mandaki gunung masih bisa di moment yang nggak kayak pasar tumpah.

 

Memang benar, kalau sudah punya ‘buntut’ membagi waktu dan pikiran udah full di situ aja. Seperti nggak ada celah untuk menepi. Menepi seperti dulu, menikmati semilir angin di atas barisan awan. Dih, bahasanya mulai keluar sastra abal-abal. Harusnya sih enggak juga, waktu ke Raung, kita se-tim dengan Pak Wahyu yang udah umur tapi masih bugar. Artinya masih tetap di aktivitas outdoor. Dan sosok Pak Wahyu inilah menginspirasiku untuk selalu menjaga kesehatan atau kebugaran tubuh, dan tetap berkegiatan alam seperti pendakian.  

 

Merapi 2012

Kadang, beneran kangen masa-masa itu. Untuk memulai dengan tim baru rasanya apa bisa. Aku sih memang sudah rada kaleman (uhuk..). Karena memang makin umur, haha. Maksudnya sudah lebih nikmati perjalanan. Udah nggak perlu photo-photo dan komen-komenan. Udah enggak. Nikmati perjalanan, senengnya gunung lalu bercerita tentang apa saja. Aku juga maklum, temen yang lain yang sekarang melabelkan diri sebagai pensiunan gunung juga sudah selesai perjalanan. Karena sekarang lebih fokus ke keluarga, bisnis, atau agama. Tapi percayalah, perjalanan tak akan mengurangi nilai-nilai itu semua.

 

Tahun 2020 tahunnya pandemi. Ini juga alasan yang nggak ada penawarnya. Tapi temen-temen pensiunan gunung ini sudah lebih dulu lahir sebelum pandemi. Sebelum pandemi aku harus berjalan sendiri untuk akhirnya ketemu partner baru. Tak jadi soal sebenarnya, tapi kangen saja dengan mereka yang dulunya sudah seperti keluarga.

 

Waktu ke Sumbing via Kaliangkrik. Itu cuman berdua. Motoran dari Jogja.(adakah yang lebih syahdu selain menerobos keindahan di tanah Jogja?). Kaliangkrik itu dusun yang sekarang jadi rame karena benar-benar indah tempatnya. Padahal menurutku semua desa di kaki gunung yang khas dengan perkebunannya, viewnya akan tampak serupa. Dan pendakian ke Sumbing itu, jalunya bener-bener indah. Melewati sabana-sabana terbuka. Yang entah ada berapa kali harus melewati air gunung yang membelah. (Duile membelah, maksudnya air ini melintas di jalur perjalanan, jadi harus berbasah untuk melewatinya). Ada air terjunnya juga. Indah sekali, dan setiap aku diam menikmati keindahan, keinget lagi temen-temen sependakian di awal. Yang sudah pensiun.

Entah apakah dana JHT sudah dicairkan juga ke BPJS….

 

Naik gunung sekarang juga jauh lebih mudah. Sudah banyak operator pendakian yang menawarkan jasa guide dan porter. Dan untuk umur-umur sekarang, memang ini bisa dijadikan pilihan. Bawa carrier yang 30lt saja sudah cukup. Bawa gear yang ultralight, supaya kemasannya minimalis. Udah, bener-bener nikmati perjalanan tanpa harus pikul kulkas kayak jaman old.

 

Tulisan ini cuman mengenang. Dan setiap kali mengenang, keindahan itu makin terasa. Teringat juga betapa banyak kesalahan-kesalahan yang terlanjur dibuat selama di tim. Terhitung pula kekurangan-kekurang selama bersikap dalam pergaulan. Semakin diingat, semakin ingin diulang. (lalu diperbaiki)

 

Di masa sekarang, memang sudah seharusnya menularkan kegemaran ini ke orang berikutnya. Siapa lah itu. Pengen saja mengenalkan bahwa perjalanan itu mengajarkan kita banyak hal. Sangat banyak. Meski setelah kembali dari perjalanan tersebut, dan kembali berbaur ke cyrcle, kita tak terlihat seperti yang pernah belajar dari alam.

 

Biarlah.

 

 

😊

Artikel Terkait
Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. Seharusnya memang tidak ada kata pensiun, justru makin berumur harus makin banyak beraktivitas outdoor. Tubuh yang tidak sekuat dulu harus dibantu dengan aktivitas luar untuk tetap sehat. Salam sehat, semoga tidak pernah menjadi pensiunan gunung

    BalasHapus
  2. Salam sehat, salam sejahtera.
    Semoga bisa terus beraktivitas di alam

    Makasih gan.

    BalasHapus
  3. Hi...mas iman, gk ada istilah pensiunan gununglah...ttp interest sama alam, whatever semesta selalu menjadi tmpt belajar...next siapa tau kt ktm pas di alam ha ..xx salam lestari 🤣🤣

    BalasHapus