Tana Toraja……. nama ini jelas tidak asing, sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi model pariwisata Indonesia. Tana Toraja tidak hanya menawarkan pesona alam yang indah dan sejuk berlatar perbukitan, tetapi juga rancang bentuk bangunan tradisional yang bergaya khas. Upacara adat Tana Toraja juga menarik wisatawan hingga ke manca negara. Kalau orang Tana Toraja (biasa dipanggil Tator) sudah tersebar di seluruh nusantara. Karakter Tator sebagai pekerja ulet menjadikannya mudah dikenal. Tator kukenal sebagai penggarap ladang sayur-sayuran yang handal. Beberapa sahabat aku yang asil Tator semua kukenal ulet, nggak pemalas dan pandai mengolah lahan menjadi hijau.
Kete Ketsu - Rantepao |
Perjalanan dari Kota Makassar ke Tana Toraja menghabiskan waktu kurang lebih 8 jam. Aku, memulainya dari Kota Parepare, pukul 12 malam bersama seorang teman yang stay di Parepare. Hujan deras, pertanda rahmat menyertai perjalananku (batinku). Perjalanan Parepare – Toraja tidak terasa melelahkan, karena sepanjang jalan bus Toraja Ria yang kami tumpangi memperdengarkan lagu lagu apik, variatif dan easy listening. Pukul 5 pagi sampailah di ibukota Kabupaten Toraja, yaitu Makalle.
Selesai menunaikan shalat subuh di dalam bus, perjalanan dilanjutkan ke Kota Rantepao, teng di jam 6 a.m. nyampe dah. Suasananya juga sama, sepi gan, .ya iyalah kepagian buuu. Lokasi wisata belum buka! hahahaha, opsi yang diambil saat itu adalah……… nyari Kakus! Hahahaha… maklum gan,ritual wajib tiap pagi adalah BeABe…….ayo buruan cari masjid (nah koq masjid..?…….ya lah numpang ngeKakus sejenak…hehe). Akhirnya ditemukanlah sebuah masjid megah di pusat Kota Rantepao yang sedang renovasi, tetapi apa yang terjadi saudara saudara….!! masjid terkunci dari luar………pretttt!!
Masjid Besar Rantepao |
Take it the Plan B now. Kami searching second mosque, dengan menumpang becak motor kami menyusuri Kota Rantepao yang belum seluruhnya terbangun dari mimpi, nyari masjid sambil telusuri kota. Masjid berikutnya pun ditemukan…..dan kondisi yang sama terulang kembali, masjid yang anda tuju sedang sibuk….cobalah beberapa saat lagi, begitulah narasi yang terngiang di benakku. Be a backpacker memang kudu punya jurus jurus andalan dan juga daya tahan yang prima, tahan nggak mandi, tahan nggak tidur dan saat ini kudu punya kekuatan untuk menahan BeAbE, wkwkwk, duh Gusti, kepriben iki, wis merinding kabeh iki awakku, nang endi iki kakus e………..
Karena tidak berhasil nemuin masjid (kakus yang dituju maksudnya), kami putuskan langsung ke target wisata pertama, yaitu Kete' Ketsu, berada di Kota Rantepao Tana Toraja. Si Daeng becak motor, mengantarkan kami di persimpangan jalan. Jalan menuju Kete Ketsu tidaklah lebar, seperti masuk ke sebuah gang saja, dengan modal tanya dan tanya, jarak dari simpang itu ke Kete Ketsu hanya 1 kilometer katanya. "Wah ketimbang naek angkot mending jalan aja pren", begitulah usulku ke teman travelingku kali ini, mumpung pagi, sekalian nikmatin alamnya Toraja, lagian kan cuman 1 kilometer, dan ternyata, jarak itu bukan 1 kilometer, tapi 5 alias LIMA kilometer!!!!!! Jauuuh. Yang ada menggurutu aja, hahaha , tetapi mau gimana lagi udah terlanjur…………. gemp00r tuh kaki gan!!!
Kete Ketsu - Rantepao |
And than, tibalah di Kete Ketsu, tampak bangunan Tongkonan yang berpasangan tersusun indah lengkap dengan taman di sekitarnya. Bukannya jeprat jepret, yang kami lakukan adalah mencari , tetap… Kakus..!!! hahahahaha (ini temanya kakus…hihihihi). Dan lagi-lagi kami dirundung duka. Lokasi wisata yang terkenal hingga ke negeri Ratu Elisabeth II ini ternyata tidak difasilitasi dengan layanan publik yang baik, ada kakusnya sih gan, tapi lagi terkena musim kemarau, ngga ada airnya, kondisinya mengerikan, ha…!!!!mirip kakus di jaman ogut SD dulu, akhirnya kami terus berjuang demi kesehatan perut, cari air, cari ember, cari timba, angkat air, duh…duh….baru dah, ambless, puas……..leganyaa!!!
Selain menampilkan beberapa rumah tinggal dan lumbung padi, Kete Ketsu juga menawarkan wisata lokasi pemakaman mayat di tebing tebing curam. Tampak beberapa tulang belulang lengkap dengan tengkorak manusia terlihat dimana mana tak tertata dibiarkan berada pada posisi semula. Juga tampak kayu-kayu yang telah lapuk sebagai peti mayat. Dan beberapa peti mayat baru yang menandakan masih ada mayat yang disemayamkan di lokasi ini. Menurut sumber rangka manusia tersebut tidak boleh dipindahkan kecuali melalui upacara adat.
@ Londa |
Lemo - Tana Toraja |
Idham Jufri (sahabat traveling). Pose bersama kerbau Tator |
Selain keunikan tempat pemakaman, toraja juga terkenal dengan upacara kematian yang ‘meriah’ atau unik. Cerita tentang upacara ini sudah sampai di telinga pecinta budaya-budaya Indonesia. Upacara terkadang menghabiskan total waktu hingga 7 hari lamanya. Dengan mengorbankan kerbau sebagai bagian dari ritual. Harga binatang yang satu ini pun bisa melejit hingga ratusan juta rupiah…..wew!
Salah satu rumah makan di Makalle - Tana Toraja |
Tepat pukul 3 sore, mobil jemputan datang. Saatnya meninggalkan panorama Toraja, baru nyadar ternyata perjalanan lintas Sulawesi dari atau ke arah Toraja sungguh berliku liku, karena waktu perginya malam jadi nggak kerasa kelok keloknya. Nah pulangnya baru dah, yang mabok darat, siap-siap, untung aja ogut selalu menjaga makanan kalo selama traveling jadinya tetap fit. Alhamdulillah.
Ditengah perjalanan kami singgah sejenak di tepi bukit Nona, ada legenda tentang asal usul bukit ini. Indonesia gan, apa saja selalu beserta legenda, lumayanlah sebagai bahan cerita selama diperjalanan. Kenapa disebut bukit Nona ?? perhatikan gambar berikut, kalau kamu mikirnya mesum kamu bakalan ketemu jawabannya.
Bukit Nona |
Artikel Terkait
Toraja dalam tulisan yang santai dan segar.....
BalasHapusterimakasih......juga yang udah centang di Reaksi Lucu...hahaha
BalasHapuspenasaran dengan bukit nona karena tidak berfikiran mesum jadi saia tidak menemukan jawabannya kwkwkwkkwkwkwk......
BalasHapusmembacanya tidak perlu dengan tafsir sastra yang berat kayak kemarin2, agak ringan dan luwes...
BalasHapusiya tu ya, pagi2 mesti hunting kakus, bener2 sempat bikin BT d pagi itu, tp karena hawa sejuk jg sehingga qta bisa sedikit terhibur, d banding iklim d Kota Parepare, uuhhh...
Makasih lo ya dah muatin fotoq dgn kerbau gemuk nan bersih dan mahal tu, Tedong Bunga, tenar dah q ni...
@ wita : hahaha kalau penasaran....aku melayani penjelasan tambahan koq...wkwkwk
BalasHapus@ Jufri : hahaha....sastra..?duh...bukan sastra ji....so sastra kale...btw...udah ada yang order kerbau nggak.....? hahaha
Huaaa... sebenarnya saya berencana hari ini ada main di Tana Toraja dan jalan2 di sulsel. Sayang masih belum bisa cuti lama sampai dua bulan mendatang
BalasHapus@kotakpermen : sepertinya untuk bepergian di awal tahun ini kurang baik, karena cuaca kurang mendukung...sampe sekarang curah hujan masih tinggi merata di seluruh indonesia...buat photo2 juga kurang asyik hasilnya....btw,makasih udah nengok.
BalasHapusDear Mas Iman, Toraja memang sangat menarik dan salah satu tempat yang harus dikunjungi sebelum meninggalkan dunia ini hehehehe. saya sudah berkunjung kemaren pada tahun 2010 walaupun belum sempat update di blog.
BalasHapustapi sayang, saya belum sempat melihat Bukit Nona disebabkan keberangkatan dan kepulangan pada malam hari, semoga suatu saat nanti punya kesempatan melihat bukit ini, salam jejak backpacker buat anda
mas Ruben Sukatendel ; betapa girangnya saya dapat kunjungan dari Backpacker dan Blogger sarat pengalaman seperti anda, saat ini saya tengah pelajarin rute ke sumatera dari tulisan anda....salam hormat saya buat mas Ruben. Jejak Backpacker anda.....tertinggal disini....
BalasHapusjadi kepengen ke sinii
BalasHapushalo, mohon infonya bagi teman2 yang sudah ke tator. saya rencana mau ke tana toraja tanggal 31 maret ini tapi belum nemu hotel dan guide yang murah. misalnya ada paket liburan di harga tertentu dan yang pasti murah all include makan, hotel, touring dsb. mohon infonya plus nomer telp agar memudahkan saya untuk contact langsung.
BalasHapusmohon bantuan teman2, bisa email ke saya: frez.cika@yahoo.com
thank you so much for your help.
-Cika-