Rabu, 27 Juli 2011

Sepenggal Kisah di Surabaya


Surabaya, baru kali ini menuliskan cerita tentang perjalanan ke kota ini. Bukan karena tak ada kisah dan tempat menarik di kota ini, hanya saja aku kehilangan kata-kata untuk merangkainya. Kota ini adalah kota terakhir rangkaian backpackeranku di bulan Februari lalu. Tak ada kisah selain perjumpaan dengan sahabat baru yang mematahkan cerita buruk tentang kota ini yang kudengar penuh dengan orang-orang yang suka memanfaatkan pendatang. Kekhawatiranku sesungguhnya beralasan, karena ketika dalam perjalanan menuju kota ini dari terminal ubung Denpasar, seorang sahabat yang kukenal dari jejaring social ternyata tidak menunjukkan itikad baiknya saat tahu aku akan sampai di kotanya. Tetapi, biarlah itu menjadi cerita dan sebaiknya berpikiran positif saja tentangnya. Kalau bukan Kota Surabaya mungkin aku tak terlalu khawatir, wejangan teman-teman tentang kota ini menyiratkan kepadaku bahwa harus waspada ketika berada di kota ini.


Kecewa dengan sahabat online tersebut, aku terhubung dengan sahabat lain yang kuperoleh contact personnya di situs yang sama. basa-basipun dimulai via sms. Hingga akhirnya sahabat ini menawarkan jasanya untuk menjemputku di terminal Purabaya Surabaya.


Gerimis menyertai kedatanganku di terminal ketika kumandang adzan Isya terdengar lantang. Hampir lima belas menit aku dan sahabat baru itu saling mencari, karena memang belum pernah bertemu muka. Mulai panik kembali ketika rinai hujan mulai membasahi. Hingga akhirnya kita bertemu di halaman masjid terminal. Aku menarik nafas dalam, seolah bala bantuan telah datang menjemput. Sesosok pria muda, mengulurkan tanganya dan menyebut namanya, “Rezy”.

Aku dan Rezy tak pernah berkomunikasi sebelumnya, jadi tak saling kenal sama sekali. Namun aku berterimakasih ketika ia bersedia mengantarkanku ke hotel yang berada pusat kota tersebut. Dalam perjalanan menuju hotel sahabat mudaku ini berkali-kali menawarkan untuk bermalam di kediamannya saja. Hitung-hitung menghemat pengeluaran. Namun aku masih belum bisa menerima tawaran tersebut. Sepanjang perjalanan, Rezy mengenalkan lokasi-lokasi yang memang tak asing lagi karena objek tersebut sering menghias layar kaca. Naluri ‘pedalamanku’ mulai bermain, dongak kiri dongak kanan, melihat gedung dengan lampu-lampu kota yang gemerlap. Setelah cek in di hotel Olympic Surabaya, sisa malam aku kembali menikmati udara malam Kota Surabaya yang selalu ramai. Beberapa lokasi-lokasi yang telah kudengar sebelumnya, dikenalkan kepadaku, termasuk lokalisasi (yang katanya) terbesar se asia tenggara, Gang Doli. Selain lokasi tersebut, aku juga dikenalkan ‘budaya’ makan ala warga Kota Surabaya, sego sambel……..nasi, tempe dan sambel. Plus, penyanyi pria dengan sandal jepit, gitar dan suara baritonnya.


Setelah kembali ke hotel, sahabat baruku kembali menawarkan jasanya agar besok sebaiknya menginap di rumahnya saja, dan bersedia mengantarkanku keliling kota (lagi). Sekali lagi aku hanya bisa mengucapkan terimakasih atas niat baiknya. Karena tidak mau terlalu merepotkan, aku lebih memilih untuk tetap menginap di penginapan saja. Keesokan malam, Rezy kembali menjemput kali ini bersama dua orang temannya untuk melihat dan menyeberangi Jembatan Suramadu. Jembatan fenomenal yang kini menjadi ikon tambahan Kota Surabaya. Jalanan Kota Surabaya sangat padat, dan pengendara kendaraan terutama roda dua terlihat tidak tertib jika berada di lampu merah. Saling berlomba untuk mendahului dan melewati garis batas yang seharusnya.


Hingga kepergianku meninggalkan kota ini di keesokan siangnya, aku hanya bisa mengucapkan terimakasih, terimakasih dan terimakasih. Karena telah menghapus sedikit kekhawatiranku tentang ‘panasnya’ kota ini setelah bertemu dengan sahabat-sahabat baru dengan dedikasinya yang begitu diluar dugaan. Sebelum meninggalkan kota ini, mampir sejenak di tugu pahlawan yang ternyata pada saat itu tidak dibuka karena sedang hari libur. (ngga apa lah, intip aja dari sela-sela terali……)

Halaman Tugu Pahlawan Surabaya

Selamat tinggal Surabaya, sepenggal kisah tentang pertemuan, persahabatan, persaudaraan sesama manusia pecinta negeri ini. 

ooOoo

Artikel Terkait
Comments
3 Comments

3 komentar:

  1. hohhoho... nalurimu kuat banget bang... aku yang puluhan tahun mendekaam di surabaya ajah hehhe gag merasa hafal dengan tempat2 di sini// xixiix//.. kadang aku juga bingung ketika ditanyaaaa apas ih maskot surabaya??? hemmm mau gag mau ya prostitusi tadi ckckkc... kalauu q sih lebih sering mengantar teman ke madura sajah... melewati suramadu... :)


    mengenai surabaya menjadi kota yang "memanfaatkan pendatang"
    memang lumrah sih pandangan awam...
    sebaiknya hndari daerah2 terminal,,, calo2 taksi dlll busuk memang... lebih baik kalau tiba di sini tanya ke bagian informasi atau polisi.. lebih aman... :)

    kalau mengenai tidur gratis sih di musholah2 atau masjid2 di surabaya cukup bebas asalakan pada saat jam2 sholat bangun.. heheh maklum sering nyoba :p

    ..
    mungkin pilihan nada untuk menolak bantuan kawan cukup beralasan yah.. saranku sebaiknya kalau mau ke sini mending kontak2 sahabat2 bekpek yang asli surabaya ajah .. akrab2 in tuh baru pas main bisa akrab... l;ah kalau yang tadi anda iseng2 belum kenal khan canggung juga wkwkkw....


    heheh topik yg menarik.. setiap kali aku mbolang juga pasti pertama kali hunting host.. kalau gag nemu yah apa boleh buat : pom bensin dan mushola menjadi tujuan inap utama wkwkkw...

    jadi setiap mbolang jarang sekali q nginep di host.. palingan sering secara extremee.. maklum gag kuat bayar penginapan hehehhehe...

    untuk surabayaa yang terkenal bad nya yang mungkin aksi suporter2 itu yang bikin gag nyaman.. aku pun merasakannya,,, hahahha...



    nikmati surabaya...
    semoga kembali di sini tapi dengan coretan yang indah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya aku memang telah terhubung dengan baik dengan seorang 'backpacker' yang katanya dari regional surabaya tersebut. Bahkan menjanjikan akan menjadi guide selama aku ngetrip di kota pahlawan, tidak itu saja orang tersebut bahkan menawarkan kediamannya untukku. namun apa lacur, ketika aku dalam perjalanan menuju surabaya, tepatnya di dalam bus di daerah situbondo (dari terminal denpasar), mendadak si sobat tersebut mengatakan bahwa tidak dapat menerima saya di kediamannya dengan alasan bla,bla,bla.... saya kebingungan saat itu, apalagi jadwal kedatangan bus di surabaya sudah malam. Bingung, mau kemana, mau menghubungi siapa saat itu. akhirnya dapatlah bala bantuan tersebut seperti yang aku tulis dicerita di atas. Dan hingga kini pertemananku dengan si penolong itu masih terjalin baik, setiap ada kesempatan ke Surabaya, aku sempatkan mampir ke kediamannya. Overall, cerita dengan si 'backpacker' tadi sudah aku maafkan, tanpa ia pinta.

      Terimakasih telah membaca cerita saya.

      Hapus
  2. iyah mas hehhee... oh dari situ tah.. hehhe maklum aku sudah hengkang dari situ :)...
    enjoy your trip always ...

    BalasHapus