Senin, 27 Desember 2010

Natal di Desa Mentarang


Gerimis menyelimuti hamparan Desa Sekatak, mulai jam tiga pagi hingga kini ngga reda juga, padahal sudah jam 6.30 pagi. Hari libur ini sepertinya tidak bersahabat dengan meraka yang ingin merencanakan liburannya ke pantai atau gunung.
Jam segini Pak Rasid -teman kerja- ngajak ke Desa Mentarang menjemput keluarganya untuk di bawa serta ke Camp Sekatak. Padahal rencana libur ini maunya ke air terjun Rian yang ada di Kab. Tana Tidung, tapi melihat kondisi langit yang tak bersahabat, niat dibatalkan. So, ketimbang ngga ada acara, ikut saja ke kampung isterinya Pak Rasid and than, mandi ala tentara, berpakaian ala tentara, sarapan ala tentara, musti cepat karena dadakan…….ngga pake pasang bulumata, keburu ditinggal kereta !!!

@ Jalan Poros Trans Kalimantan

Jarak Desa Sekatak Buji menuju Desa Mentarang memakan waktu 3 jam perjalanan, atau sekitar 45 menit dari Malinau Kota. Melintas jalur trans Kalimantan memang lengang, tapi tak semulus tol Cipularang. Musti hati hati berkendara karena jalan aspal yang baru berusia muda sudah tampak rusak di sana sini. Tampak landscape dan juga pesona kampung di beberapa titik menjadi warna tersendiri menghilangkan kejenuhan menanti lokasi yang dituju.

@ salah satu tugu di perempatan jalan
Hari ini bertepatan dengan perayaaan Natal umat Kristiani dan Kabupaten Malinau salah satu kabupaten yang memiliki daerah mayoritas merayakannya. Suasana natal terasa ketika mulai memasuki daerah Kuala Lapang, tampak beberapa gereja dipenuhi jemaat, terlihat tambahan tenda di bagian depan dan juga aparat kepolisian yang sigap berjaga mengamankan jalannya ibadah penganut paham tri nitas tersebut.

Perjananan terhenti di ujung jalan Desa Lidung Kemenci, karena tak ada akses untuk kendaraan roda empat menuju desa tersebut, yang ada hanya jembatan gantung yang melintasi sungai Mentarang.

@ mulai lebay kalo nemu spot bagus, qiqiqi,,,


Sekitar pukul 11.00 siang, kita tiba di kediaman keluarga Pak Rasid. Pak Rasid yang memperisteri warga Desa Mentarang dan juga telah beralih keyakinan menjadi muslimah telah menanti dengan hidangan yang menghilangkan dahaga. Bangunan rumah masyarakat di desa ini sudah memiliki model konstruksi modern, jadi seperti pemukiman lainnya, desa ini berada di tepi sungai Mentarang.

@ Kemeriahan Natal di Desa Mentarang
Perayaan Natal di desa ini cukup semarak, suara Gong alat musik tradisional terdengar bersahutan menciptakan harmonisasi indah di telinga. Tampak anak anak berpakaian baru di setiap gang gang. Tepat di halaman rumah seorang ketua RT, suasana sangat ramai, warga desa berkumpul saling bersalaman, ada juga yang berjoget mengikuti irama musik yang diperdengarkan, ibu ibu, bapak bapak, anak anak larut dalam kebersamaan merayakan Natal. Tak luput juga beberapa hidangan berupa  kue-kue kering dan minuman beraneka rasa. Makanan tersebut berasal dari warga yang mengumpulkannya di halaman ketua RT masing masing. Makanan tersebut untuk menjamu rombongan warga dari RT lain yang akan datang berkunjung. Suasana tampak ramai, karena masing masing warga bersama sama menuju ke RT lain untuk berkunjung. Ngga sampe masuk rumah, karena jamuan telah dihidangkan di halaman rumah. Tampak rukun, larut dalam kebersamaan. Sesekali terdengar suara petasan ikut menambah riuh desa.

@ Makam Kepala Adat
 Hari sudah mulai sore, kita beranjak pulang. Tiba di Desa Rian, Kab. Tana Tidung, aku menyempatkan diri untuk mengambil gambar air terjun Rian dari pinggir jalan, terlihat kecil dari jalan, terpaksa lensa kamera di utak atik agar bisa terlihat. Di pinggir jalan terdapat makam atau lebih berupa bangunan rumah, tempat persemayaman sang kepala adat, bangunan yang cukup tinggi ini, pun dilengkapi pagar besi lengkap dengan kunci gemboknya. Unik dan berdayatarik ….. langsung saja jeprettt.

@ makam dan air terjun rian
Bangunan dengan atap biru itu adalah makam kepala adat Desa Rian, letaknya persis di pinggir jalan poros trans Kalimantan. Konon, sang kepala adat semasa hidupnya berpesan untuk dapat dibuatkan makam di atas bukit Rian (bukit yang tampak di belakang). Entah mengapa, mungkin sulit barangkali, akhirnya jenazah dibuatkan makam persis di samping pintu gerbang memasuki area air terjun Rian. Oh ya, tampak dari kejauhan adalah air terjun. Next time deh, ke lokasi itu…insyaAllah.


@ air terjun Rian tampak di kejauhan

Waterfall ini mustinya dikelola dengan serius, karena lokasinya yang tidak jauh dari jalan dan pesona alamnya yang begitu menghijau. Lokasi ini menjadi tujuan wisata dengan menjadi masyarakat yang sadar akan keunggulan wisata daerah, menjadi daerah kunjungan wisata, tak musti memiliki keindahan sumber daya alamnya, tapi bisa dengan keramahan masyarakat dan 'menjual' adat istiadat ke dunia luar. Dan daerah ini sebenarnya punya potensi yang baik. Tentunya dibutuhkan kebersamaan untuk mengelolanya, pihak pemerintah dan juga masyarakat.












Artikel Terkait
Comments
8 Comments

8 komentar:

  1. Eh mas Iman,, bkn nya thn 2009 dah k air terjun Rian ya?? yg rame2 ma orang2 camp tuch nah,,, wkt msh ada mas Heri Subagyo & adiknya?? apa salah ya??

    BalasHapus
  2. mba novia : bener mba, cuman dokumentasinya lenyap, karena kecebur disungai...hehehe

    BalasHapus
  3. di daerah mana ini mas???? keren amat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. desa Mentarang, kabupaten Malinau - Kalimantan Timur. dari lokasi ini dapat juga mengunjungi Taman Nasional Kayan Mentarang.

      Hapus
  4. wewww pengen ke sana... ada apakah di sana>??? di taman nasional kayan mentarang?? :)

    BalasHapus
  5. tugu yg ada itu di perempatan setelah turun jembatan lidung kemenci ya? kemaren hbs KKN disitu, sekarang bukan gerbang dema lg tulisannya tp gerdema. by the way, jembatan mentarang udah bagus juga lho skrg. tp tetep menguji adrenalin untuk ngelewatinnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, begitu ya. Uϑªh lama ga ќε sana. Entje dari univ mana? Unmul ya sepertinya *nebak*.

      Trimakasih, sudah berkunjung.

      Iman rabinata via mobilephone.

      Hapus